Category Archives: Kartel Narkoba Narkotika

10 Gembong Obat Bius Kartel Meksiko Ditangkap Polisi

Sepuluh orang diduga anggota kartel obat bius tewas dalam adu senjata dengan tentara dan petugas kepolisian di sebelah timur Meksiko, Kamis, 27 Maret 2014.

Menurut Badan Keamanan Publik Negara Bagian Veracruz, bentrok senjata api itu pecah setelah pasukan keamanan ditembaki dari sebuah rumah saat mereka dalam perjalanan di Kota Perote.

“Akibat bentrok senjata api itu, sembilan pria dan satu perempuan tewas,” kata badan ini melalui sebuah pernyataan.

Petugas mengatakan informasi awal yang mereka peroleh menyebutkan para korban tewas itu merupakan anggota kartel obat bius dari kelompok Zetas.

Petugas juga menerangkan, dari hasil tembak-menembak itu, kepolisian menyita sepuluh pucuk senapan otomatis laras panjang, peluru, amunisi, kaus, serta topi berlogo kepolisian federal Meksiko dan kepolisian Veracruz.

Didirikan oleh bekas pasukan elite militer, Zetas dikenal sebagai geng setan yang melakukan berbagai kekerasan di Meksiko dalam beberapa tahun terakhir. Namun kepemimpinan kelompok ini telah dihabisi oleh pemerintah Meksiko dua tahun lalu.

Zetas dipimpin oleh gembong Miguel Angel Trevino yang pernah menguasai kawasan di sebelah timur laut perbatasan negara bagian Tamaulipas pada Juli 2013. Sedangkan pendahulunya, Heriberto Lazcano, tewas dalam tembak-menembak dengan pasukan keamanan pada Oktober 2012.

Kartel Narkoba Meksiko Tembaki Mobil Duta Amerika Dengan Membayar Polisi Korup Meksiko

eorang pejabat senior Amerika Serikat mengatakan ada bukti lapangan yang kuat bahwa polisi federal Meksiko yang menembaki mobil Kedutaan AS dan melukai dua agen CIA bekerja untuk kartel obat bius.

Ketika dikonfirmasi pada Selasa, 2 Oktober 2012, seorang pejabat Meksiko, yang mengetahui kasus penyergapan pada 24 Agustus 2012, itu membenarkan bahwa jaksa sedang menyelidiki apakah Kartel Beltran Leyva berada di balik penyerangan itu.

Sebuah mobil SUV dengan pelat nomor diplomatik diserang di jalanan pedesaan dekat Cuernavaca di sebelah selatan Kota Meksiko. Polisi Federal, yang menghadapi tuduhan korupsi dan disusupi kartel obat bius, menyatakan penembakan itu hanya soal salah identifikasi ketika petugas sedang memeriksa kasus penculikan pegawai pemerintah di wilayah itu.

Seorang pejabat AS yang terlibat penyelidikan mengatakan tidak mungkin penembakan dilakukan hanya dengan alasan melanggar lalu-lintas. Dia mengatakan penembakan itu memang disengaja untuk membunuh para penumpang mobil.

Selembar foto SUV Toyota berwarna abu-abu, yang biasa digunakan agen antiobat bius, DEA, tampak penuh dengan bekas tembakan. Kedutaan AS menyebutkan insiden itu sebagai “penyergapan”.

“Bukti-bukti di lapangan sangat kuat,” ujar pejabat AS itu perihal keterlibatan polisi federal Meksiko.

Namun, Kementerian Luar Negeri AS menolak mengomentari detail penyerangan tersebut. “Kami tidak akan berkomentar atas penyelidikan yang sedang berlangsung,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, William Ostick.

Pejabat Meksiko mengatakan para anggota Kartel Beltran Leyva itu menyerang orang-orang di mobil itu karena mereka beranggapan orang-orang itu sedang menyelidiki kartel. Boleh jadi para penyerang tidak mengetahui orang-orang di mobil itu adalah warga Amerika.

Lokasi kejadian merupakan wilayah yang dikuasai kartel yang dipimpin oleh Hector Beltran Leyvan setelah angkatan laut membunuh saudara lelakinya, gembong obat bius Arturo Beltran Leyva, di Cuernavaca pada akhir 2009.

Beltran Leyva beraliansi dengan kartel besar Meksiko, Sinaloa, yang dipimpin oleh gembong obat bius yang dicari-cari Joaquin “El Chapo” Guzman. Geng tersebut pecah pada 2008 menjadi geng-geng kecil.

Dua agen CIA itu sedang menuju instalasi militer bersama seorang Kapten Angkatan Laut Meksiko ketika penembakan terjadi. Mobil tersebut berusaha meloloskan diri tetapi tiga mobil lain ikut memburunya.

“Ada seseorang dengan senjata otomatis menembaki dengan tujuan menembus mobil dan membunuh mereka yang ada di dalamnya,” kata seorang pejabat AS.

Kamera pengawas di sekitar tempat kejadian merekam dua mobil sipil mengepung SUV Kedutaan Amerika itu. Dua korban terluka sudah dipulangkan ke Amerika. Kapten Angkatan Laut Meksiko juga terluka.

Dua belas petugas polisi federal Meksiko menjadi tahanan rumah sedangkan 51 lainnya bersaksi dalam perkara itu.

Raul Benitez, pakar keamanan di National Autonomous University, mengatakan sumber militer Meksiko membisikkan bahwa penembakan itu bukan kesalahan dan tujuannya memang membunuh tiga penumpang mobil itu.

“Mobil dan penumpang yang sama naik-turun selama sepekan. Jadi, mungkin beberapa pengintai yang bekerja untuk penyelundup obat bius menginformasikannya ke polisi atau ke anggota Beltran soal mobil itu,” kata Benitez. Dia mengatakan polisi pasti tahu kalau mereka menyerang mobil diplomatik itu.

Iran Juara Dalam Konsumsi Narkoba Dengan 60 Persen Penduduknya Memakai Narkotika Setelah Menjadi Eksportir Heroin Sintetis Terbesar Dunia

Saat ini diperkirakan terdapat 5 sampai 8 juta warga Iran yang kecanduan Narkoba. Ini menjadi masalah kemasyarakatan terbesar di negara itu. Jumlah tinggi pecandu tidak mengherankan, karena narkoba murah dari dua negara tetangga produsen narkotika terbesar sedunia Afghanistan dan Pakistan, mengalir ke Iran.

Iran memiliki populasi penduduk sekitar 75 juta jiwa. 60 persennya generasi muda. Tingginya angka pengangguran di kalangan remaja ditambah lemahnya pertumbuhan ekonomi di negara itu, memberikan kontribusi besar bagi tingginya konsumsi narkoba. Tahun 2011 Iran menempati posisi kedua di bawah Afghanistan sebagai pemakai tertinggi narkoba sedunia. Di kalangan generasi muda minat terhadap narkoba industrial seperti Desomorphin terus meningkat. Heroin sintetis itu mudah diproduksi dan gampang diperoleh. Iran saat ini tergolong eksportir utama narkoba sintetis semacam ini.

Laporan resmi mengenai jumlah pecandu narkoba atau tindakan terhadap delik narkoba tidak ada di Iran. Media resmi hanya melaporkan dengan bangga penyitaan narkoba sebagai kemenangan dalam perang melawan perdagangan narkotika.
Pemerintah melaporkan secara resmi menyita 480 ton narkoba. Polisi memperkirakan, itu hanya sekitar 30 persen dari seluruh volume narkoba yang diselundupkan ke Iran setiap tahunnya. Perdagangan narkoba di Iran diancam hukuman mati. Baru-baru ini media lokal melaporkan pembangunan kamp kerjapaksa pertama untuk pedagang narkoba. Kamp akan diresmikan akhir tahun ini.

Polisi melaporkan dari Maret 2011 hingga Maret 2012 diserahkan 300.000 berkas perkara baru kasus narkoba ke pengadilan. Jumlah penangkapan dalam setahun itu meningkat 9 persen. Sering dilakukan penangkapan massal tersangka pedagang narkoba. Disebutkan sekitar 70 persen narapidana di Iran terkait langsung atau tidak langsung dalam bisnis narkoba. Sejauh ini tidak ada kebijakan resmi terkait narkoba. Sebaliknya para pejabat saling menyalahkan, gagal dalam menangani tema ini. Mohammad Bagher Zolghadr wakil direktur badan pencegahan dan pemberantasan kejahatan Iran menuding, sejumlah institusi tidak memberikan informasi rinci mengenai pemberantasan kejahatan narkoba, untuk menutupi kinerjanya yang buruk.

Jaksa Agung Iran, Gholamhossein Mohseni Ezhei mengritik kementrian kesehatan. Tidak ada cukup anggaran untuk pos konsultasi narkoba dan rencana perluasannya. Lebih lanjut dia menuntut polisi dan dinas rahasia, untuk membenahi strateginya dalam pemberantasan narkoba. Penderita masalah narkoba di Iran terutama anak-anak. Demikian Mostafa Eghlima ketua perhimpunan pekerja sosial Iran. Mereka terimbas langsung, jika salah satu anggota keluarganya pecandu narkoba. Iran memiliki jutaan anak-anak yang terimbas masalah semacam itu di sekolah-sekolah.

Motto kementrian kesehatan tahun ini : Membuat generasi muda tahan godaan kecanduan narkoba. Menurut keterangan resmi, mayoritas pecandu narkoba adalah generasi muda pada kisaran umur 25 hingga 29. Statistik tidak resmi di Iran menyebutkan, umur pemakai pemula terus turun pada kisaran anak-anak berusia 10 hingga 12 tahun.

Wartawan Diculik dan Dibunuh di Meksiko Oleh Geng Narkoba

Penyerang menculik dan membunuh seorang pewarta yang meliput kasus kriminal di negara bagian Veracruz, Meksiko, Kamis (14/6/2012). Pembunuhan , dalam insiden terakhir dari serangkaian serangan terhadap wartawan di tengah perang narkoba yang tanpa henti di negara itu.

Victor Baez, yang bekerja untuk harian Milenio, diculik ketika ia sedang meninggalkan kantornya di kota Xalapa pada Rabu larut malam, dan polisi menemukan mayatnya pada pagi hari di pusat kota itu, kata Gina Dominguez, juru bicara pemerintah daerah Veracruz.

Dominguez mengidentifikasi penculiknya sebagai tiga orang bersenjata namun tidak memberikan penjelasan terinci mengenai bagaimana ia dibunuh.

“Pembunuh Victor Baez melakukan kejahatan yang melukai keluarganya dan seluruh wartawan. Tujuan mereka adalah mengintimidasi masyarakat,” kata Dominguez pada jumpa pers yang dihadiri oleh wartawan-wartawan yang bekerja bersama Baez selama bertahun-tahun.

Sejumlah wartawan meninggalkan Veracruz dalam beberapa bulan terakhir ini karena khawatir akan keselamatan mereka, namun Baez tetap tinggal untuk melaksanakan tugas peliputan.

“Ia pernah mengatakan kepada saya, ‘Teman, kita tidak boleh dan tidak seharusnya tinggal dalam ketakutan dan kegelapan. Kita tidak boleh membiarkan mereka menteror kita’,” kata Dominguez.

Baez adalah wartawan keenam yang dibunuh di Meksiko dalam dua bulan terakhir. Seorang pewarta kasus kriminal dibunuh di negara bagian Sonor, Meksiko utara, dan seorang lagi di negara bagian Morelos dekat Kota Meksiko.

Tiga wartawan lain dibunuh di Veracruz, yang mengalami peningkatan kekerasan ketika kartel Zetas bertikai dengan kelompok saingan untuk memperebutkan rute penyelundupan narkoba ke AS.

Jumat, seorang wartawan kasus kriminal di negara bagian Coahuila, Meksiko utara, hilang bersama putranya yang berusia dua tahun. Stephania Cardoso (28) bekerja untuk harian Zocalo di kota Saltillo.

“Kami sangat khawatir atas hilangnya Stephania Cardoso dan putranya,” kata Joel Simon, direktur Komite Perlindungan Wartawan yang bermarkas di New York. Menurut Komnas HAM Meksiko, lebih dari 80 wartawan dibunuh di negara itu sejak 2000.

Gembong Narkotika Ini Baru Berusia 30 Tahun dan Sudah Membunuh 1500 Orang

Polisi menghargai informasi tentang Acosta Hernandez hingga $1,2 juta lebih.

Kepolisian Meksiko mengatakan tersangka gembong kartel narkoba, Jose Antonio Acosta Hernandez mengakui telah memberikan perintah pembunuhan terhadap 1500 orang.

Pria berusia 30 tahun ini juga diduga terlibat dalam aksi serangan terhadap seorang perempuan pegawai kantor Konsulat AS bersama suaminya saat berada di Ciudad Juarez tahun lalu.

Petugas mengatakan Acosta Hernandez adalah tokoh kunci di dalam kartel Juarez yang berhasil ditangkap polisi pada hari Jumat pekan lalu.

Kartel ini berkuasa untuk mengontrol jalur peredaran narkoba dari Ciudad Juarez hingga Amerika Serikat.

Juarez sendiri merupakan kota dengan angka kekerasan paling tinggi di negara itu, data pada tahun lalu menunjukan telah terjadi 3000 kasus pembunuhan di kota tersebut.

KORBAN REMAJA
Acosta yang lebih dikenal dengan nama El Diego juga diduga merupakan pimpinan geng La Linea, yang anggotanya diperkerjakan oleh kartel Juarez untuk melakukan pembunuhan terhadap lawan-lawan mereka.

Kepala Unit Anti Narkoba Kepolisian Federal Meksiko, Ramon Pequeno mengatakan Acosta Hernandez dalam pemeriksaan juga mengakui telah memerintahkan pembunuhan 15 orang yang kebanyakan adalah remaja saat melakukan pesta di Ciudad Juarez tahun lalu.

Sebelumnya pemerintah Meksiko menawarkan uang sebesar $1,275 juta kepada orang yang bisa memberikan informasi tentang keberadaan Acosta.

Pemerintah AS juga berupaya untuk membawa Acosta ke Amerika karena terlibat kasus pembunuhan terhadap pegawai konsulat keduataan itu, Lesley Enriquez beserta suaminya Arthur Redelfs dan suami rekannya, Jorge Salcedo.

Mereka semua ditembak mati di dalam kendaraan merela sesaat setelah meningalkan sebuah acara sosial di kota Ciudad Juarez.

Dalam peristiwa itu putri Enriquez yang masih berusia tujuh bulan dan berada di bangku belakang mobil mereka dibiarkan selamat.

Kartel Narkoba Meksiko La Familia Bantai 41 Orang Dengan Dukungan Polisi

Pemerintah Meksiko mengirim 1.800 tambahan polisi pada Sabtu untuk menghadapi perang narkoba yang mengerikan dan mematikan di negara itu, dengan setidaknya 41 orang dibunuh selama akhir pekan, termasuk 10 dipenggal.

Seluruhnya 1.800 agen federal dikirim ke negara bagian Michoacan pada Sabtu, dalam pertempuran di sana terutama dengan Knights Templar, sebuah kelompok sempalan kartel obat La Familia.

Bala bantuan yang didukung oleh 170 kendaraan, 15 ambulans dan empat MI serta helikopter Black Hawk, kata kantor Keselamatan Publik mengumumkan.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Alejandro Poire menyebutnya sebagai penguatan operasi yang dihadapkan pada kemungkinan mobilisasi yang lebih besar oleh kelompok kejahatan terorganisir.

“Mereka melancarkan perang absurd, untuk mati, untuk mengendalikan tindak kejahatan dan rute perdagangan narkoba ke Amerika Serikat,” tegasnya.

Pemerintah federal sudah mengerahkan sekitar 50.000 tentara angkatan darat dan ribuan polisi federal dalam memerangi kartel narkoba.

Pihaknya menyalahkan kelompok tersebut sebagai penyebab sebagian besar dari 37.000 orang yang tewas sejak mulai serangan militer terhadap kartel-kartel pada Desember 2006.

Dan pada akhir pekan ini tidak terkecuali dengan derajat pertumpahan darah yang mengejutkan, untuk mengintimidasi yang sering ditimbulkan ketika kelompok-kelompok orang menolak untuk bekerja sama dengan pengedar narkoba.

Polisi di kota utara Torreon Sabtu mengatakan mereka menemukan mayat tanpa kepala tujuh pria dan tiga wanita di belakang sebuah truk pick-up yang ditinggalkan.

Kepala polisi Guillermo Flores mengatakan kepada AFP bahwa hanya satu kepala, milik perempuan, ditemukan di tempat kejadian, dan bahwa pembunuh telah menempatkan sosok itu di kap truk.

Truk pick-up tersebut diparkir di jalan raya di sekitar Torreon, kota berpenduduk sekitar 650.000 di mana terletak dua jalan raya utama menuju utara ke Amerika Serikat bertemu.

“Para korban tampaknya telah dibunuh beberapa hari lalu di lokasi yang berlainan, dan tubuh mereka ditumpuk di truk pick-up yang ditinggalkan dalam upaya menimbulkan teror di antara warga Torreon,” kata polisi kota dalam sebuah pernyataan.

Polisi belum mengatakan siapa-siapa mereka yang menjadi tersangka, tetapi negara bagian Coahuila, di mana Torreon terletak, adalah medan pertempuran antara dua kartel kuat obat di Meksiko.

Zetas, yang didirikan oleh mantan tentara pasukan khusus Meksiko, dan kartel Pasifik, yang dipimpin oleh Joaquin “Chapo” (si Pendek) Guzman.

Mayat-mayat tanpa kepala itu ditemukan beberapa jam setelah 20 orang tewas Jumat malam, ketika orang-orang bersenjata menyerang sebuah bar lokal di kota utara Monterrey, kota penting ketiga Meksiko.

Para penyerang, yang tiba dengan dua truk pick-up dan mobil, menyerbu ke dalam bar di distrik kehidupan malam yang ramai Monterrey dan mulai menembak kepada para pengunjung. 11 orang ditembak mati pada Jumat sore di Chalco, sebuah kota di pinggiran Mexico City.

Kartel narkoba Meksiko, La Familia, melakukan pemerasan meluas kepada petani, petambang, bahkan penyelenggara adu banteng. Namun, dalam tindakannya ini La Familia mendapatkan perlindungan dari para komandan polisi negara bagian.

Badan kepolisian federal Meksiko, Sekretariat Keamanan Publik, mengungkapkan itu dalam sebuah laporan mengenai luasnya praktik korupsi dan intimidasi kartel tersebut di Negara Bagian Michoacan yang menjadi basisnya.

Untuk menambah pemasukan dari perdagangan narkoba, La Familia memaksa petambang membayar komisi dari hasil tambang. La Familia juga meminta peternak memberikan komisi dari daging yang mereka jual.

Perkebunan alpukat dan limau Michoacan juga dimintai komisi. Aksi adu banteng, adu ayam, dan konser diperas pula oleh La Familia.

Laporan itu dikeluarkan pada Minggu (26/6), lima hari setelah pihak berwenang federal menangkap orang yang diduga pemimpin La Familia, Jose de Jesus Mendez Vargas, alias ”El Chango”, atau ”Sang Monyet”.

Pakai seragam aparat

Laporan itu mengatakan, para komandan polisi Negara Bagian Michoacan membantu La Familia dalam operasinya. Para komandan mengizinkan agen-agen kartel itu menggunakan mobil patroli, frekuensi radio, dan seragam polisi.

Laporan itu menyebutkan seorang mantan pejabat polisi negara bagian menggunakan mobil-mobil patroli menutupi jalan-jalan dan membantu pembunuh bayaran melarikan diri dari polisi yang lain.

”Mereka menggunakan infrastruktur polisi negara bagian untuk membuat rute dan menjamin keselamatan komando bersenjata mereka,” kata laporan itu.

La Familia banyak menggunakan propaganda, seperti menyelenggarakan demonstrasi-demonstrasi menentang upaya pemberantasan geng narkoba oleh pemerintah, mengembuskan kabar angin penyiksaan oleh polisi, dan mengajukan laporan pelanggaran HAM palsu, kata laporan itu.

Walau demikian, pihak berwenang mengatakan, mereka berhasil mendorong kartel itu mundur ke kawasan pegunungan dan menahan atau menewaskan sebagian besar dari pemimpin utamanya. Laporan itu mengatakan, lebih dari 700 anggota La Familia ditangkap sejak 2008, terutama di Negara Bagian Michoacan dan Negara Bagian Mexico, yang berbatasan dengan Mexico City.

Namun, pemimpin sebuah kelompok sempalan yang keras, yang menyebut diri mereka Caballeros Templarios (Ksatria Kenisah) dan yang mulai muncul dengan aksi kejamnya bulan Maret lalu, masih buron.

La Familia lahir di Michoacan, negara bagian asal Presiden Felipe Calderon, tahun 2006. Ketika Calderon dilantik menjadi presiden pada Desember tahun itu, dia mengirim ribuan polisi ke sana dan memperingatkan bahwa kartel tersebut menyuap pejabat-pejabat setempat dan memeras bisnis setempat

El Chapo Guzman Raja Kartel Narkoba Yang Masuk Daftar Orang Terkaya Dunia

Sejak melarikan diri dari sebuah penjara berpengamanan ketat dengan sebuah truk binatu sepuluh tahun lalu, Joaquin ”El Chapo” Guzman telah mengubah dirinya dari seorang gembong kecil narkoba menjadi salah satu gembong paling berpengaruh di dunia. Dia juga menjadi salah satu orang terkaya di dunia.

El Chapo lolos dari sebuah penjara di Meksiko barat pada 19 Januari 2001 setelah hampir delapan tahun beroperasi dari belakang terali besi.

Selama 10 tahun dia buron, Federasi Sinaloa, kartel narkobanya, telah bergerak dari operasi perdagangan narkoba yang relatif kecil-kecilan menjadi menguasai daerah luas wilayah Meksiko. Mereka juga terus memperluas daerah kekuasaannya dengan menempur kartel-kartel pesaingnya.

Kekayaannya telah berkembang menjadi lebih dari 1 miliar dollar AS, menurut majalah Forbes, yang menempatkannya dalam daftar ”Orang-orang Paling Berkuasa di Dunia” tahun 2010 serta menempatkannya di atas Presiden Perancis dan Presiden Venezuela. Pengaruhnya kini meluas dari Argentina sampai Australia.

Dia telah melakukan itu semua, sementara ada sebuah hadiah 7 juta dollar AS untuk penangkapannya. Dia juga mengelakkan ribuan agen penegak hukum dari AS dan negara-negara lain yang ditugaskan untuk menangkapnya dan menghancurkan kartel Sinaloa-nya.

”Kami punya personel yang ditugaskan khusus menangani Chapo Guzman. Itu memperlihatkan betapa penting bagi kami untuk menangkapnya,” kata seorang pejabat tinggi DEA, badan antinarkoba AS, di Meksiko yang tak bisa diungkapkan identitasnya.

”Kalau Anda mengumpulkan semua petugas penegak hukum AS dan asing di seluruh Amerika Tengah dan Amerika Selatan, ada ribuan yang memusatkan perhatian pada seluruh operasi Sinaloa,” katanya.

Guzman (53) membuat pihak berwenang tak mampu menangkapnya dengan dukungan banyak warga setempat di tempat asalnya di Negara Bagian Sinaloa, Meksiko barat laut. Di situ dia menggunakan kekayaannya untuk membantu kaum miskin keluar dari kemiskinan dengan menjadikanya petani opium atau mati dan bisnis narkobanya untuk mempekerjakan banyak orang. Dia diperkirakan bersembunyi di pegunungan ”Segitiga Emas” yang terletak di Negara Bagian Sinaloa dan Durango—wilayah yang begitu terpencil dan tak berhukum sehingga ibu-ibu rumah tangga dipaksa menanam bunga opium dan diperlukan berjam-jam untuk polisi mencapai tempat itu.

Salah sebuah kawat yang dikeluarkan WikiLeaks mengutip seorang pemimpin militer Meksiko, Jenderal Guillermo Galvan, mengatakan, Guzman beserta wanita-wanita simpanannya berpindah-pindah antara 10 dan 15 lokasi untuk menghindari penangkapan serta mempunyai pengamanan sampai 300 orang.

”Dia itu seperti Robin Hood,” kata pejabat DEA tersebut mengenai Chapo. ”Orang-orang di sekitarnya mungkin tidak termotivasi untuk menyerahkan dia.”

Lolosnya Guzman dari penjara di Guadalajara merupakan hal yang sangat memalukan bagi Presiden Meksiko waktu itu, Vicente Fox, dan menimbulkan tuduhan bahwa kartel Sinaloa dilindungi partai Fox, Partai Aksi Rakyat (PAN). Kabar angin itu masih menghantui Presiden Felipe Calderon, pengganti Fox yang juga dari PAN.

Lahir di kota kecil Badariguato di Negara Bagian Sinaloa, Guzman mulai dengan kartel Guadalajara pada tahun 1980-an, yang waktu itu dipimpin Miguel Felix Gallardo, gembong narkoba tertinggi Meksiko.

Setelah Gallardo ditangkap tahun 1989, kelompok itu terpecah. Guzman mengambil alih operasi Sinaloa, menguasai jalur ke Arizona, dan menempur kartel Arellano Felix untuk menguasai kota Tijuana.

Tahun 1993, orang-orang bersenjata yang ada hubungannya dengan geng Arellano Felix mencoba membunuh Guzman di bandara Guadalajara, tetapi menewaskan Kardinal Katolik Juan Jesus Posadas Ocampo, yang membuat rakyat Meksiko marah. Guzman ditangkap beberapa hari kemudian di Guatemala.

Setelah menjalani delapan tahun dari masa hukuman penjara 20 tahun, El Chapo lolos keluar penjara Puente Grande di Guadalajara dalam sebuah truk binatu. Dia konon dibantu direktur penjara itu dan dua puluhan penjaga.

Setelah itulah nama El Chapo mulai menjadi legenda, menyaingi Pablo Escobar, gembong Kolombia yang berkuasa selama 10 tahun sebelum tewas oleh polisi tahun 1993.

Guzman adalah orang pertama yang melanggar perjanjian non-agresi antar kartel-kartel top beberapa tahun lalu untuk mendapatkan rute penyelundupan melalui Negara Bagian Chihuahua dari kartel Juarez.

Upaya-upaya untuk menangkapnya malah memperkuat legendanya. Dia kabarnya menyelenggarakan sebuah pesta perkawinan terbuka dengan pengantin perempuan berusia 18 tahun yang orangtuanya tidak bisa membayar hutang padanya pada 2007 yang dihadiri banyak pejabat dan polisi setempat. Polisi federal yang mau menangkap dia datang terlambat.

Bandar Besar Narkoba Meksiko La Familia Tewas Dalam Serangan

Bandar narkoba terbesar “La Familia” di Meksiko, Nazario Moreno Gonzalez, tewas pada Kamis malam dalam operasi yang dipimpin oleh polisi federal dan tentara di negara bagian barat, Michoacan, ujar pejabat keamanan, Jumat (10/12).

Juru bicara Kabinet Keamanan Nasional, Alejandro Poire mengatakan bahwa Moreno yang terkenal sebagai “El Chayo” atau “Sang Dokter” tewas dalam sebuah serangan gabungan polisi dan tentara.

Serangan itu menewaskan sepuluh orang yang terdiri atas lima petugas polisi federal, tiga warga sipil, dan dua anggota organisasi kriminal itu, ujar dia.

Poire mengatakan bahwa Kabinet Keamanan Nasional akan meningkatkan jumlah polisi dan pasukan militer di kawasan Tierra Caliente, Michoacan.

Dalam sebuah pesan kepada para pewarta di Los Pinos -rumah bagi Presiden Meksiko- Poire mengatakan operasi memberantas “La Familia” akan berlanjut.

“Kami tidak akan menghentikan upaya dalam menjamin dan melindungi keamanan masyarakat” selama penyergapan melawan organisasi kriminal itu, ujar Poire.

Pemimpin lain “La Familia” terdiri Jose de Jesus Mendes atau “El Chango”, Dionisio Loya atau “El Tito” dan Servando Gomez yang dikenal sebagai “La Tuta”. Pihak yang berwenang akan melanjutkan penangkapan mereka dan menawarkan hadiah sejumlah 167.000 dolar AS bagi keterangan keberadaan mereka.

Menurut media setempat, pada 2010 setidaknya 7.500 warga di negara itu tewas, yang menurut pemerintah penyebab kematian paling besar adalah akibat tindakan pembalasan antar kelompok kriminal yang terorganisir.

Kartel Narkoba Meksiko Gunakan Anak Umur 14 Tahun Untuk Penggal Kepala 4 Orang

SEORANG bocah dijaga ketat tiga tentara bersenjata saat dihadapkan dengan wartawan. Tiga tentara itu mengenakan topeng untuk menyembunyikan wajahnya, sedangkan wajah si bocah dibiarkan terbuka. Dilihat dari wajahnya bocah itu seusia anak SMP. Memang usianya baru 14 tahun, tapi dia sudah memenggal leher empat orang dewasa!

Edgar, nama depan bocah lelaki itu – nama belakangnya tidak diungkapkan oleh militer – ditangkap bersama kakak perempuannya yang berumur 19 tahun, saat mereka berada di Bandara Kota Cuernavaca, bagian selatan Meksiko. Mereka hendak melarikan diri dengan pesawat penumpang menuju Kota Tijuana, untuk selanjutnya ke Amerika Serikat.

Saat ditangkap oleh tentara pada Kamis pekan lalu, Edgar membawa dua telepon seluler (ponsel). Dalam ponselnya ditemukan foto-foto korban penyiksaan yang dilakukannya.

“Aku terlibat dalam eksekusi mati terhadap empat orang. Tapi aku melakukannya dalam pengaruh narkotika, dan dibawah ancaman, jika aku tidak melakukan pembunuhan itu mereka akan membunuhku,” begitu pengakuan Edgar, dalam nada tanpa sesal, di depan para wartawan Jumat pekan lalu.

Pengakuan bocah tersebut menunjukkan bahwa geng-geng narkotika Meksiko sudah menggunakan anak-anak di bawah umur dalam kegiatan bisnis brutal mereka. Bocah-bocah yang masih ingusan itu digunakan untuk menggantikan anggota geng dewasa yang tewas atau ditangkap pihak berwajib.

Sejak Presiden Felipe Calderon mencanangkan perang terhadap geng-geng narkotika pada 1996, dengan mengerahkan 50.000 personil militer federal, paling sedikit sudah 30.000 orang tewas. Sebagian besar anggota geng.

Para korban di kalangan geng itu tak hanya tewas karena serangan aparat pemerintah, tapi juga karena perang antargeng. Paling sedikit ada enam sindikat narkotika yang paling besar, yang satu sama lain tidak akur karena berebut daerah kekuasaan, dan pasar.

Menurut pengakuan Edgar, dia diculik saat berumur 11 tahun, dan dipaksa bekerja untuk geng Kartel Pasifik Selatan, yang dipimpin oleh Julio “El Negro” Padilla. Kelompok ini pecahan dari Kartel Beltran Leyva. Dua geng ini bentrok untuk berebut pengaruh di Provinsi Morelos.

Saling bunuh antaranggota dua geng itu menyebabkan jumlah tindak kekerasan bersenjata meningkat tajam di provinsi tersebut, dan provinsi yang berdekatan, Guerrero. Tiap hari ditemukan paling sedikit lima tubuh dengan luka bekas penyiksaan, termasuk kepala terpenggal.

Dalam perang itulah Edgar berpartisipasi. Dia mengaku paling sedikit memenggal kepala empat orang.

Edgar diduga adalah bocah yang dijuluki El Ponchis. Nama julukan ini tersebar setelah muncul sebuah rekaman video di situs YouTube yang mempertontonkan beberapa bocah remaja bersenjata berada di dekat onggokan beberapa mayat orang dewasa yang baru saja mati mereka siksa. Salah satu bocah dalam rekaman itu, yang dirilis bulan lalu, mengaku bahwa mereka adalah kawan El Ponchis.

Sedangkan identitas fisik El Ponchis yang muncul di YouTube dan di situs-situs internet lainnya, selalu dengan wajah tertutup. Namun, sebagian ciri wajah dan kepala yang terlihat menunjukkan kemiripan dengan Edgar. Pihak militer maupun polisi tidak mau mengkonfirmasi apakah El Ponchis adalah Edgar.

Dalam rekaman video tersebut, si bocah mengaku bahwa mereka dibayar sekitar Rp27 juta untuk satu nyawa musuh yang mereka cabut. “Jika kami tak menemukan musuh, ya kami bunuh sembarang orang saja. Mungkin dia pekerja bangunan atau sopir taksi,” kata bocah itu.

Fakta bahwa bocah-bocah itu dilibatkan dalam geng-geng tergambar dari hasil tangkapan aparat keamanan. Saat dilakukan operasi pemberantasan geng narkotika pada 2006, aparat keamanan menangkap 482 bocah di bawah umur yang terlibat dalam tindak kekerasan terkait narkotika. Jumlah tersebut meningkat menjadi 810 orang pada 2009. Dan pada delapan bulan pertama tahun ini saja sudah 562 bocah ditangkap.

Geng-geng narkotika itu merekrut bocah untuk menjadi kaki tangan mereka karena anak-anak di bawah umur mudah diintimidasi, dan diarahkan. Alasan lain, masa hukuman badan terhadap anak-anak cuma sebentar. Karena, hukum di Meksiko menerapkan peradilan anak, dan anak di bawah umur yang menjadi narapidana akan dibebaskan setelah umurnya 18 tahun.

Jadi, jika Edgar yang kini berumur 14 tahun diadili dan diperjarakan atas kesalahan membunuh empat orang, maka dia hanya akan menjalani masa hukuman badan selama empat tahun saja.

Alemao Dikuasai, Perang “Favela” Belum Selesai

Badan-badan penegak hukum Brasil, Senin (29/11), merayakan kemenangan setelah sebuah penggerebekan antinarkoba ke sebuah kompleks permukiman kumuh atau favela di Rio de Janeiro. Namun, seorang pejabat negara bagian memperingatkan bahwa ”sebuah pertempuran dimenangi, tetapi perangnya belum”.

Menjelang peran Rio menjadi tuan rumah Piala Dunia 2014 dan Olimpiade 2016, sejumlah 2.600 anggota pasukan para, marinir, dan polisi elite didukung helikopter dan kendaraan lapis baja melakukan sebuah serangan Minggu dini hari ke kubu geng narkoba di favela Grota, berpenduduk 400.000 jiwa.

Grota hanyalah satu dari 15 permukiman kumuh yang membentuk Complexo do Alemao, sebuah kompleks favela yang luas di Rio utara.

Pihak kepolisian menyatakan telah menyita 40 ton ganja, yang dibungkus siap untuk pengiriman, dari beberapa rumah di Grota. Polisi membentuk sebuah rantai manusia yang panjang, mengular ke bawah sepanjang jalan-jalan yang curam, meneruskan bungkusan narkoba itu sampai ke truk-truk yang telah menanti di jalan utama di bawah.

Akan terus mengusir

Sejumlah 200 kilogram kokain juga disita di daerah itu, kata media.

Direktur Keamanan Publik Negara Bagian Rio de Janeiro Jose Beltrame, Minggu, mengatakan bahwa setelah Complexo do Alemao, pasukan keamanan akan terus mengusir para penjahat dari favela-favela lain di sekitar kota.

”Kami akan bergerak ke Rocinha dan Vidigal (favela besar di bagian selatan kota yang mempunyai penduduk lebih dari 150.000 jiwa). Kami telah memenangi sebuah pertempuran, tetapi belum memenangi perangnya terhadap para pedagang narkoba Rio,” katanya.