Pencarian masih terus dilakukan atas pesawat Malaysia Airlines yang dinyatakan hilang kemarin. Dalam pesawat jenis Boeing 777-200 ini terdapat 227 penumpang dan 12 awak. Di antara penumpang terdapat dua bayi. Pesawat berangkat lepas landar dari Kuala Lumpur pada pukul 00.41 waktu setempat dan dijadwalkan mendarat di Beijing pada 06.30. Namun, di tengah perjalanan, hubungan dengan menara pengawas terputus. Kabar terakhir, pesawat diduga jatuh di wilayah udara Vietnam. Hingga kini upaya pencarian masih terus dilakukan.
Berikut menit-menit menjelang hilangnya pesawat itu:
Pukul 00.41
Malaysia Airlines (MAS) dengan nomor penerbangan MH370 tinggal landas dari Kuala Lumpur International Airport (KLIA), dengan 239 orang di atasnya.
Pukul 01.30
Sinyal MH370 menghilang dari radar Departemen Penerbangan Sipil Malaysia. Pesawat juga tak memasuki wilayah udara Cina atau membuat kontak dengan menara pengawas negeri itu.
Pukul 06.40
Pesawat dijadwalkan tiba di Beijing, Cina. Kerabat penumpang yang menjemput mulai cemas.
Pukul 10.15
Pesawat dikabarkan mendarat darurat di Bandara Nanning di Cina Selatan.
Pukul 10.45
MAS mengkonfirmasi pendaratan darurat itu tak benar. MH370 masih dinyatakan hilang.
Pukul 12.00
CEO MAS, Ahmad Jauhari Yahya, menggelar konferensi pers. Ia menyatakan kontak terakhir MH370 pada 120 mil timur Kota Baru, di atas Laut Cina Selatan.
Pukul 12.50
Sinyal pesawat MH370 terdeteksi di Vietnam, namun dibantah Badan SAR Vietnam.
Pukul 13.00
Cina mengirim dua kapal SAR ke Laut Cina Selatan untuk membantu pencarian pesawat itu.
Pukul 13.10
Kedutaan Malaysia di Beijing membuka hotline untuk keluarga penumpang pesawat MH370.
Pukul 13.30
Pemerintah Vietnam mengkonfirmasi pesawat terakhir melakukan kontak di wilayah udara provinsi Ca Mau, meminta ditransfer ke pengawas lalu lintas udara di Ho Chi Minh City. Namun transfer tak pernah terjadi.
Pukul 14.00
Manifes pesawat MH370 diumumkan ke publik.
Pukul 16.20
Pemerintah Vietnam mengumumkan pesawat MH370 hilang di wilayah udara mereka.
Pukul 18.00
Vietnam, Singapura, Filipina, dan Amerika Serikat mengumumkan bergabung dengan Malaysia melakukan operasi pencarian dan penyelamatan.
Pukul 21.00
Laporan menyatakan Departemen Penerbangan Sipil Vietnam mendeteksi dua lokasi tumpahan minyak dalam jumlah besar di dekat pesisir selatan negara itu.
Seorang pilot Boeing 777 mengaku sempat mengontak Malaysia Airlines Boeing 777-200ER sesaat sebelum pesawat tersebut hilang. Pilot tersebut menghubungi pesawat bernomor penerbangan MH370 itu karena diminta oleh petugas pengatur lalu lintas udara Vietnam yang kehilangan kontak dengan pesawat tersebut. Adapun pilot itu terbang 30 menit di depan MH370 dan menghubungi pesawat tujuan Beijing tersebut melalui frekuensi darurat.
Menurut pilot yang enggan disebut namanya itu, dia kesulitan berkomunikasi dengan awak MH370. “Banyak gangguan. Saya dengar gumaman di sana,” katanya, Ahad, 9 Maret 2014. Menurutnya, ia tak dapat membedakan suara antara Kapten Zaharie (Ahmad Shah) dan Fariq (Abdul Hamid), kopilot. “Tapi saya yakin itu adalah kopilot,” katanya.
Sebelumnya, radar militer Malaysia merekam jejak pesawat Malaysia Airlines MH370 yang sempat berputar arah kembali ke Kuala Lumpur sebelum kemudian menghilang, Sabtu, 8 Maret 2014. Namun pilot tidak memberi sinyal kepada petugas di bandara. Jejak itu telah membuat petugas memperluas pencarian pesawat jenis Boeing 777-200ER yang diduga hilang di sekitar perbatasan perairan Malaysia-Vietnam pada Sabtu, 8 Maret 2014, pukul 01.30 waktu setempat.
Panglima Angkatan Udara Malaysia Tan Sri Rodzali Daud membenarkan kemungkinan pesawat itu berbalik arah berdasarkan rekaman radar militer. Petugas bandara juga sedang mempelajari kemungkinan MH370 memang sempat berputar arah saat penerbangan mengarah ke Beijing, Cina. Pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang setelah dua jam mengudara dari Kuala Lumpur menuju Beijing, Sabtu, 8 Maret 2014, diduga kuat jatuh ke laut. Dugaan tersebut didasari temuan ceceran minyak sepanjang 19 kilometer di perairan antara Malaysia dan Vietnam.
“Pesawat Angkatan Laut Vietnam menemukan bukti itu sekitar 20 kilometer dari lokasi dugaan jatuhnya pesawat Boeing,” kata Lai Xuan Thanh, Direktur Otoritas Penerbangan Sipil Vietnam. “Ceceran minyak ini konsisten dengan jejak avtur dari mesin jet pesawat yang jatuh.” Namun hingga berita ini diturunkan, Thanh belum mengetahui pasti apakah ceceran minyak tersebut lebih dekat ke Malaysia atau perairan Vietnam di dekat Teluk Thailand.
Kepada New York Times, direktur situs pencari pesawat hilang, Flightradar24, mengatakan pesawat Boeing 777-200 ini dilengkapi alat pengirim sinyal lokasi. “Berdasarkan rekaman terakhir, pesawat MH370 berada 150 kilometer timur laut Kuala Terengganu,” ujar Fredrik Lindahl melalui e-mail. Posisi ini berada dekat Teluk Thailand di antara sebelah utara Malaysia dan wilayah selatan Vietnam. Hal ini sesuai dengan pernyataan petugas menara pengawas udara Cina kepada stasiun televisi China Central bahwa pesawat itu tidak pernah memasuki wilayah udara Negeri Tirai Bambu.
Namun, jika penemuan awal menyebutkan pesawat sempat mengudara selama dua jam, seharusnya posisi pesawat sudah berada di wilayah utara Vietnam. Tapi Lindahl menegaskan, kontak radar terakhir pada pukul 01.19 waktu setempat atau kurang dari 40 menit setelah pesawat tinggal landas dari Kuala Lumpur.
Perdana Menteri Malaysia najib Razak berusaha menenangkan para keluarga penumpang pesawat nahas itu dengan memastikan upaya pencarian terus dilakukan selama diperlukan. “Kami mengirim 15 pesawat Angkatan Udara, enam kapal Angkatan Laut, dan tiga kapal penjaga pantai ke lokasi,” tutur Najib kepada wartawan di Kuala Lumpur. Pengamat penerbangan, Dudi Sudibyo, mengatakan kecelakaan yang menimpa pesawat Malaysia Airlines mirip dengan yang terjadi pada Adam Air. “Artinya, ini mirip, sama-sama jatuh dan masuk ke laut,” ujarnya saat dihubungi, Ahad, 9 Maret 2014.
Namun pesawat yang dioperasikan Adam Air pada 2007 berjenis Boeing 737-400. Sedangkan Malaysia Airlines menggunakan jenis Boeing 777-200. Dudi menuturkan pesawat berbadan lebar ini sudah banyak digunakan maskapai-maskapai di seluruh dunia, termasuk Indonesia. “Boeing 777-200 banyak yang memakai, termasuk Cathay Pacific Airways, Singapore Airlines, dan Garuda Indonesia,” kata Dudi. Ia menjelaskan, Malaysia Airlines sudah mengoperasikan pesawat jenis ini selama satu tahun dan tidak pernah bermasalah sebelumnya. Boeing 777 mampu terbang sejauh 11.500 kilometer nonstop. Harga pesawat jenis ini mencapai US$ 261,5 juta.
Pesawat Malaysia Airlines yang membawa 227 penumpang dan 12 awak diduga jatuh di Laut Cina Selatan. Tim penyelamat dari negara-negara yang paling dekat dengan jalur penerbangan itu menjelajahi area tersebut untuk melakukan pencarian. Media pemerintah Vietnam, mengutip seorang pejabat senior angkatan laut, telah melaporkan bahwa Boeing 777-200ER yang mengarungi penerbangan dari Kuala Lumpur ke Beijing telah jatuh di Vietnam selatan. Namun baik Angkatan Laut Vietnam maupun Menteri Transportasi Malaysia kemudian membantah kecelakaan itu.
“Kami melakukan segala upaya untuk menemukan pesawat,” kata Menteri Transportasi Malaysia Hishamuddin Hussein kepada wartawan di dekat Bandara Internasional Kuala Lumpur. “Kami mencari informasi yang akurat dari militer Malaysia. Mereka menunggu informasi dari pihak Vietnam.” Kecelakaan pesawat Malaysia Airlines ini, jika benar terjadi, kemungkinan akan menandai insiden paling mematikanyang melibatkan pesawat Boeing jenis 777-200ER sejak mengudara 19 tahun lalu. Pesawat yang hilang tanpa memberikan sinyal bahaya mengingatkan pada jatuhnya Air France ke Samudra Atlantik Selatan pada 1 Juni 2009. Kecelakaan ini menewaskan 228 orang. Pesawat ini menghilang selama berjam-jam sebelum puing-puingnya ditemukan.
Hilangnya pesawat Malaysia Airlines melebar ke arah lain: kemungkinan campur tangan teroris. Menurut NBCnews.com, pada Sabtu, 8 Maret 2014, para pejabat AS menyatakan sedang menyelidiki kekhawatiran terhadap terorisme setelah dua calon penumpang Malaysia Airlines ternyata tak berada di dalam pesawat dan melaporkan bahwa paspor mereka dicuri. “Kami menyadari laporan ihwal dua paspor yang dicuri itu,” kata seorang pejabat senior. “Kami belum menentukan kaitannya dengan tindak terorisme. Masih sangat dini dan itu tidak berarti definitif.”
Para pejabat AS mengatakan mereka memeriksa manifes penumpang dan akan kembali menyelidiki lewat sisi intelijen. Seorang warga Italia tidak berada di dalam pesawat bernomor penerbangan MH370 itu seperti yang diumumkan. Kementerian Luar Negeri Italia mengatakan warganya tersebut mengaku paspornya dicuri. Penumpang yang dimaksud adalah Luigi Maraldi, 37 tahun, yang disebut dalam manifes pesawat berkewarganegaraan Italia. Koran Corriere Della Sera melaporkan paspor Maraldi dicuri di Thailand, Agustus lalu. Kementerian Dalam Negeri Italia menolak mengomentari laporan tersebut. Kementerian Luar Negeri Austria juga mengatakan warga Austria yang dilaporkan berada dalam penerbangan tersebut dalam kondisi aman. Dia juga mengaku paspornya dicuri.
Analis penegakan hukum dari CNN yang juga mantan asisten direktur FBI, Tom Fuentes, mengatakan lolosnya dua penumpang Malaysian Airlines Boeing 777-200ER yang menggunakan paspor curian atau paspol palsu dari pemeriksaan keamanan bandara disebabkan oleh maraknya pencurian dokumen perjalanan. “Hingga saat ini ada 39 juta laporan pencurian dokumen perjalanan di database Interpol,” kata Tom, seperti ditulis CNN.
Tom mengatakan ada 1 miliar penumpang menggunakan penerbangan internasional setiap tahun. Namun banyaknya penumpang yang memakai paspor itu tidak diimbangi dengan pemeriksaan database Interpol. “Jadi, itu meninggalkan celah,” kata Tom. Menurut sumber-sumber di Interpol yang mengurusi penyimpanan database dokumen perjalanan yang hilang dan dicuri, kata Tom, pencurian paspor milik seorang warga negara Italia telah dilaporkan ke Interpol dan tercatat dalam database lembaga kepolisian internasional itu. Namun, kata dia, aparat keamanan bandara di Malaysia ternyata tidak mengecek database Interpol.
Tom mengatakan setiap orang akan bertanya-tanya siapa dan apa motif penumpang yang menggunakan paspor curian tersebut. “Apakah mereka menggunakannya untuk memeriksa kecocokan bagasi dengan tiket, dan mungkin bagasi berisi bahan peledak? Jadi, itu adalah keprihatinan besar ketika orang menggunakan dokumen palsu untuk naik pesawat internasional,” kata Tom.
Sebelumnya, pejabat dari Eropa mengatakan dua penumpang Malaysia Airlines, yang hilang di Laut Cina Selatan, diduga menggunakan paspor palsu. Dua paspor tersebut tercatat atas nama Christian Kozel, warga negara Austria, dan Luigi Maraldi, warga negara Italia. Namun keberadaan kedua orang tersebut dalam pesawat telah dibantah negara masing-masing. Keduanya tidak naik pesawat tersebut. Paspor milik keduanya hilang karena dicuri saat mereka berada di Thailand tahun lalu.
Paspor palsu yang digunakan dua penumpang Malaysia Airlines menambah misteri hilangnya pesawat nahas itu. Para pejabat Kementerian Luar Negeri Italia dan Austria menyatakan dua nama yang terdaftar dalam manifes Malaysia Airlines tidak berada di dalam pesawat yang hilang itu. Keduanya mengaku paspor mereka dicuri saat berwisata ke Thailand. Dua nama yang dimaksud adalah Christian Kozel, 30 tahun, asal Austria, dan Luigi Maraldi, 37 tahun, asal Italia. Nama keduanya tiba-tiba muncul dalam manifes pesawat. Malaysia Airlines menghilang Sabtu, 8 Maret 2014, kurang dari satu jam setelah lepas landas dari Kuala Lumpur menuju Beijing.
Ayah Maraldi mengatakan kepada The Associated Press bahwa paspor anaknya telah dicuri satu setengah tahun lalu saat berwisata di Thailand. “Paspor itu disimpan di agen penyewaan mobil, dan ketika ia kembalikan mobil itu, paspornya telah hilang,” kata Walter Maraldi melalui telepon dari rumahnya di utara Roma. Walter Maraldi mengatakan pihak berwenang tidak bisa mengatakan kepadanya apakah paspor yang digunakan untuk naik pesawat itu curian atau palsu. Maraldi saat ini tinggal di Thailand dan dalam kondisi baik-baik saja. Ibu Maraldi mengatakan kepada Reuters paspor anaknya hilang, diduga dicuri, di Phuket pada 2013. “Dia melaporkan kehilangan paspornya kepada pihak berwenang di Thailand,” kata Renata Lucchi.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Austria Martin Weiss menegaskan nama yang terdaftar di manifes cocok dengan paspor Austria yang dilaporkan dicuri dua tahun lalu di Thailand. “Kami tidak memiliki informasi tentang siapa yang mungkin telah mencuri paspornya,” kata Weiss. Kedua pejabat ini meminta untuk mencermasti kasus ini dan mengadakan penyelidikan lebih mendalam.
Dari Amerika Serikat dilaporkan bahwa pihak keamanan negeri itu menyatakan akan meneliti mengenai kemungkinan adanya aksi terorisme dalam kejadian ini. Menurut NBCnews.com, para pejabat AS menyatakan sedang menyelidiki kekhawatiran terhadap terorisme setelah dua calon penumpang Malaysia Airlines ternyata tak berada di dalam pesawat dan melaporkan bahwa paspor mereka dicuri. “Kami menyadari laporan ihwal dua paspor yang dicuri itu,” kata seorang pejabat senior. “Kami belum menentukan kaitannya dengan tindak terorisme. Masih sangat dini dan itu tidak berarti definitif.” Para pejabat AS mengatakan mereka memeriksa manifes penumpang dan akan kembali menyelidiki lewat sisi intelijen.
Tim Investigasi gabungan dari beberapa negara Asia Tenggara hingga kini masih mencari pesawat Malaysia Airlines Boeing 777-200 yang hilang di Laut Cina Selatan. Beragam spekulasi muncul mulai dari kesalahan manusia, faktor cuaca, kesalahan mekanik sampai pada dugaan adanya tindakan teroris dalam pesawat itu. (Baca: Dua Penumpang Malaysia Airlines Pakai Paspor Palsu)
Ditambah dengan adanya dua penumpang pesawat itu yang diduga menggunakan paspor palsu. Dua paspor tersebut tercatat atas nama Christian Kozel, warga negara Austria dan Luigi Maraldi, seorang warga negara Italia. Namun kedua orang itu tidak berada di pesawat. Otoritas Kementerian Luar Negeri Austria mengatakan paspor yang dimiliki warga negaranya itu sudah hilang dua tahun yang lalu saat pemiliknya sedang di Thailand.
Sedangkan menurut Otoritas Kementerian Luar Negeri Italia, paspor atas nama warga negaranya itu juga hilang dicuri di Thailand pada Agutus 2013 lalu. Terkait adanya dugaan terorisme dalam pesawat itu, Kepala Investigasi Amerika Serikat mengatakan masih mendalami dugaan pencurian paspor yang digunakan penumpang misterius itu. Selain itu, dalam hilangnya pesawat itu juga belum ditemukan adanya ledakan atau pun bukti awal yang mengarah ke tindakan teroris.
“Untuk saat ini kami tidak menemukan adanya dugaan tindakan teroris,” kata seorang pejabat keamanan intelijen Amerika yang tidak ingin disebutkan namanya, seperti dilansir New York Times, Ahad, 9 Maret 2014. “Kami juga masih menyelidiki soal pencurian paspor itu.” Hingga saat ini, tidak ada indikasi sabotase maupun klaim dari serangan teroris terkait hilangnya pesawat. Penyebab hilangnya pesawat dari radar sekitar satu jam setelah lepas landas dari Kuala Lumpur ke Beijing belum diketahui. Tidak ada laporan cuaca buruk ketika itu. “Kami tidak mengesampingkan kemungkinan apapun,” kata CEO Malaysia Airlines Ahmad Jauhari Yahya dalam konferensi pers, Sabtu kemarin.
Satu dari tujuh warga Indonesia penumpang pesawat Malaysia Airlines yang hilang adalah Firman Chandra Siregar. Menurut ayah Firman, Krisman Siregar, anaknya naik pesawat dengan rute Kuala Lumpur-Beijing karena mendapat panggilan kerja di perusahaan Schlumberger di Beijing. “Sebenarnya Firman mulai bekerja di Cina pada Desember lalu. Tapi karena saat itu musim salju, perusahaan tempat Firman bekerja memperbolehkan Firman datang Maret,” ujar Krisman saat ditemui Tempo, Ahad, 9 Maret 2014. Pesawat Malaysia Airlines MH370 diduga kuat jatuh ke laut kemarin. Pesawat Boeing 777-200ER itu hilang setelah dua jam mengudara dalam perjalanan dari Kuala Lumpur menuju Beijing.
Setelah beribadah di gereja, siang ini, keluarga Firman berkumpul di rumah orang tua Firman di kawasan Padang Bulan, Medan. “Semua keluarga kami belum percaya dengan yang terjadi pada anak saya Firman. Kami berkumpul di rumah untuk berdoa semoga ada kabar baik,” ujar Herlina Panjaitan. Di dalam pesawat yang hilang dua jam setelah lepas landas dari Bandara Internasional Kuala Lumpur tersebut, ada tujuh penumpang warga negara Indonesia. Mereka adalah Firman Chandra Siregar, Suadaya Herryindra, Suadaya Ferry Indra, Tanurisam Indrasuria, Sugiyanto Lo, Vinny Chynthyation, dan Wang Willysurijanto.