Category Archives: Suriah

Amerika Serang Milisi Pro Iran di Perbatasan Suriah

Amerika Serikat melancarkan serangan udara untuk menggempur milisi yang didukung Iran di kawasan perbatasan Irak dan Suriah pada Minggu (27/6) atas perintah langsung dari Presiden Joe Biden. “Atas perintah Presiden Biden, militer AS melancarkan serangan udara ke fasilitas yang digunakan kelompok milisi yang didukung Iran di perbatasan Irak-Suriah,” ujar Sekretaris Pers Kementerian Pertahanan AS, John Kirby, seperti dikutip AFP.

Militer AS menyatakan bahwa mereka menggencarkan gempuran dari udara ini untuk membalas serangan drone milisi ke personel mereka di Irak.
Melalui sebuah pernyataan, militer AS mengklaim bahwa mereka menargetkan fasilitas penyimpanan senjata dan operasional di dua lokasi di Suriah dan satu titik di Irak.Menurut militer AS, fasilitas-fasilitas yang menjadi target serangan merupakan milik sejumlah milisi pro-Iran, termasuk Kataib Hizbullah dan Kataib Sayyid al-Shuhada.

“Seperti yang terlihat dari serangan malam ini, Presiden Biden menegaskan bahwa ia akan bertindak untuk melindungi personel AS,” demikian pernyataan militer AS yang dikutip Reuters. Ini merupakan serangan kedua AS ke kawasan Timur Tengah di bawah perintah sang presiden. Biden pertama kali memerintahkan serangan udara ke milisi yang didukung Iran di Suriah pada Februari lalu, sekitar sebulan setelah ia dilantik menjadi presiden.

Saat itu, militer juga menyatakan bahwa serangan tersebut merupakan respons atas serangan roket yang menghantam pangkalan militer AS di Irak beberapa pekan sebelumnya. Ini merupakan serangan kedua AS ke kawasan Timur Tengah di bawah perintah sang presiden. Biden pertama kali memerintahkan serangan udara ke milisi yang didukung Iran di Suriah pada Februari lalu, sekitar sebulan setelah ia dilantik menjadi presiden.

Saat itu, militer juga menyatakan bahwa serangan tersebut merupakan respons atas serangan roket yang menghantam pangkalan militer AS di Irak beberapa pekan sebelumnya.

ISIS Kehilangan 14 Persen Wilayah Dalam Tahun 2015 Karena Direbut Pejuang Muslim Kurdi

ISIS kehilangan sekitar 14 persen wilayah kekuasaan mereka di Irak dan Suriah. Sebaliknya, wilayah kelompok militan Kurdi, rival ISIS, meningkat tiga kali lipat setelah kemenangan spektakuler 300 pejuang wanita kurdi memukul mundur 12.000 militan ISIS di Kobani. Hal ini diungkapkan dalam laporan kelompok thinktank IHS Jane seperti dikutip The Telegraph, Senin (21/12). Tahun ini ISIS digempur dari banyak sisi, di antaranya adalah serangan udara koalisi pimpinan Amerika Serikat.

ISIS kehilangan beberapa kota penting yang strategis, seperti Tal Abyad di perbatasan Suriah dengan Turki, Tikrit di Irak dan kilang minyak Baiji juga di Irak. ISIS juga tidak lagi menguasai jalan tol yang menghubungkan wilayah mereka di Raqqa, Suriah, dan Mosul, Irak. Kehilangan kekuasaan di jalan ini berarti mempersulit ISIS menyalurkan logistik dan persenjataan mereka.

Menurut Columb Strack, pengamat senior Timur Tengah di IHS Jane, berkurangnya luas wilayah berdampak buruk bagi ISIS, terutama dari sisi finansial. “Kita telah melihat dampak finansial yang negatif bagi ISIS akibat kehilangan wilayah perbatasan Tal Abyad karena peningkatan serangan udara terhadap kapasitas produksi minyak kelompok militan ini,” kata Strack. Lembaga think-tank asal AS ini mengatakan wilayah kekuasaan ISIS berkurang hampir 13 ribu kilometer persegi menjadi tinggal 77 ribu kilometer persegi antara awal tahun ini hingga 14 Desember.

Namun ISIS berhasil menguasai kota-kota strategis, seperti kota bersejarah Palmyra di Suriah dan pusat kota Ramadi, ibu kota provinsi terbesar di Irak, Anbar. Untuk mendapatkan dua kota itu, ISIS terpaksa kehilangan wilayah mereka di utara, yang sekarang direbut oleh pasukan Kurdi. Wilayah kekuasaan kelompok militan Kurdi meningkat hingga 186 persen di tahun ini, diungkapkan IHS. Hal ini menunjukkan bahwa Kurdi menjadi ganjalan bagi ISIS dalam melebarkan wilayah.

Tentara Kurdi terdiri dari koalisi warga Kurdi dan Arab di wilayah timurlaut Suriah. Selain perlawanan dari Kurdi, ISIS juga mulai kewalahan menghadapi serangan udara koalisi AS. Pemerintah Irak sendiri berhasil merebut enam persen wilayah mereka dari ISIS, sementara warga Kurdi Irak mendapatkan kembali dua persen tanah mereka. Pecundang terbesar dalam konflik ini adalah pemerintahan Bashar al-Assad di Suriah yang kehilangan 16 persen wilayah mereka dan kini tersisa hanya sekitar 29 ribu kilometer persegi.

Jumlah wilayah kekuasaan Assad saat ini kurang dari setengah total daerah yang dikuasai ISIS dan kelompok oposisi Suriah yang mencapai sekitar 185 ribu kilometer persegi. ISIS harus bersiap jika masih ingin mempertahankan Ramadi. Sebab, pasukan Irak sedang berupaya mengambil alih kembali kota di sisi barat itu dari kelompok militan Islam, dalam waktu dekat, diberitakan Reuters. Persiapan serangan sudah dikonfirmasi kepala pasukan Irak, Letnan Jenderal Othman al-Ghanemi kepada stasiun televisi nasional, Senin (21/12). Meski tak menyebutkan waktunya, Al-Ghanemi menegaskan pihaknya akan menyerang.

Ia mengatakan, “Ada operasi yang sedang berlangsung untuk mengontrol sektor dalam persiapan serangan di pusat kota beberapa jam ke depan.” Tak lupa ia menambahkan, “Insya Allah.” ISIS sudah tahu soal serangan itu. Sebelumnya, juru bicara Kementerian Pertahanan Irak sudah mengatakan bahwa ISIS mencegah warga sipil yang ingin meninggalkan Ramadi sehubungan dengan adanya rencana penyerangan. Rencana itu sendiri sudah ada sejak Minggu.

Pesawat militer Irak menjatuhkan selebaran di kota itu pada Minggu (20/12) dan meminta warga meninggalkan kota dalam waktu 72 jam. Dalam waktu itu, pasukan Irak akan menyerang. Selebaran itu juga berisi rute aman bagi warga yang hendak menyelamatkan diri. Namun, ISIS sedang berupaya membuat mereka tetap tinggal. Ramadi jatuh ke tangan ISIS sejak Mei lalu. Intelijen Irak memperkirakan, ada sekitar 250 sampai 300 pejuang ISIS yang bercokol di pusat Ramadi, yang merupakan ibu kota Anbar itu.

Kementerian Pertahanan Irak memaparkan bahwa kelompok militan ISIS mencegat warga Ramadi yang diimbau meninggalkan kota tersebut, menjelang operasi militer besar-besaran yang akan diluncurkan tentara Irak untuk merebut kembali kota di wilayah barat dari cengkraman militan.

“Ada keluarga yang berhasil lolos dari geng Daesh,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Irak, Naseer Nuri kepada Reuters pada Senin (21/12), menggunakan nama lain dari ISIS, Daesh.

(Baca juga: Militer Irak Minta Warga Ramadi Meninggalkan Kota)

Pilihan Redaksi
Perangi ISIS, Pemberontak Suriah Terima Amunisi dari AS
Taliban di Pakistan Tolak Klaim ISIS soal Kekhalifahan Muslim
Debat Demokrat, Clinton Dukung Strategi Obama Lawan ISIS
“Ada informasi intelijen dari dalam kota bahwa mereka mencegah sejumlah keluarga meninggalkan kota, mereka berencana menggunakan warga sebagai perisai manusia,” ujar Naseer menambahkan tanpa merinci jumlah warga yang berhasil melarikan diri dari cegatan ISIS.

Pesawat militer Irak pada Minggu (20/12) menjatuhkan selebaran di Ramadi yang mengimbau warga untuk meninggalkan kota tersebut dalam waktu 72 jam.

Selebaran tersebut juga dilengkapi dengan rute aman untuk keluar dari kota. Juru bicara operasi gabungan Brigadir Jenderal Yahya Rasool juga mengimbau warga membawa serta dokumen identifikasi yang diperlukan.

Pekan lalu, pasukan keamanan Irak mengklaim mereka telah membuat kemajuan pada dua front di Ramadi, dengan mengusir militan ISIS dari basis komando militer dan lingkungan di al-Taamim di tepi barat kota. ISIS merebut wilayah itu pada Mei lalu.

Intelijen Irak memperkirakan jumlah militan ISIS yang bercokol di pusat Ramadi, ibu kota provinsi Anbar, berkisar antara 250 hingga 300 orang

Sniper SAS Bunuh Algojo ISIS dari Jarak 1 Km Ketika Akan Penggal Pria Muslim

Seorang sniper anggota pasukan khusus Inggris, SAS, berhasil menyelamatkan seorang pria muslim dan putranya yang berusia 8 tahun yang akan dipenggal anggota Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS). Penembak jitu SAS itu menembak si algojo ISIS dari jarak 1.000 meter sebelum dia menghabisi dua anggota ISIS lainnya.

Pasukan SAS sebelumnya mendapatkan informasi dari seorang mata-mata Irak. Mendapatkan informasi itu, pasukan SAS bergerak ke wilayah utara Suriah, tak jauh dari perbatasan Turki untuk mencegah eksekusi. Saat tiba di sekitar lokasi, ISIS sudah melakukan eksekusi beberapa penduduk lokal. Sementara keluarga dan kerabat korban dipaksa menyaksikan pemenggalan itu.

Saat itu, seorang pengintai melihat seorang pria dan seorang anak laki-laki diseret dalam keadaan mata tertutup. Pada saat yang sama, seorang pria berjanggut lebat yang memegang sebuah pisau besar berbicara kepada warga yang ketakutan. Tak lama kemudian, sang penembak jitu dengan menggunakan senapan khusus sniper berkaliber 50 milimeter yang dilengkapi peredam suara menembak si algojo.

“Algojo ISIS itu ditembak tepat di kepalanya dan langsung jatuh. Semua orang di sekitarnya hanya berdiri kebingungan. Si sniper lalu menewaskan dua anggota ISIS lainnya sebelum akhirnya anggota ISIS yang lain lari kocar kacir ketakutan. Tiga pembunuhan dengan tiga peluru,” ujar seorang sumber kepada harian The Daily Star Sunday.

“Satu orang dari kerumunan warga kemudian berlari dan membebaskan pria beserta anaknya itu dan melepas penutup mata mereka,” tambah sumber itu. Sumber itu melanjutkan, sisa anggota ISIS yang masih hidup hanya bisa melihat tiga kawannya yang sudah tak bernyawa itu kemudian melarikan diri dan bersembunyi didalam selokan hingga malam.

Pasukan SAS itu kemudian mendapat kabar bahwa warga desa menggelar pesta untuk merayakan kejadian ajaib yang menyelamatkan beberapa orang yang nyaris dieksekusi itu. Pasukan SAS sudah berada di wilayah Irak dan Suriah selama hampir satu tahun untuk memerangi ISIS bersama para milisi dan pasukan pemerintah setempat.

WNI Anggota ISIS Dipancung Oleh ISIS Karena Tularkan AIDS Pada Budak Seks Yazidi

Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) pengikut ISIS dipenggal oleh kelompok militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Pemenggalan dilakukan karena WNI tersebut terbukti secara sah menularkan virus HIV di kalangan pengikut ISIS dengan melakukan transfusi darah, menularkannya pada dua budak seks kulit putih Yazidi sehingga seorang Emir ISIS yang tengah melampiaskan nafsu syahwatnya pada budak seks tersebut juga tertular AIDS seperti yang dikutip dari Daily Mail.

Terkait hal tersebut Staf Ahli Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Wawan Purwanto mengatakan kejadian tersebut merupakan risiko pribadi WNI. “Kalau sudah di medan perang menjadi tanggung jawab pribadi. Kenapa mereka mau masuk medan pertempuran, apalagi bukan perang di negara kita. Dalam Undang-Undang (UU) Kewarganegaraan, disebutkan ada kewajiban WNI yang harus dijunjung tinggi, terutama larangan bergabung dengan milisi negara luar,” ujar Wawan dalam pernyataannya, Kamis(25/6/2015).

Wawan pun menyarankan agar para WNI yang tergiur bujuk rayu ISIS untuk pergi ke Suriah agar menimbang kembali langkah tersebut. Mereka harus benar-benar menggunakan akal sehat dan menilai dirinya apakah sudah selayaknya berada di tempat antah berantah tersebut. “Buat apa kita mencari masalah. Di sana kondisinya sangat berbeda dengan Indonesia dan medan serta cuacanya sangat berat. Kita harus punya ilmu mumpuni bila nekat bergabung dengan ISIS. Kalau tidak, saya yakin kita (WNI) hanya akan jadi korban saja,” ujarnya.

Persoalan yang terjadi dengan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) sebenarnya bukan konflik agama, tapi ada campur aduk politik. Persoalan ini yang membuat adanya pemahaman berbeda antara perang yang dilakukan ISIS dengan perang di bulan Ramadan. Pengamat intelijen sekaligus Staf Ahli Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Wawan H Purwanto menyarankan para Warga Negara Indonesia (WNI) yang tergiur bujuk rayu ISIS untuk pergi ke Suriah agar menimbang kembali langkah tersebut.

Menurutnya, mereka harus menggunakan akal sehat dan melakukan koreksi diri apakah layak berada di medan perang tersebut. “Di sana kondisinya sangat berbeda dengan Indonesia dan medan serta cuacanya sangat berat. Kita harus punya ilmu mumpuni bila nekat bergabung dengan ISIS. Kalau tidak, saya yakin kita (WNI) hanya akan jadi korban saja,” ujar Wawan, Jakarta, Kamis (25/6/2015).

Maka itu dia berpendapat, adanya seorang WNI yang identitasnya tidak jelas dipenggal kelompok militan ISIS akibat menularkan virus HIV di kalangan pengikut ISIS merupakan risiko pribadi. Alasannya, korban berada di medan perang di negara lain dan korban telah menjadi pengikut ISIS. “Kenapa mereka mau masuk medan pertempuran, apalagi bukan perang di negara kita. Dalam Undang-Undang (UU) Kewarganegaraan, disebutkan ada kewajiban WNI yang harus dijunjung tinggi, terutama larangan bergabung dengan milisi negara luar,” ucapnya.

Kelompok militan ISIS terus melakukan penculikan wanita di Irak karena kekurangan pasokan wanita kulit putih untuk dijadikan pelampiasan nafsu syahwat anggotanya yang dijanjikan akan didapat bila bergabung dengan ISIS. Bahkan 43 wanita Irak yang diculik dari minoritas kulit putih Yazidi telah dijual kepada para militan ISIS di Suriah karena gagalnya kampanye disosial media untuk mengajak wanita wanita muda kulit putih di Eropa dan Amerika untuk bergabung bersama mereka. Sebagian dari wanita-wanita itu telah diculik ISIS bersama anak-anak mereka! Menurut kelompok pemantau HAM Suriah, Syrian Observatory for Human Rights, wanita-wanita Irak itu diperlakukan seperti budak oleh para militan ISIS dan dijual antara US$ 500 dan US$ 2.000.

Menurut Observatory seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (26/6/2015), wanita-wanita itu telah diculik sejak tahun di wilayah Sinjar, Irak utara ketika kelompok ISIS melancarkan serangan besar-besaran. Awal bulan ini, wanita-wanita itu dibawa ke kota yang dikuasai ISIS, Mayadeen di provinsi Deir Ezzor, Suriah timur. “Sebagian diculik bersama anak-anak mereka namun kami tidak tahu nasib mereka,” ujar direktur Observatory, Rami Abdel Rahman.

Warga minoritas Yazidi umumnya tinggal di wilayah Sinjar, Irak. Oleh kelompok ISIS, kaum Yazidi dianggap sebagai kafir sehingga sah untuk dijadikan tempat pelampiasan nafsu syahwat. Pada tahun 2014 lalu, para militan ISIS membantai kaum Yazidi dan memaksa ratusan ribu orang Yazidi melarikan diri. ISIS juga menangkap ribuan wanita dan anak-anak perempuan yang kemudian dijadikan budak seks. Badan PBB telah menyatakan bahwa kekejaman yang dilakukan ISIS terhadap Yazidi sama dengan genosida.

Militan ISIS Ternyata Gemar Menelanjangi ABG ABG Cantik Untuk Melampiaskan Nafsu Syahwat Mereka

KELOMPOK separatis ISIS kembali memperlihatkan kekejamannya. Kabar terbaru menyebutkan bahwa pemberontak yang sudah menguasai lebih dari setelah wilayah Syria itu tega menculik para wanita cantik yang berasal dari desa-desa yang diserang. Perempuan muda yang dianggap paling cantik lantas ditelanjangi, dipamerkan kepada kelompok mereka dan dijual dalam keadaan telanjang bulat dengan cara dilelang.

Praktik keji ISIS itu diungkap oleh Perwakilan PBB tentang Kekerasan Seksual Zainab Bangura. Bangura mengaku mendapatkan informasi tentang kebiadaban ISIS setelah mengunjungi beberapa negara, seperti Suriah, Irak, Turki, Lebanon dan Yordania. Menurut informasi yang dikumpul Bangura, biasanya yang menjadi korban adalah perempuan muda dari etnis minoritas Yazidi dan rata-rata masih berusia 15 tahun. “Teror itu biasanya dilakukan ISIS setelah menyerang sebuah desa.

Lalu memilih perempuan-perempuan yang paling cantik dan menelanjangi mereka. Para pasukan lantas mengetes keperawanan lalu melelang gadis-gadis itu kepada para pemimpin ISIS sedangkan yang kurang laku dilelang kepada prajurit mereka. Ayah, suami dan saudara mereka dibunuh terlebih dulu,” kata Bangura. Tak hanya itu, kata Bangura, tak jarang di tempat lelang terjadi tawar-menawar yang sengit. Nah, saat terjadi lelang para gadis itu dibiarkan telanjang bulat sehingga para penawar bisa melihat langsung tubuh perempuan mana yang paling diinginkan untuk menjadi pelampiasan nafsu syahwat yang diinginkan tanpa sehelai kain.

“Yang punya kesempatan pertama memilih perempuan itu adalah pemimpin tertinggi ISIS, kemudian diikuti para tentara,” ujarnya. Bangura juga pernah mendengar ada satu perempuan yang sudah 22 kali diperjual belikan. Biasanya, para pemimipin ISIS menuliskan namanya di tangan gadis itu sebagai penanda bahwa sang perempuan merupakan “properti” miliknya.

Di antara perempuan-perempuan yang dijadikan budak seks itu ternyata banyak yang melawan. Tapi, resikonya adalah dibakar hidup-hidup. Bagi yang tak berani melawan, mereka akan memilih untuk menurut atau mengakhiri hidup dengan bunuh diri.

ISIS Lakukan Operasi Keperawanan Pada Budak Seks Agar Selalu Perawan

Seorang perempuan dipaksa jadi budak nafsu kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Keperawanannya “dipulihkan” setiap kali dia menikahi 20 tentara ISIS.

Hal ini dilaporkan pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Sabtu, 9 Mei 2015. Zainab Hawa Bangura, Wakil Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Kekerasan Seksual di Daerah Konflik, telah mewawancarai lusinan korban kekerasan seksual di daerah Irak dan Suriah.

Dia mengatakan kekerasan itu dilakukan secara strategis, menyebar, dan sistematis dengan kecanggihan yang tinggi. Tentara ISIS akan menelanjangi korbannya, mengelompokkan mereka, dan memperdagangkan mereka dalam “pasar budak” serta mengirim mereka ke provinsi-provinsi lain.

“ISIS telah melembagakan kekerasan seksual dan kebrutalan atas perempuan menjadi aspek utama ideologi dan operasi mereka, menggunakannya sebagai taktik teorisme untuk memperluas sasaran strategis utama mereka,” katanya.

Laporan PBB juga menyatakan bahwa pada Februari lalu para militan yang berperang di Suriah mencari dokter untuk meningkatkan kegagahan seksual mereka. Dokter-dokter setempat mengatakan, para militan memaksa para istri untuk bersetubuh “secara brutal dan abnormal”.

Menurut para penyintas, para gadis, yang bahkan baru berusia 5 tahun, diculik dari rumah dan diperkosa. Sebagian pulang ke rumah kalau hamil dan pasti akan dikucilkan oleh masyarakat.

Perempuan juga dipaksa untuk memulihkan keperawanannya setelah diperkosa melalui prosedur anastesi lokal untuk “memperbaiki” himen menggunakan jahitan yang dapat larut. Tujuannya untuk merekonstruksi membran, sehingga dia dapat robek lagi pada malam pertama pernikahannya, yang dalam budaya mereka mensyaratkan adanya darah sebagai bukti keperawanan.

Human Rights Watch meminta pemerintah Kurdi dan Irak untuk menyediakan perawatan psikososial jangka panjang untuk para korban dan menyadari bahwa meskipun diminta, operasi plastik keperawanan hanya pemulihan sementara untuk trauma mereka.

Kamp Pengungsi Palestina Di Yarmuk Diserbu ISIS … Dua Pasukan Hamas Tewas Di Penggal

Warga Palestina yang menghuni kamp pengungsi di Yarmuk sudah tidak bisa lagi membendung serangan-serangan yang dilancarkan ISIS. Kelompok radikal itu kembali menguasai kamp tersebut, setelah sebelumnya berhasil dipukul mundur oleh warga Palestina hanya dengan lemparan batu.

Observatorum Suriah untuk Hak Asasi Manusia melaporkan ISIS berhasil merebut 90 persen wilayah kamp Yarmuk, setelah melalui pertempuran sengit selama empat hari. Menurut Observatorium banyak warga sipil yang terjebak dan dibantai dalam pertempuran tersebut, dan tidak sedikit juga yang menjadi korban.

Melansir Reuters pada Sabtu (4/4/2015) sedikitnya terdapat 180 ribu warga Palestina yang berada di wilayah tersebut. Mereka rata-rata adalah warga Palestina yang mengungsi sejak tahun 1950-an, atau ketika Israel mulai melancarkan agresi ke wilayah Palestina.

Dua orang anggota pasukan Hamas yang mencoba melindungi wanita dan anak-anak pengungsi Palestina, menurut Observatorium dieksekusi dengan cara dipenggal oleh ISIS ketika kelompok itu kembali menguasai Yarmuk. Sementara itu, ribuan orang kelaparan akibat pertempuran tersebut. Laporan-laporan ini mendapat kecaman keras dari Dewan HAM PBB.

“Situasi di Yarmouk adalah sebuah penghinaan terhadap kemanusiaan, terhadap kita semua, ini adalah sumber rasa malu universal. Yarmouk adalah tes, tantangan bagi komunitas internasional. Kita tidak boleh gagal. Kredibilitas sistem internasional itu sendiri yang dipertaruhkan,” kata juru bicara UNRWA Chris Gunness.

Dengan dikuasai Yarmouk, berarti posisi ISIS terus mendekat ke ibukota Suriah, Damaskus. Pasalnya, wilayah tersebut berjarak hanya beberapa puluh kilometer dari pusat pemerintahan Suriah itu. Sementara sebuah video yang beredar di internet pada Minggu 5 April 2015, menunjukan para militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), mulai menyerbu kamp pengungsi Palestina di Yarmouk di pinggiran Kota Damaskus.

Warga Palestina di Yarmouk melarikan diri di tengah dentuman roket yang ditembakan oleh militan ISIS dalam serbuannya yang berusaha dihalangi oleh militan Hamas. Sekitar 2.000 orang mengungsi dari Yarmouk, namun 180 ribu warga sipil termasuk sejumlah besar anak-anak masih terjebak di Yarmouk. Kamp pengungsi ini sudah 2 tahun didera kelaparan dan penyakit karena langkanya bantuan medis

Profile Abu Azrael Dari Brigade Imam Ali Yang Mampu Buat Anggota ISIS Ketakutan Bagai Anak Kecil

Dengan janggut lebat dan memegang kampak, Abu Azrael adalah salah satu pejuang yang paling mudah dikenal di pasukan Irak yang berperang melawan kelompok radikal Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Azrael telah dijadikan simbol dari brigade Imam Ali, kelompok militant Syiah di Irak yang disponsori oleh Iran. Azrael juga mendapat julukan ‘Malaikat Pencabut Nyawa.’

Sosok Azrael yang sangar sudah cukup untuk membuat anggota ISIS lari ketakutan. Sebelum bergabung dengan brigade Imam Ali, Azrael yang diyakini berusia 40-an tahun pernah menjadi dosen di salah satu Universitas di Irak. Dia meninggalkan pekerjaan itu dan bergabung dengan brigade Imam Ali untuk melawan ISIS pada Juni 2014.

Azrael bukan hanya terkenal di dunia nyata tetapi juga di dunia maya. Fan page nya di media sosial mempunyai pengikut 250 ribu orang. Dalam salah satu foto yang diunggah ke dunia maya, Azrael terlihat memegang kampak dan senjata mesin serta menggunakan seragam militer.

Selain kerap memajang fotonya dengan senjata, Azreal juga kerap melakukan selfie bersama teman-temannya. Dia dikenal sebagai sosok yang humoris. Azrael diduga pernah menjadi atlet Taekwondo dan menjadi juara nasional di Irak.

Salah satu motivasi Azrael untuk bergabung dengan pasukan yang melawan ISIS adalah pidato Ayatollah Ali al-Sistani saat salat Jumat pertengahan Juni 2014 yang mengajak perang melawan ISIS.

Brigade Imam Ali ikut bergabung dengan pasukan Irak lainnya dalam merebut kembali kota Tikrit. Dengan kehadiran Azrael yang juga dipanggil Rambo dari Irak memberikan kepercayaan diri yang lebih terhadap anggota brigade Imam Ali untuk memenangkan pertarungan melawan ISIS.

ISIS Kembali Culik 150 Warga Kristen Suriah

Kelompok bersenjata Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) menculik lagi 70-150 warga Kristen Suriah. Menurut aktivis, para korban hilang pada Selasa, 24 Februari 2015, di Suriah timur. Penculikan itu, ujar aktivis itu, berlangsung setelah kelompok ISIS berhasil merebut dua perkampungan warga Suriah dari kaum Kurdi yang terletak di sepanjang Sungai Khabur di Provinsi Hassakeh, Senin, 23 Februari 2015.

Dewan Nasional Suriah, kelompok yang mewakili sejumlah LSM di dalam dan luar negeri, mengatakan kepada kantor berita Reuters mereka telah memverifikasi setidaknya 150 orang hilang, termasuk perempuan dan orang lanjut usia. Adapun Syrian Observatory for Human Rights, pemerhati hak asasi manusia berbasis di London, menyatakan 90 orang telah diculik. Sedangkan aktivis lain, Nuri Kino, menyebut 70-100 warga Suriah dibawa lari.

Saat ini sekitar 3.000 orang mengungsi ke Kota Hassakeh dan Qamishli. Menurut para aktivis, angka itu diperoleh berdasarkan percakapan dengan warga desa yang melarikan diri akibat serangan dan informasi dari keluarga mereka.

“Bukankah mereka telah menggorok leher, apakah mereka masih hidup. Kami semua sedang mencari kabar,” kata seorang perempuan Kristen Suriah di daerah yang terkena serangan di Beirut kepada Associated Press. Perempuan yang tidak disebutkan namanya ini mengaku sedang mencari tahu apa yang terjadi dengan orang tua, kakak, dan anak-anaknya. Namun dia tidak ketemu satu orang pun di desa tersebut.

Assyrian Network for Human Rights di Suriah menjelaskan dalam laman Facebook bahwa milisi kelompok bersenjata itu memindahkan para korban penculikan ke Desa Umm-al-Masamir di Gunung Abdulaziz, sekitar 25 kilometer sebelah selatan Kota Tel Tamr. “Mereka bisa dijadikan tameng hidup oleh ISIS untuk berperang melawan militan Kurdi.” Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) menculik puluhan warga Kristen Asyria di timur laut Suriah. Jumlah pasti mereka yang diculik belum jelas, diduga antara 70 hingga 150 orang.

Penculikan dilaporkan terjadi setelah pejuang ISIS menguasai Desa Asyur dari pasukan Kurdi di Provinsi Hassakeh, Senin. Desa-desa ini dihuni oleh minoritas Kristen ortodoks yang terletak di dekat Tel Tamr, kota utama Asiria.

The Syriac National Council of Syria, sebuah kelompok yang mewakili beberapa LSM dalam dan luar negeri, mengatakan kepada Reuters bahwa mereka telah menverifikasi sedikitnya 150 orang hilang, termasuk perempuan dan lansia. Sedang kelompok The Syrian Observatory for Human Rights memperkirakan jumlah orang yang diculik sebanyak 90 orang.

Menurut Al Jazeera, penculikan itu tampaknya merupakan respons langsung terhadap kemajuan yang dicapai oleh pasukan Kurdi di timur laut Suriah. Hassakeh kini terbagi menjadi dua, sebagian dikuasai ISIS dan sebagian lagi oleh pasukan Kurdi.

Pejuang Kurdi yang tergabung dalam Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) sebelumnya melakukan serangan besar-besaran di provinsi itu selama beberapa hari terakhir. Mereka berhasil mengambil alih 24 desa dan dusun sebagai bagian dari operasi untuk merebut kembali Kota Tal Hamis dan sekitarnya. Tal Hamis terletak di sebelah timur desa yang dikuasai oleh ISIS.

Pasukan YPG juga melakukan serangan di Provinsi Raqqa, tetangga Hassakeh dan menguasai 19 desa menyusul keberhasilan merebut kembali kota perbatasan strategis Kobane bulan lalu. Pasukan Kurdi didukung oleh serangan udara yang dipimpin Amerika Serikat.

Timur laut Suriah merupakan wilayah yang strategis dan penting dalam memerangi ISIS karena berbatasan dengan wilayah Irak yang dikuasai oleh kelompok ini. ISIS telah menghancurkan gereja dan situs Kristen di Suriah, dan menuntut warga Kristen yang hidup di bawah kekuasaan mereka untuk membayar pajak yang dikenal sebagai jizyah atau akan disiksa dan dibunuh bagi kaum pria sedangkan kaum wanitanya akan dijadikan budak seks dilokalisasi yang dikelola oleh ISIS.

Gadis Muda Inggris Di Sasar ISIS Untuk Lakukan Jihad Seks

Kicauan di Twitter oleh satu dari tiga gadis Inggris yang diduga sedang menuju Suriah untuk bergabung dengan milisi Negara Islam di Irak dan Suriah atau ISIS itu seolah membangunkan publik Inggris. Warga negeri itu pun tersadar, anak-anak perempuan mereka ternyata terus menjadi incaran jaringan kelompok ekstrem di Suriah untuk direkrut.

”Follow saya supaya saya bisa kirim pesan langsung kepada Anda,” demikian kicauan Shamima Begum (15), Minggu (15/2/2015). Di Twitter, dua pengguna yang menjadi follower satu sama lain itu bisa berkirim pesan tanpa terpantau. Menurut BBC, Begum dilaporkan mengirim pesan kepada Aqsa Mahmood (20), perempuan Skotlandia yang pergi ke Suriah pada 2013 karena ingin menjadi “pengantin jihad”.

Ia dan dua rekannya, Kadiza Sultana (16) dan Amira Abase (15), kabur dari rumah masing-masing di London timur, Selasa (17/2/2015). Pejabat Anti-Terorisme Inggris yang dikutip Guardian mengatakan, ketiganya kabur pada pagi itu sebelum pukul 08.00. Mereka adalah pelajar Akademi Bethnal Green, London.

Kepada keluarga, salah satu dari mereka meminta izin akan belajar. Namun, ketiganya ternyata bertemu di Bandara Gatwick. Mereka lalu terbang dengan pesawat Turkish Airlines TK 1966, yang lepas landas pukul 12.40, menuju Istanbul, Turki. Pesawat ini mendarat di Istanbul pukul 18.40 waktu setempat.

Turki kerap dijadikan pintu gerbang warga asing yang ingin bergabung dengan ISIS di Suriah. Hingga Minggu, ketiga gadis itu diduga masih berada di Turki. Inggris mengatakan, ketiganya pernah diwawancara polisi setelah seorang pelajar perempuan dari sekolah mereka pergi ke Suriah, Desember lalu.

Tidak ada indikasi ketiga gadis itu berisiko ikut hengkang ke Suriah. Namun, kaburnya mereka dari Inggris membuktikan otoritas negeri itu kecolongan. Melalui pernyataan yang dikutip BBC, Minggu (22/2/2015), keluarga Aqsa Mahmood mengaku sangat ketakutan dan marah. Anak perempuan mereka kemungkinan ikut berperan merekrut gadis-gadis Inggris untuk ISIS.

“Namun, ada pernyataan serius bagi aparat keamanan yang harus dijawab,” demikian pernyataan keluarga Mahmood. “Media sosial Aqsa telah dimonitor sejak ia menghilang lebih dari setahun yang lalu. Meski ada dugaan terjadi kontak gadis-gadis itu dengan Aqsa, mereka (aparat keamanan) gagal mencegah mereka meninggalkan Inggris ke Turki, pos menuju Suriah.”

Nama Aqsa Mahmood menjadi buah bibir di Inggris setelah pada November 2013 meninggalkan negaranya untuk bergabung milisi ISIS di Suriah. Setelah tiba di Suriah, ia menghubungi keluarganya dan mengabarkan ia akan menikah di negeri itu. Kepada keluarganya, Aqsa ingin menjadi syahid.

Radikalisasi di kamar tidur
Dalam wawancara dengan CNN, yang dilansir 5 September 2014, ayah Aqsa, Muzaffar, mengungkapkan, pikiran Aqsa terpengaruh setelah sering menyaksikan khotbah-khotbah secara daring dan menjalin kontak lewat media sosial dengan orang-orang yang meninggalkan Glasgow ke Suriah.

Kini, setelah tinggal di Suriah, Aqsa memanfaatkan Twitter untuk mengajak gadis lainnya dari Inggris mengikuti jejaknya pergi ke Suriah. ”Kini makin jelas, orang tidak mengalami radikalisasi di tempat-tempat ibadah. Mereka sebenarnya teradikalisasi di kamar tidur lewat internet,” kata Baroness Warsi, mantan Menteri Luar Negeri Inggris, kepada Sky News.

Pakar anti-terorisme di Inggris memperkirakan, sekitar 50 perempuan muda Inggris bergabung dengan ISIS. Banyak dari mereka diyakini tinggal di Raqqa, ibu kota ISIS di Suriah timur. Mereka, kata Sara Khan dari Inspire, organisasi penanggulangan ekstremisme, merasa menjalankan tugas agama. Padahal, tanpa disadari, mereka dieksploitasi ekstremis