Juru bicara Dewan Nasional Transisi (NTC) secara resmi membenarkan kematian pemimpin Libya terguling, Muammar Qadhafi. Menteri Informasi Mahmoud Shammam menyatakan para pejuang revolusi menyerbu rumah persembunyiannya di dekat Sirte, Libya. “Qadhafi ditembak ketika mencoba melarikan diri,” katanya.
Wakil Ketua Dewan Transisi Abdul Hafiz Ghoga juga mengkonfirmasi tewasnya Qadhafi di tanah kelahirannya itu. “Kami umumkan pada dunia bahwa Qadhafi tewas di tangan pejuang Libya,” katanya dari Benghazi.
Shammam menyatakan penguasa Libya sejak 1969 itu kini tinggal sejarah. “Setiap ibu di Libya perlu mendengar berita besar ini. Begitu pula warga Libya yang telah menderita, berkorban dan berjuang bertahun-tahun,” Abdel Hakim Bilhajj, kepala militer Dewan Transisi, menambahkan.
Sebelumnya kabar kematiannya masih simpang siur. Awalnya ia dikabarkan ditembak saat berlindung di lubang persembunyiannya di Sirte. Kabar lain menyebutkan ia tewas setelah pesawat NATO menyerang dua mobil militer Libya di Sirte, Kamis fajar. Di mobil itu ada Qadhafi dan menteri pertahanannya.
Video yang diambil dari telpon seluler dari seorang pejuang Libya, seperti ditayangkan televisi Al Jazeera, memperlihatkan tubuhnya yang berlumuran darah di sebuah lantai di tempat terbuka. Ia tampak sudah tidak berdaya.
Kini jasad Qadhafi disembunyikan oleh Dewan Transisi. “Jasad Qadhafi ada dalam unit kami di sebuah mobil dan kami membawanya ke sebuah tempat rahasia karena alasan keamanan,” ujar Mohamed Abdel Kafi, seorang pejabat NTC di Misrata kepada Reuters.
Pria berusia 69 tahun itu pada September lalu bersumpah tak akan lari dari Libya kendati sebagian besar anggota keluarganya sudah mengungsi ke Niger dan Aljazair. “Saya akan tetap di Libya dan akan menjadi martir di tanah air ini.”
Qadhafi memerintah dengan tangan besi selama 42 tahun. Ia berkuasa setelah menggulingkan Raja Idris pada 1969. Saat itu, Qadhafi hanya seorang kapten.
Di pengujung kekuasaannya di Libya, Qadhafi mengklaim sebagai “Raja dari Raja”. Gelar tersebut didapatkannya saat pertemuan pemimpin-pemimpin suku di Libya pada 2008. Kekuasaannya mulai terancam sejak demo besar mengguncang seantero Libya Maret lalu.
Tubuh yang diduga jasad bekas pemimpin Libya Muammar Qadhafi dibawa ke sebuah tempat rahasia. Hal tersebut diungkapkan pejabat Dewan Transisi Nasional (NTC) Libya, Kamis, 20 Oktober 2011.
Qadhafi dikabarkan tewas akibat luka yang diderita saat penangkapannya, Kamis. Penangkapan Qadhafi terjadi saat pertempuran di kampung halaman Qadhafi di Sirte.
“Jasad Qadhafi ada dalam unit kami di sebuah mobil dan kami membawanya ke sebuah tempat rahasia karena alasan keamanan,” ujar Mohamed Abdel Kafi, seorang pejabat NTC di Misrata kepada Reuters.
Qadhafi memerintah dengan tangan besi selama 42 tahun. Pria berusia 69 tahun tersebut berkuasa setelah menggulingkan Raja Idris pada 1969. Saat itu, Qadhafi hanya seorang kapten.
Di pengujung kekuasaannya di Libya, Qadhafi mengklaim sebagai “Raja dari Raja”. Gelar tersebut didapatkannya saat pertemuan pemimpin-pemimpin suku di Libya pada 2008.
Pada Februari lalu, demonstrasi warga Libya berujung pada lengsernya Qadhafi. Meski belum ada kepastian resmi dari Amerika Serikat atau pun NATO soal kematian Muammar Qadhafi di Sirte, namun kini sudah beredar foto yang menampilkan sosok mirip penguasa Libya itu, dengan wajah berlumur darah.
Foto-foto yang beredar diduga diambil dengan kamera ponsel. Karenanya, tingkat ketajaman gambar sangat rendah. Di foto itu, kondisi Qadhafi sangat mengenaskan dengan wajah dan tubuh penuh darah.
Al Jazeera misalnya, melansir cuplikan eksklusif dari tubuh Qadhafi usai penembakan dirinya. Dikutip pula penjelasan Abdul Hakim Belhaj, salah satu panglima Dewan Transisi Libya (NTC) kalau Qadhafi meninggal karena luka-lukanya setelah ditangkap dekat Sirte pada hari Kamis, 20 September 2011.
Tubuh mantan pemimpin Libya dibawa ke sebuah lokasi yang dirahasiakan untuk alasan keamanan. “Tubuh Qadhafi kami bawa dengan mobil ke tempat rahasia untuk alasan keamanan,” kata Mohamed Abdel Kafi, seorang pejabat NTC di kota Misrata seperti dikutip Reuters.
Anggota Dewan Transisi Nasional, Kolonel Mostafa Noah kepada Al Jazeera di Tripoli membenarkan kalau foto itu adalah Muammar Qadhafi. Dikabarkan pula, jenazah itu dibawa ke Misrata. Muammar Qadhafi akhirnya menyerah di Sirte. Di kampung halamannya itu, penguasa Libya 42 tahun lamanya itu sempat melawan, sebelum akhirnya tertembak di kepala oleh lawan-lawan politiknya,
Sosok orang paling diburu beberapa bulan terakhir ini memang terbilang unik. Lelaki yang selalu tampil dengan seragam unik, juga punya pelindung perempuan-perempuan eksotis dan seorang Badui yang tinggal dibawah tenda. Pria ini memerintahkan Libya dengan tangan baja penuh darah selama 42 tahun. Sedekade lebih lama ketimbang Suharto.
Ketika Tripoli berhasil dikuasai pemberontak, Qadhafi tiba-tiba menghilang. Sejumlah orang percaya dia bersembunyi di padang pasir di sebelah selatan Libya.
Tetapi Kamis subuh, 20 Oktober 2011, nasib Singa Afrika ini berujung kematian. Pejabat senior Dewan Transisi Nasional memastikan bahwa Qadhafi meninggal. Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari NATO maupun pejabat Libya tentang bukti kematian Qadhafi.
Qadhafi, di luar keeksentrikannya, adalah seorang yang berkarisma. Dia mendapat dukungan dari masyarakat Arab atas keberaniannya melawan tekanan barat dan kekuasaan Israel. Ucapan maupun aksinya terhadp barat dan Israel menimbulkan kekaguman bagi warga Arab yang rata-rata pemimpinnya tunduk kepada negara-negara Adi Kuasa.
Selama 42 tahun kepemimpinan, Qadhafi dicap sebagai penipu oleh dunia barat. Dia mengatur negaranya dengan penuh tekanan, menyingkirkan orang yang tak sependapat, dan menolak untuk suksesi kepemimpinan.
Kebijakan senjata pemusnah massal telah membuatnya dikucilkan dan diberi sanksi oleh dunia internasional. Tapi akhirnya, Ia menyerah dan mengakhiri program senjata pemusnah massal demi dibukanya blokir sanksi.
Sayangnya gelombang revolusi di Arab yang berawal dari Tunisia, Mesir sampai juga ke LIbya. Rakyat Libya tampaknya sudah lelah dengan kepemimpinan Qadhafi meski sanksi sudah dibuka.
Menghadapi gelombang protes warganya, Qadhafi justru mengirimkan tentara dan membersihkan kawasan Beghazi di timur Libya. Mahkamah Internasional menuntut Qadhafi, putra dan Kepala Mata-mata Libya dengan tuduhan kejahatan internasional dalam menghadapi pemberontakan di Benghazi.
Lalu pada pertengahan Februari, perang sipil pun pecah di Libya antara pemberontak dan pasukan militer. Perang ini pula yang membuat NATO akhirnya masuk ke Libya.
Pada bulan Mei lalu, Qadhafi mengejek NATO dengan mengatakan bahwa bom NATO tak bisa menemukannya. “Saya bilang kepada pasukan pengecut,bahwa saya berada di tempat yang kalian tak bisa jangkau dan temukan saya,” ujar dia dalam rekaman stasiun televisi. Rekaman tersebut disampaikan setelah Qadhafi dicari-cari pasukan NATO.
Qadhafi pun kemudian mengumumkan : “Saya akan mati disini, saya tidak akan meninggalkan tanah ini, saya akan meninggal sebagai martir, saya akan tetap disini untuk menantang kalian.”
Qadhafi menunjukkan pengaruhnya di Afrika dengan kekuatan minyaknya. Ia berdandan bak Raja segala raja. Kekuasannya ditunjukkan kepada tamu asing ketika mendatangi tenda ala Badui yang dikeliling penjaga keamana perempuan cantik-cantik.
Tahun lalu, Qadhafi mengundang ratusan perempuan cantik Italia untuk berkunjung ke LIbya dan memeluk agama Islam.
Menurut bocoran kawat diplomatik WIkileask yang pernah dimuat The New York Times, Qadhafi yang lahir pada 1942 memiliki empat orang perawat. Termasuk seorang perempuan yang dideskripsikan sebagai Pirang yang Menggairahkan. Kawat diplomatik menuliskan diduga perempuan bernama Galyna Kolonytska (38 tahun) mempunya hubungan cinta dengan Qadhafi. Tapi tak lama setelah perang sipil, Galyna diketahui kabur dari Libya. Lahir di Sirte, Moammar Khadafy akhirnya menemui ajal di kota kelahirannya itu. Sirte terletak di bagian utara Libya. Dengan ketinggian 28 meter di permukaan laut, Sirte bermuara di Teluk Sidra. Pada 2010, kota ini berpenduduk 75.358 jiwa.
Sirte, sekarang, terkenal lantaran menjadi basis terakhir pendukung Moammar Khadafy. Perebutan kota ini antara kelompok Dewan Transisi Nasional (NTC) Libya versus loyalis Khadafy berlangsung alot. Bahkan, catatan berbagai media seperti CNN, Xinhua, Al Jazeera, AP, dan AFP menunjukkan kalau berminggu-minggu hujan peluru menghunjam kota itu. Namun, baru pada Kamis (20/10/2011) sekitar tengah hari waktu setempat, Sirte berada dalam genggaman NTC.
Masih dalam perebutan itu, Moammar Khadafy yang rupanya bertahan di kota kelahirannya dikabarkan tertangkap pasukan NTC dalam kondisi terluka di kedua kakinya. Meski sempat memperoleh pertolongan medis, pria kelahiran 7 Juni 1942 itu mengembuskan napas terakhirnya. Sebuah video yang ditayangkan Al Jazeera membuktikan kalau Khadafy tewas.
Saat merebut kekuasaan dari Raja Idris pada 1969, Khadafy masih berpangkat kolonel. Kendati begitu, secara de facto, sampai kini ia adalah penguasa otokrasi di Libya. Dia menghapuskan Konstitusi Libya 1951 dan menerapkan undang-undang berdasarkan ideologi politiknya. Kekuasaan yang hampir 42 tahun telah menempatkannya menjadi penguasa terlama sebagai pemimpin non-kerajaan keempat sejak 1900 dan terlama sebagai pemimpin penguasa Arab. Klaim julukan pun bermunculan mulai dari “Kakak Pemimpin”, “Penjaga Revolusi”, hingga “Raja dari Segala Raja”.
Acap mendapat tudingan diktator dari para pengecamnya, kekuasaan Moammar Khadafy nyatanya susut sedikit demi sedikit. Adalah reformasi setahun silam yang melanda kawasan Afrika Utara mulai dari Tunisia, Mesir, sampai dengan Libya. Satu demi satu, pemimpin terhitung zalim macam Hosni Mubarak dan Zine El Abidine Ben Ali dipaksa lengser.
Sementara perang saudara di Libya pun tak terelakkan. NTC yang berbasis di Misrata gencar membombardir posisi-posisi loyalis Khadafy, termasuk mencari tanpa henti keberadaan Khadafy dan keluarganya. NTC memang memperoleh dukungan Barat melalui Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Lalu, sempat diwartakan berada di negara-negara tetangga seperti Tunisia, jejak Moammar Khadafy memang terendus di Sirte. Alhasil, berondongan senjata pasukan oposisi hari ini menuntaskan perjalanan hidup Khadafy berikut rezimnya.
Kota Sirte kini di tangan pasukan anti-Khadafy usai baku tembak berkepanjangan. Menurut warta AP dan AFP pada Kamis (20/10/2011), Sirte adalah kota terakhir yang masih dikuasai pasukan pendukung pemimpin Libya yang tersingkir itu.
Secara rinci, pasukan anti-Khadafy mengatakan baku tembak pada Kamis pagi berlangsung sekitar 90 menit. Insiden itu justru makin menekan para pendukung Khadafy.
Sebelumnya, sudah berminggu-minggu kedua pihak saling memuntahkan peluru. Sirte menjadi kota penting karena di situlah tempat kelahiran Moammar Khadafy. Sejauh ini, loyalis Khadafy mengklaim masih menguasai Kota Bani Walid.