Monthly Archives: March 2022

Google Dukung Pemerintah Amerika Untuk Sensor Berita Dari Rusia

Rusia telah memblokir Google News dengan tudingan menyebarkan informasi tidak sah tentang invasi Rusia ke Ukraina. Pemblokiran ini datang hanya beberapa jam setelah Google mengumumkan tidak akan mengizinkan pengguna di seluruh dunia untuk memonetisasi konten yang mengeksploitasi, menolak atau membiarkan perang.

Kebijakan baru Google ini mempengaruhi situs web, aplikasi dan channel apapun yang memperoleh pendapatan dari iklan yang dikelola oleh mesin pencarian. Sudah lama ada kebijakan yang melarang iklan muncul di sebelah konten apa pun yang “menghasut kekerasan” dan mengatakan kebijakan baru itu mengklarifikasi dan memperluas aturan itu.

“Kami dapat mengonfirmasi bahwa kami mengambil langkah-langkah tambahan untuk mengklarifikasi, dan dalam beberapa kasus memperluas, pedoman monetisasi kami yang berkaitan dengan perang di Ukraina,” kata juru bicara Google sebagaimana dikutip dari The Guardian.

Google telah mengambil tindakan terhadap media yang didanai pemerintah Rusia pada akhir Februari dan menghentikan semua iklan untuk pengguna Rusia pada awal bulan ini. Larangan terbaru dapat memotong pendanaan ke media barat yang mendukung Rusia, bahkan jika mereka tidak memiliki ikatan keuangan yang jelas dengan negara itu sendiri.

Beberapa jam setelah kebijakan baru Google ini, Regulator Telekomunikasi dan Internet Rusia Roskomnadzor mengumumkan memblokir Google News secara keseluruhan bagi pengguna internet. “Berdasarkan permintaan dari kantor kejaksaan Rusia, Roskomnadzor telah membatasi akses ke layanan internet news.google di negara itu,” kata badan tersebut dalam sebuah pernyataan.

“Sumber berita internet AS yang disebutkan memberikan akses ke berbagai publikasi dan materi yang berisi informasi publik yang tidak dapat diandalkan dan signifikan tentang jalannya operasi militer khusus di Ukraina.” lanjutnya.

Roskomnadzor terus mengambil tindakan terhadap raksasa internet AS saat perang di Ukraina telah berkembang. Seminggu setelah Rusia pertama kali menginvasi, mereka memblokir Facebook dan Twitter sebagai pembalasan nyata atas dua perusahaan yang menghapus media pemerintah Rusia termasuk RT dan Sputnik dari platform mereka.

Penjelasan resmi mencantumkan 26 kasus diskriminasi terhadap media Rusia oleh Facebook sejak Oktober 2020. Awalnya, larangan tersebut hanya terfokus pada Facebook itu sendiri, yang memiliki penetrasi rendah di Rusia, sehingga aplikasi populer Instagram dan WhatsApp tidak terkena larangan.

Akan tetapi pada 11 Maret, mereka masuk dalam daftar yang diblokir Rusia menyusul perubahan kebijakan dari Facebook untuk memungkinkan pengguna Ukraina membuat ancaman kekerasan terhadap tentara Rusia. “Ini adalah tindakan sementara yang dirancang untuk menjaga suara dan ekspresi orang-orang yang menghadapi invasi,” kata Facebook saat itu.

Pesawat Maut Boeing 737-800 Kembali Jatuh Tewaskan 132 Orang

Maskapai China Eastern Airlines dilaporkan mengandangkan ratusan pesawat Boeing 737-800 usai pesawat jatuh di Kota Wuzhou, Provinsi Guangxi, Senin (21/3). Mengutip Reuters, FlightRadar24 mencatat China Eastern memiliki 109 pesawat Boeing 737-800. Setelah kecelakaan tersebut, saham China Eastern Airlines yang melantai di bursa Hong Kong ditutup merosot 6,5 persen awal pekan ini. Lebih parah, saham perusahaan yang tercatat di bursa AS anjlok 17 persen sebelum perdagangan dibuka.

Catatan keselamatan industri penerbangan China sendiri termasuk yang terbaik di dunia selama dekade terakhir. Pasalnya, otoritas penerbangan China (CACC) menerapkan peraturan yang sangat ketat. “CAAC memiliki peraturan keselamatan yang sangat ketat dan kami hanya perlu menunggu detail lebih lanjut untuk membantu menjelaskan penyebab yang masuk akal dari kecelakaan itu,” kata Shukor Yusof, kepala konsultan penerbangan yang berbasis di Malaysia, Endau Analytics seperti dikutip Reuters.

Pesawat China Eastern Airlines lepas landas dari ibu kota Provinsi Yunnan, Kunming menuju ibu kota Provinsi Guangdong, Guangzhou, yang berbatasan dengan Hong Kong. Pesawat bernomor MU5735 yang kecelakaan itu dilaporkan membawa 132 orang terdiri dari 123 penumpang dan sembilan awak pesawat. Dilaporkan, tidak ada satu pun korban yang selamat.

Seperti dikutip dari media lokal via AFP, salah satu penduduk desa membeberkan pesawat jenis Boeing 737 itu jatuh ke perbukitan. Pesawat bernomor MU5735 langsung meledak setelah menghantam bukit-bukit sehingga menyebabkan kebakaran hutan.

Saham Boeing anjlok hingga 8 persen setelah pesawat produksinya yang digunakan maskapai penerbangan China Eastern Airlines jatuh di pegunungan di China Selatan pada Senin (21/3).
Walau penyebab kecelakaan belum diketahui, setidaknya sebanyak 132 penumpang dikabarkan tewas. “Bisa dipastikan pesawat jatuh,” tulis maskapai penerbangan dalam keterangan resmi, seperti dikutip dari Reuters. Tak hanya Boeing, saham China Eastern Airlines yang terdaftar di bursa saham AS ikut terjun bebas hingga 15,8 persen usai kejadian tersebut.

Saham pabrik pesawat asal AS ini diperdagangkan lebih rendah pada posisi US$177,40 sebelum perdagangan dibuka. Sementara, saham American Depositary Receipts China Eastern Airlines juga turun menjadi US$15,89. Diketahui, pesawat yang mengalami kecelakaan tersebut ialah tipe Boeing 737-800 dan baru berusia 6 tahun. Tipe tersebut memiliki kapasitas penumpang maksimal hingga 189 orang.

Mesin pesawat dibuat oleh perusahaan konsorsium antara Boeing dengan General Electric Co dan Safran SA Prancis. Kecelakaan itu terjadi di saat Boeing sedang merayu Pemerintah China untuk menerbangkan pesawat 737 MAX di sana. Pesawat tersebut telah dilarang mengangkasa setelah dua kecelakaan fatal terjadi di Indonesia dan Ethiopia.

Meski Sulit … Bali Jadi Pilihan Warga Rusia Untuk Tinggal Karena Lebih Bersahabat Dari Eropa

Natalie Kambaratova (23), perempuan asal Rusia menjalani kehidupan yang berbeda di Bali sejak negaranya menginvasi Ukraina. Natalie yang sudah tiga bulan berada di Bali mengaku mengalami kesulitan secara ekonomi sejak Rusia menduduki Ukraina. Natalie berasal Kota Nizhny Novgorod, salah satu kota terbesar di Negara Rusia. Saat tiba di Bali, semua kebutuhan hidup dirasa sangat murah. Natalie bisa membeli apa yang dia inginkan.

Tetapi, kondisi itu tidak lama ia rasakan. Sejak invasi Rusia ke Ukraina, kurs uang Rubel Rusia rendah sementara dolar Amerika Serikat naik. Imbasnya, semua keperluannya menjadi mahal. “Awalnya, di sini semuanya lebih murah, tapi sekarang jadi sedikit lebih mahal bagi saya. Karena USD naik tinggi dan kurs kami jadi lebih rendah. Tapi Bali masih lebih baik karena orang-orangnya baik,” kata Natalie saat ditemui di Pantai Berawa, Canggu, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali, Jumat (18/3).

Putin Telepon Erdogan, Beberkan 4 Tuntutan Rusia ke Ukraina
Beruntung Natalie masih punya aset digital berupa kripto. Aset itulah yang saat ini jadi andalan Natalie bertahan di tengah tekanan ekonomi.Tekanan ekonomi itu ditambah dengan kesulitan lain imbas deklarasi perang Putin. Natalie dan warga Rusia lainnya di Bali kini tidak bisa menarik uang dari mesin ATM karena transaksinya diblokir.

“Semua orang Rusia tidak bisa menggunakan ATM-nya. Waktu itu, kita diberi tahu oleh bank bahwa kita tidak akan bisa menggunakan kartu kami untuk semua transaksi dan hanya diberi waktu lima jam untuk menarik uang di ATM,” ujarnya. “Kami sangat terkejut dan harus berusaha untuk mendapat uang kami dan kami sekarang menggunakan kripto. Rencana saya ke depannya, saya sudah bekerja di bidang online untuk mendapatkan uang dari klien saya. Dan saya juga punya kripto dan saat ini saya mempunyai kartu lokal (ATM Indonesia),” sambungnya.

Untuk survive di Bali dia kini lebih lebih berhemat keperluan sehari-hari. Ia tak lagi pergi ke kafe atau tempat lain untuk refreshing, kegiatan yang sebelumnya sering dia lakukan bersama teman-temannya.

Natalie dan kawan-kawannya juga mulai berbagi kamar di hotel atau menyewa satu kamar dan ditempati bersama. “Saya harus lebih irit sekarang, share kamar hotel dengan teman, pergi ke cafe hanya sekali,” ungkapnya. Natalie mengaku masih bisa berhubungan dengan keluarganya di Rusia, kendati Facebook, Instragram, TikTok warga Rusia sudah diblokir. Untuk menghubungi keluarga Natalie mengandalkan WhatsApp dan Telegram.

Ia juga mengaku belajar beradaptasi saat ini karena tidak mempunyai sosial media karena sudah diblokir oleh negaranya. Selain itu, untuk saat ini ia memilih tinggal di daerah Canggu, Bali. Natalie belum berpikir untuk kembali ke Rusia. Selain harga tiket mahal, kondisi politik di Rusia menurutnya masih belum baik.

“Saya bisa kembali ke Rusia kapan saja. Tapi kondisi Rusia dengan isu politik sedang tidak bagus. Sekarang tidak punya sosmed, saya harus berusaha beradaptasi,” ujarnya. “Kakak saya seorang freelance dan dia memberi tahu bahwa akses internet semakin terbatas tiap hari dan semua produk harganya dua kali lipat. Saya bisa saja pergi, saya sudah punya tiket, tapi saya tidak bisa pergi karena isu politik dan lebih aman tinggal di Bali,” ujarnya.

Jepang dan Australia Ikut Lakukan Blokade Ekonomi Pada Rusia

Australia dan Jepang pada hari Jumat (18/03) meningkatkan tekanan pada Rusia dengan menjatuhkan sanksi pada individu, bank, dan organisasi pemerintah Rusia. Canberra memberlakukan sanksi pada Kementerian Keuangan Moskow dan tambahan 11 bank dan organisasi pemerintah, termasuk bank sentral, yang mencakup sebagian besar aset perbankan Rusia bersama dengan semua entitas yang menangani utang negaranya.

“Dengan dimasukkannya Bank Sentral Rusia baru-baru ini, Australia kini telah menargetkan semua entitas pemerintah Rusia yang bertanggung jawab untuk menerbitkan dan mengelola utang negara Rusia,” kata Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne dalam sebuah pernyataan dikutip dari kantor berita Reuters.

Sementara itu, Jepang mengatakan akan menjatuhkan sanksi terhadap 15 individu dan sembilan organisasi, termasuk pejabat pertahanan dan eksportir senjata dalam negeri Rusia, Rosoboronexport.

Sanksi tersebut, yang mencakup pembekuan aset, adalah yang terbaru dalam serangkaian tindakan yang dilakukan Tokyo sejak invasi Rusia ke Ukraina pada tanggal 24 Februari lalu. Hinggi kini, Jepang telah memberlakukan sanksi terhadap 76 individu, tujuh bank, dan 12 organisasi Rusia, demikian menurut Kementerian Keuangan Jepang.

Jepang terus bekerja sama dalam proyek migas Rusia?
Jepang sendiri masih memiliki 30% saham dalam proyek minyak dan gas di Pulau Sakhalin, Rusia, setelah perusahaan migas Shell dan Exxon Mobil keluar dari proyek tersebut.

Sebelumnya, Perdana Menteri Fumio Kishida pada hari Rabu (16/03) tidak memberikan indikasi yang jelas terkait nasib investasi Jepang akan proyek tersebut. Ia menekankan bahwa proyek tersebut penting untuk keamanan energi Jepang, tetapi Tokyo juga memastikan komitmennya untuk tetap sejalan dengan kelompok negara G7 dalam memberikan sanksi melawan Rusia. Dilansir kantor berita Reuters, Duta Besar Rusia untuk Jepang pada hari Kamis (17/03) mengatakan bahwa logis untuk mempertahankan hubungan “saling menguntungkan” dalam proyek energi Sakhalin.

Zelnskyy: Rusia terkejut dengan tekad kami
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan Rusia terkejut dengan perlawanan yang dihadapi mereka sejak memulai invasi pada tanggal 24 Februari lalu. “Ini adalah pertahanan kami,” katanya dalam pidato video malamnya. “Ketika musuh tidak tahu apa yang diharapkan dari kita. Karena mereka tidak tahu apa yang menunggu mereka setelah 24 Februari. Mereka tidak tahu apa yang kita miliki untuk pertahanan atau bagaimana kita bersiap untuk menghadapi serangan itu.”

Zelenskyy menambahkan bahwa Rusia berharap mendapati Ukraina seperti yang terjadi pada tahun 2014 silam, ketika Rusia merebut Krimea tanpa perlawanan dan mendukung separatis di wilayah Donbas timur. Namun, Ukraina sekarang adalah negara yang berbeda, dengan pertahanan yang jauh lebih kuat, kata Zelenskyy.

Ukraina butuh bantuan medis
Dilansir Associated Press, Direktur Jenderal Badan Kesahatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengecam invasi yang dilakukan Rusia dan menyebut perang menyebabkan gangguan layanan kesehatan dan medis. “Obat penyelamat kehidupan yang kita butuhkan sekarang adalah perdamaian,” ujar Ghebreyesus.

Dalam pernyataannya kepada Dewan Keamanan PBB secara virtual, Ghebreyesus mengatakan bahwa WHO telah memverifikasi 43 serangan kepada rumah sakit dan fasilitas kesehatan di Ukraina di mana sedikitnya 12 orang tewas dan lebih dari 30 orag terluka. Sejauh ini, WHO telah mengirim sekitar 110 ton persediaan medis yang cukup ke Ukraina untuk diberikan kepada 4.500 pasien trauma dan 450.000 pasien yang dirawat selama sebulan. Gheberyesus mengatakan pihaknya akan mengirim 119 ton persediaan tambahan.