Media internasional ikut menyoroti bule yang tak memakai masker di Bali. Katanya, hukuman bagi yang bersangkutan tidaklah sesuai. Seperti diberitakan CNN, pejabat Bali telah memberikan hukuman yang agak tidak lazim bagi turis tanpa masker. Mereka yang dengan sengaja melanggar akan dikenakan denda sekira Rp 100.000 (USD 9).
Pengunjung yang mengaku membawa masker tetapi lupa memakainya, diberi pilihan hukuman. Mereka harus melakukan push up atau bahkan menyapu jalan. Kepala Badan Ketertiban Umum Kabupaten Badung, I Gusti Agung Kerta Suryanegara, mengatakan kepada ABC bahwa 80% dari mereka yang menerima denda adalah para pelancong.
Dalam beberapa pekan terakhir, berbagai video turis yang dihukum melakukan push-up telah diposting secara online di berbagai media sosial. “Denda sama sekali bukan apa-apa, tapi videonya mungkin bisa mencegah itu,” kata Michael O’Regan, dosen senior di Universitas Bournemouth dan mantan asisten profesor di Institute for Tourism Studies.
Dia percaya pihak berwenang harus lebih keras dalam memberikan denda pada bule. Jika tidak, beberapa orang mungkin berpikir mereka dapat melanggar aturan dan lolos begitu saja. “Otoritas nasional harus mendidik masyarakat dan pada tahap ini, mereka harus mendukungnya dengan denda wajib bagi mereka yang tidak memakai masker,” imbuh dia.
O’Regan mengakui bahwa ada beberapa destinasi wisata yang mungkin berhati-hati. Karena, pengetatan hukuman berat bagi yang tak memakai masker akan sangat berpengaruh bagi yang bergantung pada pariwisata. Dr. Lee Buenconsejo-Lum dari University of Hawaii, menjelaskan bahwa jumlah kasus tidak meningkat secara signifikan sejak destinasi wisata dibuka kembali. Namun, fakta bahwa turis tidak menanggapi protokol masker dengan serius merupakan hal yang memprihatinkan.
Tapi mengapa begitu banyak turis yang mengabaikan peraturan seputar pemakaian masker? Menurut O’Regan, masalah ini rumit. ada tingkat keegoisan di sana yang menunjukkan bahwa beberapa bule yang telah divaksinasi penuh mungkin merasa bahwa aturan tersebut tidak berlaku bagi mereka.
Sebuah video yang menunjukkan dua orang warga negara asing (WNA) laki-laki dan perempuan di Bali viral di media sosial. Sebab kedua bule ini berhasil mengelabui petugas dengan wajah yang dilukis masker. Dalam video yang beredar, terlihat bahwa dua orang bule tersebut hendak mengunjungi sebuah pasar swalayan. Namun, mereka tak diperbolehkan masuk oleh satuan pengamanan (Satpam) yang bertugas karena bule wanita tak memakai masker.
Alih-alih mencari masker, kedua bule tersebut kemudian masuk ke dalam mobil. Bule pria kemudian melukis wajah wanita tersebut mirip dengan masker. Hasilnya, mereka berhasil mengelabui Satpam yang berjaga di pintu masuk swalayan. Saat berada di dalam swalayan, bule tersebut nampak heran bisa mengelabui petugas tersebut. Bahkan beberapa pengunjung swalayan juga tak menyadari bahwa masker tersebut hanya lukisan.
Penelusuran yang dilakukan oleh detikcom, video tersebut pertama kali diunggah oleh akun Facebook Josh Paler Lin. Unggahan akun tersebut kemudian ditangkap layar dan dibagikan oleh Niluh Putu Ary Pertami Djelantik dalam akun Instagramnya @niluhdjelantik. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Sarpol PP) Provinsi Bali, I Dewa Nyoman Rai Dharmadi mengatakan, bahwa pihaknya belum mengetahui di mana kejadian tersebut. Ia juga belum mengetahui nama, tempat tinggal dan asal dari kedua bule tersebut.
Meski begitu, dirinya menilai hal semacam ini seharusnya ditindak oleh Satgas setempat. Ia mengaku tak ingin Bali dicap sebagai daerah yang tidak konsisten dalam menegakkan protokol kesehatan. “Ya kalau ada yang mendapati hal-hal semacam ini tindak saja oleh aparat setempat/satgas gotong royong. Jangan sampai dianggapnya Bali tidak konsisten menegakkan dengan denda. Bahkan bila perlu dideportasi saja oleh imigrasi,” kata Dewa Dharmadi.
Dewa Dharmadi mengatakan, di dalam kesempatan memang masih saja ditemukan ada masyarakat yang tidak menaati protokol kesehatan dalam setiap kegiatan, baik secara sengaja atau tidak. Salah satunya yakni dalam mengenakan masker. “Hal-hal semacam ini tentu sangat disayangkan bahwa masyarakat yang melihat atau lingkungan yang di mana mereka beraktivitas membiarkan ini terjadi,” terangnya.
Karena itu, dirinya mengimbau agar masyarakat sepenuhnya sadar dan mengawasi protokol kesehatan. Sebab jika hanya mengandalkan pihak Satgas COVID-19, pengawasan tersebut tentu tak akan efektif. “Yang pasti kami juga berharap dengan sangat kepada masyarakat semuanya. Semua komponen masyarakat harus ikut bertanggung jawab. Jadi hal-hal penegakan tertib protokol kesehatan bagian dari jaminan pada masyarakat luar, dunia luar, bahwa Bali sebagai destinasi wisata dunia masyarakatnya patih protokol kesehatan, tertib untuk selalu menjadikan bahwa Bali siap sebagai daerah kunjungan wisatawan yang aman dari COVID-19,” pintanya.