Monthly Archives: July 2013

Ratusan Perempuan Ditelanjangi dan Diperkosa Selama Demonstrasi Anti Presiden Morsi

wanita mesir diperkosaHuman Right Watch mengungkapkan data lebih banyak mengenai korban kekerasan seksual dalam demonstrasi anti-pemerintah di Mesir. Mereka menyatakan sekitar 100 orang wanita menjadi korban pelecehan seksual selama aksi demonstrasi di Mesir. Sebagian dari mereka mengaku diperkosa atau mengalami percobaan perkosaan.

Dalam serangan yang khas, sekelompok laki-laki mengepung satu perempuan dan mulai merobek pakaian si perempuan sampai dia telanjang. Sebagian besar korbannya juga mengaku diraba-raba.

“Tiba-tiba, aku berada di tengah, dikelilingi oleh ratusan orang dalam lingkaran yang semakin mengecil dan kemudian mulai melakukan pelecehan,” kata seorang korban. “Pada saat yang sama, mereka menyentuh dan meraba-rabaku di mana-mana dan ada begitu banyak tangan di bawah bajuku dan di dalam celanaku.”

HRW menyatakan, jumlah pelecehan meningkat sejak empat hari menjelang Presiden Muhamed Mursi lengser. “Massa diserang secara seksual dan dalam beberapa kasus diperkosa, setidaknya 91 perempuan di Tahrir Square … di tengah iklim impunitas,” kata pernyataan HRW, yang berbasis di New York, dalam sebuah pernyataan.

Lembaga ini mengutip data dari Egyptian Operation Anti-Sexual Harassment/Assault, yang membuka hotline 24 jam bagi korban kekerasan seksual. Angkanya, 46 serangan terhadap perempuan dilakukan pada hari Minggu, 17 serangan pada hari Senin, dan 23 serangan pada hari Selasa.

HRW meminta para pejabat Mesir dan pemimpin politik “di seluruh spektrum untuk mengutuk insiden ini dan mengambil langkah-langkah segera untuk mengatasi tingkat kekerasan seksual yang makin mengerikan” di Tahrir Square.

“Ini adalah kejahatan serius yang menghalangi perempuan untuk turut berpartisipasi penuh dalam kehidupan masyarakat Mesir pada titik kritis dalam pembangunan negara,” kata Joe Stork, Direktur HRW wilayah Timur Tengah.

Beberapa korban bahkan memerlukan intervensi bedah setelah serangan. “Beberapa dari mereka dipukuli dengan rantai logam, tongkat, dan kursi, dan menyerang dengan pisau,” katanya.

Siapa pelakunya? Ada yang mengatakan serangan yang dipentaskan oleh preman yang menyalahgunakan kekosongan keamanan dan percaya tak akan ada proses hukum atas tindakannya. Yang lain mengatakan serangan-serangan itu dilakukan secara terorganisasi (karena banyaknya korban, sistematis dan kesamaan metode) oleh Presiden Morsi untuk menakut-nakuti perempuan dan menodai citra demonstrasi anti-pemerintah yang damai. Dan seperti Presiden Morsi menuntut mantan presiden Hosni Mubarak terhadap jatuhnya korban jiwa selama demonstrasi berdarah waktu lalu kini rakyat muslim mesir juga menginginkan agar Presiden Morsi dimintai pertanggung jawaban dan dihukum untuk itu.

Kakek Umur 92 Tahun Nikahi Gadis Perawan Cantik Umur 22 Tahun

kakek umur 92 tahun nikahi gadis perawan umur 22 tahun di irakSeorang kakek berumur 92 tahun di Irak menikahi seorang wanita muda yang usianya terpaut 70 tahun di bawahnya! Menariknya lagi, pernikahan itu digelar berbarengan dengan pernikahan dua cucu laki-lakinya yang masih remaja.

Musali Mohammed al-Mujamaie mempersunting wanita berumur 22 tahun, Muna Mukhlif al-Juburi pada Kamis, 4 Juli malam waktu setempat. Pernikahan itu digelar tiga tahun setelah kematian istri pertama sang kakek yang telah dinikahinya selama 58 tahun. Dari perkawinan itu, sang kakek dikaruniai 16 anak.

“Saya sangat bahagia bisa menikah berbarengan dengan cucu-cucu saya,” tutur Mujamaie kepada kantor berita AFP, Sabtu (6/7/2013) usai acara pernikahan itu.

“Saya merasa seperti berumur 20 tahun!” seru kakek yang tinggal di desa Gubban, sebelah selatan kota Samarra, Irak tengah.

Menurut Mujamaie, pernikahan kedua cucu laki-lakinya itu telah beberapa ditunda karena harus mengatur jadwal pernikahannya. Dengan demikian kakak dan kedua cucunya yang berumur 17 tahun dan 16 tahun itu, bisa melangsungkan pernikahan di hari yang sama.

Pesta pernikahan itu berlangsung sekitar empat jam, dengan dimeriahkan oleh tarian-tarian dan musik. Pernikahan itu dihadiri pula oleh para tokoh agama dan kesukuan setempat.

Selamat ya, Kek!

Arab Saudi Ucapkan Selamat Pada Militer Mesir Karena Gulingkan Morsi … PBB dan Negara Barat Malah Mengecam

Raja Arab Saudi Abdullah mengirimkan ucapan selamat kepada pemimpin baru Mesir yang ditunjuk sementara menyusul tergulingnya Presiden Mohamed Morsi oleh militer. Disebutkan bahwa penunjukan Adly Mansour sebagai pemimpin sementara Mesir dilakukan di saat kritis dalam sejarah negeri itu.

“Atas nama rakyat Arab Saudi, saya mengucapkan selamat kepada Anda karena mengambil alih kepemimpinan Mesir di saat kritis ini dalam sejarah Mesir,” ujar Raja Abdullah dalam pesannya seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (4/7/2013).

“Kami memohon Allah agar membantu Anda memikul tanggung jawab untuk mencapai harapan saudara-saudara kami di Mesir,” imbuh pemimpin kerajaan Saudi itu. Raja Abdullah juga memberikan pujian kepada militer Mesir dan pemimpinnya Jenderal Abdel Fattah al-Sisi karena menggunakan “kebijaksanaan” dalam membantu menyelesaikan krisis ini dan menghindari “konsekuensi yang tak terbayangkan”.

Sebelumnya pada Rabu, 3 Juli larut malam waktu setempat, militer Mesir menyatakan berakhirnya kekuasaan Morsi. Jenderal Sisi pun mengumumkan ketua Mahkamah Konstitusi Adly Mansour sebagai presiden sementara. Sisi juga menyerukan digelarnya kembali pemilihan presiden dan parlemen di Mesir. Pengumuman ini mendapat sambutan meriah rakyat Mesir di berbagai wilayah. Warga yang berkumpul di jalan-jalan melakukan pesta kembang api untuk merayakan kejatuhan Morsi.

Pasca tumbangnya Presiden Mesir Mohamad Morsi, situasi menjadi semakin berbahaya. Semua pihak diimbau agar bisa menghindari kekerasan. Kementerian Luar Negeri Inggris tidak menyetujui penggunaan kekuatan militer untuk mengatasi ketegangan politik Mesir.

“Kerajaan Inggris tidak mendukung intervensi militer sebagai cara untuk menyelesaikan perselisihan dalam sistem demokrasi,” kata Menteri Luar Negeri Inggris William Hague seperti dilansir AFP, Kamis (4/7/2013). Menurut Hague, penggunaan kekuatan militer untuk meredakan ketegangan bisa berakibat fatal bagi keamanan Mesir. Pilihan terbaik yang bisa diambil adalah sikap menahan diri dari masing-masing pihak.

“Situasi di Mesir sangat berbahaya. Kita imbau agar semua pihak di sana bisa menahan diri dan menghindari kekerasan,” tandas Hague. Pejabat tinggi Inggris itu mengimbau agar para pemimpin mesir bisa menunjukkan visinya. Ini penting untuk melancarkan transisi demokratis pada situasi politik Mesir. Hague pun menyarankan agar gejolak politik itu segera ditutup dengan pemilu yang jujur dan adil untuk menentukan pemimpin baru.

“Ini sangat vital untuk mereka. Gunanya, untuk merespons keinginan rakyat Mesir demi kemajuan ekonomi dan politik negara itu. Dalam jangka panjang, hanya pemerintahan yang dipilih oleh rakyat secara demokratislah yang akan membawa stabilitas dan kesejahteraan bagi rakyat Mesir,” pungkasnya.

Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon mengkhawatirkan intervensi militer Mesir yang menggulingkan Presiden Mohamed Morsi. Namun ditegaskan Ban, dirinya mendukung aspirasi rakyat Mesir. “Warga Mesir dalam aksi protes mereka telah menyuarakan kefrustrasian mendalam dan kekhawatiran yang sah. Di saat yang sama, intervensi militer dalam urusan suatu negara merupakan suatu keprihatinan,” kata wakil juru bicara PBB, Eduardo del Buey seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (4/7/2013).

“Sekjen PBB mengikuti dengan seksama dan dengan keprihatinan atas perkembangan yang cepat di Mesir. Dia terus mendukung aspirasi rakyat Mesir,” tutur del Buey. Ditambakan del Buey, Sekjen PBB menyerukan semua pihak di Mesir untuk tenang dan menahan diri serta menghindari kekerasan di masa penuh ketegangan dan ketidakpastian ini.

“Karena itu, penting untuk secepatnya mengembalikan kepemimpinan sipil yang sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi,” tandas del Buey. Sebelumnya pada Rabu, 3 Juli larut malam waktu setempat, militer Mesir menyatakan berakhirnya kekuasaan Morsi. Jenderal Sisi pun mengumumkan ketua Mahkamah Konstitusi Adly Mansour sebagai presiden sementara.

Sisi juga menyerukan digelarnya kembali pemilihan presiden dan parlemen di Mesir. Pengumuman ini mendapat sambutan meriah rakyat Mesir di berbagai wilayah. Warga yang berkumpul di jalan-jalan bersorak-sorai dan menggelar pesta kembang api untuk merayakan kejatuhan Morsi.

Departemen Luar Negeri (Deplu) Amerika Serikat memerintahkan sebagian besar personelnya untuk meninggalkan Kedutaan Besar (Kedubes) AS di Kairo, Mesir. Pengumuman ini disampaikan hanya beberapa jam setelah militer Mesir menggulingkan Presiden Mohamed Morsi. “Deplu memerintahkan keberangkatan personel non-emergensi pemerintah AS dan anggota-anggota keluarga dari Mesir dikarenakan adanya gangguan politik dan sosial,” demikian pengumuman Deplu AS seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (4/7/2013).

Diingatkan Deplu AS, “kerusuhan politik tersebut kemungkinan akan bertambah buruk dalam waktu dekat.” Kedutaan Besar AS di Mesir beberapa kali telah menjadi target para demonstran. Bahkan sebagai pencegahan, Kedubes AS telah ditutup pada Selasa (2/7) dan Rabu (3/7) saat aksi demo antipemerintah marak di Kairo.

“Warga Barat dan warga negara AS beberapa kali pernah terjebak di tengah demonstrasi dan bentrokan,” demikian disampaikan Deplu AS. Deplu AS pun mengimbau seluruh warga AS untuk menunda kunjungan ke Mesir. Sementara bagi warga AS yang tinggal di Mesir, diimbau untuk meninggalkan negeri itu dikarenakan terus berlangsungnya keresahan politik dan sosial.

Sebelumnya pada Rabu, 3 Juli larut malam waktu setempat, militer Mesir menyatakan berakhirnya kekuasaan Morsi. Jenderal Sisi pun mengumumkan ketua Mahkamah Konstitusi Adly Mansour sebagai presiden sementara. Sisi juga menyerukan digelarnya kembali pemilihan presiden dan parlemen di Mesir. Pengumuman ini mendapat sambutan meriah rakyat Mesir di berbagai wilayah. Warga yang berkumpul di jalan-jalan tampak menari-nari dan menggelar pesta kembang api untuk merayakan kejatuhan Morsi.

Pemerintah Australia mengimbau seluruh warganya yang berada di Mesir untuk mempertimbangkan pergi dari negara tersebut. Peringatan ini disampaikan menyusul tumbangnya kekuasaan Presiden Mesir Mohamed Morsi.

Perdana Menteri Kevin Rudd pun menyampaikan keprihatinannya atas kondisi di Mesir usai tergulingnya Morsi.

“Saya ingin menyampaikan atas nama seluruh warga Australia, kami ingin melihat kembalinya pemerintahan demokratis di Mesir secepat mungkin,” tutur Rudd. “Warga Australia di Mesir harus mempertimbangkan untuk pergi sekarang,” tandasnya.

Hal senada disampaikan juru bicara Departemen Luar Negeri Australia. “Warga Australia yang saat ini berada di Mesir yang prihatin akan keselamatan mereka, hendaknya mempertimbangkan untuk pergi sekarang,” ujar juru bicara itu seperti dilansir News.com.au, Kamis (4/7/2013).

“Kami terus mengimbau warga Australia untuk menghindari semua demonstrasi dan aksi protes karena aksi-aksi itu berubah ganas, kami juga mengimbau untuk terus memonitor informasi mengenai peristiwa dan perkembangan yang mungkin berdampak pada keamanan dan keselamatan mereka,” tandas juru bicara tersebut.

Menurut Deplu Australia, sebanyak 730 warga Australia saat ini terdaftar tinggal di Mesir. Namun diperkirakan angka sebenarnya jauh lebih besar dari itu. Sebanyak 822 warga Australia lainnya telah mendaftar untuk pergi ke Mesir dalam beberapa pekan mendatang.

Sebelumnya pada Rabu, 3 Juli larut malam waktu setempat, militer Mesir menyatakan berakhirnya kekuasaan Morsi. Jenderal Sisi pun mengumumkan ketua Mahkamah Konstitusi Adly Mansour sebagai presiden sementara.

Sisi juga menyerukan digelarnya kembali pemilihan presiden dan parlemen di Mesir. Pengumuman ini mendapat sambutan meriah rakyat Mesir di berbagai wilayah. Warga yang berkumpul di jalan-jalan bersorak-sorai dan menggelar pesta kembang api untuk merayakan kejatuhan Morsi.

Presiden Mesir Morsi Digulingkan Militer Setelah Menolak Tuntuan Rakyat

Militer Mesir menggulingkan presiden pertama negara itu yang dipilih secara demokratis, Muhammad Morsi setelah presiden tersebut mengambil kekuasan mutlak dan menyatakan dirinya berada diatas hukum, Rabu (3/7/2013) malam. Ketua Mahkamah Agung Mesir ditunjuk sebagai pemimpin sementara.

Jenderal Abdel Fattah al-Sisi mengatakan, militer memenuhi “tanggung jawab sejarah” untuk melindungi negara dengan mengusir Muhammad Morsi, pemimpin Islam berpendidikan Barat yang terpilih dalam pemilu tahun lalu. “Konstitusi negara ditangguhkan, pemilihan parlemen baru akan diadakan, dan Adly Mansour, Kepala Mahkamah Agung akan menggantikan Mursi,” kata Sisi.

Menurut Sisi, Mansour akan memiliki kekuatan untuk mengeluarkan deklarasi konstitusional selama periode sementara dan akan “membangun pemerintahan yang kuat dan beragam”. Dia pun mengatakan, Mursi tidak memenuhi harapan rakyat dan gagal memenuhi tuntutan berbagi kekuasaan dengan kalangan oposisi yang kini pendukungnya memenuhi jalanan.

Keriuhan meledak menyusul pengumuman militer itu, yang disampaikan Rabu (3/7/2013) pukul 15.00 waktu Mesir, atau Kamis (4/7/2013) pukul 02.00 waktu Indonesia. Namun, pendukung Mursi di sisi lain bersumpah akan menentang kudeta ini sembari meneriakkan, “Ganyang pemerintahan militer” dan “Alun-alun memiliki satu juta martir”.

Dalam pernyataan yang di-posting di Facebook dan halaman Twitter kepresidenan, Mursi mengatakan, penjatuhannya oleh militer ini masuk kategorisasi yang seharusnya ditolak oleh semua orang bebas bangsa ini. “Presiden—yang juga panglima tertinggi angkatan bersenjata—mengatakan semua warga negara, sipil dan militer, para pemimpin dan tentara, harus mematuhi konstitusi dan tidak harus menanggapi kudeta yang membawa Mesir ke belakang,” kata Mursi di laman sosial media itu. “Setiap orang harus bertanggung jawab di hadapan Allah, manusia, dan sejarah.”

Menjelang pernyataan militer yang mengambil alih kekuasaan Mursi, pasukan bersenjata telah bergerak ke posisi kunci di sekitar ibu kota, menutup jembatan di atas Sungai Nil dan sekitarnya, dan membatasi demonstrasi pendukung Mursi di pinggiran Kairo.

Ketika tenggat ultimatum semakin mendekat, Mursi menawarkan pembentukan pemerintah sementara koalisi. “(Pemerintahan sementara) akan mengelola proses pemilu parlemen mendatang dan pembentukan sebuah komite independen untuk amandemen konstitusi untuk menyerahkan parlemen mendatang,” katanya dalam sebuah posting di halaman Facebook-nya.

Mursi mengingatkan bahwa ratusan ribu pendukungnya dan demonstran telah berkumpul di seluruh negeri dan ia mendesak agar bangsanya diperbolehkan untuk mengekspresikan pendapat mereka melalui kotak suara. “Salah satu kesalahan yang saya tidak bisa terima—sebagai presiden semua orang Mesir—adalah untuk memihak salah satu pihak di atas yang lain, atau untuk menyajikan adegan dari satu sisi saja. Agar adil, kita perlu mendengarkan suara semua orang di kotak,” kata pernyataan itu.

Mursi, seorang konservatif religius berpendidikan Amerika, terpilih sebagai presiden pada Juni 2012. Tetapi, peringkat dukungannya telah menurun drastis setelah pemerintahannya gagal menjaga ketertiban atau menghidupkan kembali ekonomi Mesir. Kekacauan, termasuk serangan seksual terbuka pada wanita di jalan-jalan Mesir, telah membuat para wisatawan dan investor hengkang bersamaan dengan pernyataan oposisi yang mengatakan aturan Mursi semakin otoriter.

Polarisasi kekuatan politik di Mesir menghadapi fase paling kritis setelah revolusi pada 2011, Rabu (3/7/2013). Presiden Mesir Muhammad Mursi, presiden pertama yang dipilih melalui pemilu, telah digulingkan militer. Pesan dramatis penasihat keamanan Mursi mengingatkan rakyat Mesir dan penganut demokrasi tentang konsekuensi dari langkah militer Mesir tersebut.

Kepala angkatan bersenjata Mesir, Jenderal Abdel Fattah al-Sisi mengumumkan bahwa ia telah membekukan konstitusi dan akan menunjuk pimpinan pengadilan tertinggi Mesir sebagai pemimpin sementara. Pemilu untuk memilih presiden dan parlemen, janji dia, akan segera dijadwalkan dengan kabinet transisi menjalankan pemerintahan sementara sampai hasil pemilu didapat.

“Kami akan membangun masyarakat Mesir yang kuat dan stabil yang tidak akan mengecualikan pihak mana pun,” kata Sisi di depan panel Mesir, mewakili apa yang disebut kubu oposisi sebagai spektrum utuh Mesir. Di dalam panel ini, terdapat Koptik Paus dan ulama senior Mesir.

Tetapi, Mursi, melalui layanan di sosial media Facebook dan Twitter, menyatakan langkah militer ini sebagai “kudeta penuh” meskipun pernyataan Sisi pun mendapat sambutan meriah dengan lontaran kembang api yang spektakuler dari ribuan pengunjuk rasa di Tahrir Square, Kairo.

Sebelumnya, militer mengultimatum Mursi untuk mundur. Namun, sampai tenggat waktu yang diberikan militer terlewati, tidak ada kesepakatan antara militer, oposisi, dan Mursi. Militer pun telah membuat barikade yang membatasi gerak para pendukung Mursi, terpisah dari arus utama demonstrasi di Tahrir Square.

Pada Selasa (2/7/2013), militer tak menyuarakan apa pun setelah mengeluarkan ultimatum pada Senin (1/7/2013). Kediaman ini sempat membingungkan kubu oposisi maupun pendukung Mursi.

Sebut saja dengan akurat: kudeta

KHALED DESOUKI / AFP Pemimpin militer Mesir, Jenderal Abdel Fattah al-Sisi.Namun, pergerakan pasukan militer yang disusul pernyataan keras dari penasihat keamanan Mursi, Essam Haddad, mengungkapkan adanya peran besar yang sedang dimainkan militer di tengah krisis politik Mesir. “Demi Mesir dan untuk akurasi sejarah, sebut saja apa yang sekarang sedang terjadi dengan kudeta militer,” ujar Haddad.

Pengambilalihan kekuasaan oleh militer ini menutup sepekan yang mencekam untuk Mursi dan Ikhwanul Muslimin yang merupakan pendukung kemenangan Mursi pada Pemilu 2012. Dukungan untuk Mursi terus dibabat selama empat hari terakhir, diawali dari militer, diikuti kepolisian, menyusul kemudian bahkan media pemerintah.

Pada awal pekan ini, polisi sama sekali tidak mengambil tindakan ketika markas Ikhwanul Muslimin di Kairo dikepung selama 12 jam dan kemudian dibakar oleh massa oposisi. Rabu pagi, Kementerian Dalam Negeri yang membawahi kepolisian menyatakan mereka mendukung militer.

Rabu malam, Mursi diduga berada di kantor Garda Republik di timur Kairo, di bawah perlindungan unit khusus tentara pengamanan presiden. Sementara tentara di luar unit itu mendirikan barikade kawat berduri di sekitar lokasi yang diperkirakan sebagai tempat Mursi berada. Belum dapat dikonfirmasi apakah Mursi akan bebas meninggalkan tempatnya sekarang setelah pengambilalihan kekuasaan ini.

Sementara itu, sepanjang Rabu, Sisi menghabiskan hari dengan pertemuan tertutup yang dihadiri para jenderal kuncinya dan para tokoh agama maupun oposisi. Hadir dalam pertemuan itu antara lain pemimpin oposisi Mohamed ElBaradei, ulama terkemuka Sunni, Sheikh Ahmed Tayeb, dan Koptik Paus, Tawedros II.

Sepanjang Rabu, Sisi tidak menemui Mursi, tetapi sehari sebelumnya mereka berdua telah berbicara berdua selama empat jam soal pembagian kekuasaan. Mursi telah berulang kali mengatakan ia bersedia berbagi kekuasaan dengan lawan-lawannya.

Ketika batas waktu ultimatum militer terlampaui, Mursi pun kembali menegaskan bahwa dia setuju dibentuknya pemerintah persatuan nasional dan menjadwalkan pemilihan parlemen dalam beberapa bulan. Tetapi, Haddad, kepala pembantu Mursi, membuat jelas bahwa presiden itu dalam proses digulingkan dan memperingatkan konsekuensi penggulingan ini.

“Hari ini hanya satu hal hal,” tulis Haddad dalam posting Facebook dramatis yang ia nyatakan kemungkinan sebagai catatan terakhir yang dia buat dari kantornya. “Di hari dan zaman ini tak ada kudeta militer yang dapat berhasil menghimpun kekuatan cukup besar tanpa ada pertumpahan darah. Siapa di antara Anda yang siap untuk memikul kesalahan ini?”

Haddad melanjutkan dalam note Facebook-nya, “Masih ada orang-orang di Mesir yang percaya pada hak mereka untuk membuat pilihan demokratis. Ratusan ribu dari mereka telah berkumpul untuk mendukung demokrasi dan presiden. Dan mereka tidak membiarkan serangan ini… ”

“Untuk memindahkan mereka, akan ada kekerasan. Ini akan datang dari tentara, polisi, atau tentara bayaran yang disewa. Dalam kata lain, akan ada pertumpahan darah. Dan pesan ini akan beresonansi dengan keras dan jelas di seluruh dunia Muslim:… Demokrasi bukan untuk umat Islam. ” Presiden terguling Mesir, Muhammad Mursi, dikenakan tahanan rumah. Informasi ini disampaikan juru bicara Ikhwanul Muslimin, Gehad El-Haddad melalui akun Twitter.

Haddad mengatakan Mursi dikenakan tahanan rumah di salah satu klub milik pejabat Garda Republik. Menurut dia para pengawal Mursi juga dikenakan tahanan rumah.

Sementara itu, Mursi melalui jaringan televisi Aljazeera menyatakan menolak penggulingan dirinya oleh militer. Dalam siaran Kamis (4/7/2013) dini hari yang tak bisa dilihat melalui jaringan televisi Mesir, Mursi menyatakan akan tetap mempertahankan keabsahannya sebagai pemimpin Mesir.

“Saya menolak tegas pelengseran dari posisi presiden. Dan saya tetap sebagai presiden sah di negara ini,” kata Mursi. Tempat Mursi menyampaikan pidato ini tidak diketahui, hanya ada latar kaligrafi dan bendera Mesir di belakang Mursi.

Pidato yang dikutip Aljazeera ini ditayangkan melalui jaringan internet, satu jam setelah milier mengumumkan langkah penyelesaian krisis Mesir. Mursi mengatakan dia siap berdialog dengan semua kekuatan politik untuk menyelesaikan persoalan bangsa.

Mursi juga menyerukan semua pihak termasuk pendukungnya untuk tidak melakukan aksi anarkis dan tetap memelihara keamanan negara. Mursi pun meminta militer dan kepolisian untuk melindungi seluruh rakyat dan menjaga stabilitas keamanan. Militer Mesir memburu seluruh anggota Ikhwanul Muslimin yang menjadi pendukung eks presiden Mohamed Morsi. Bahkan surat perintah penangkapan terhadap 300 anggota Ikhwanul Muslimin sudah dikeluarkan.

Situs CNN, Kamis (4/7/2013) mengabarkan, seorang pejabat keamanan Mesir membenarkan adanya perintah penangkapan terhadap 300 anggota itu. Anggota Ikhwanul Muslimin inilah yang menjadi salah satu faktor kemenangan Morsi dalam pemilu sebelumnya.

Pasukan keamanan Mesir juga telah berhasil menangkap pemimpin Ikhwanul Muslimin, Saad el-Katatni dan Rashad Al-Bayoumi. Keduanya kini sudah ditahan. Kerusuhan akibat jatuhnya Morsi juga semakin melebar. Total korban tewas hingga saat ini menjadi delapan orang. Sebanyak 343 orang terluka akibat bentrokan di seluruh Mesir. Menteri Pertahanan Mesir Abdel Fattah al-Sisi mengumumkan penggulingan Morsi dari kursi kepresidenan. Ketua Mahkamah Konstitusi Mesir ditunjuk untuk menjadi pemimpin sementara hingga pemilu kembali digelar.

Pasukan militer Mesir mulai melakukan sejumlah aksi untuk bisa menyukseskan penggulingan Presiden Mohamed Morsi. Salah satunya dengan melakukan penyerbuan ke stasiun TV Al Jazeera di Kairo. Seperti dikutip dari Reuters, Kamis (4/7/2013), penyerbuan dilakukan saat stasiun televisi ini sedang melakukan penyiaran gambar. Ada sejumlah staf Al Jazeera yang ditahan dalam peristiwa ini. Pihak militer menduga stasiun TV ini berpihak kepada Morsi.

Informasi mengenai penyerbuan ini masih simpang siur. Namun sejumlah media, termasuk blog yang ada di website Al Jazeera, menyebut produser, narasumber serta presenter stasiun ini telah ditahan. Tidak beberapa lama usai kejatuhan Morsi, situasi Mesir memang dipenuhi dengan bentrokan. Sejumlah warga pendukung Morsi dengan membawa senjata menyerbu markas pasukan keamanan. 4 Orang tewas dan 10 orang terluka akibat bentrokan ini.

Menteri Pertahanan Mesir Abdel Fattah al-Sisi mengumumkan penggulingan Morsi dari kursi kepresidenan. Ketua Mahkamah Konstitusi Mesir ditunjuk untuk menjadi pemimpin sementara hingga pemilu kembali digelar. Pasca digulingkannya Mohamed Morsi dari kursi kepresidenan, situasi Mesir semakin mencekam. Empat pendukung Morsi tewas akibat terlibat bentrok dengan tentara dan polisi.

Seperti dilansir AFP, Kamis (4/7/2013), bentrokan antara pendukung Morsi dan pasukan keamanan pecah di sejumlah lokasi. Bahkan bentrokan di kota bagian barat Marsa Matruh telah menewaskan 4 orang pendukung Morsi. Pejabat keamanan setempat menjelaskan, sejumlah warga dengan membawa senjata menyerbu markas pasukan keamanan. 10 Orang terluka akibat bentrokan ini.

Amerika Serikat sendiri sudah memerintahkan agar seluruh staf yang ada di Kedutaan Kairo segera dipindahkan. Perintah evakuasi ini datang tidak berapa lama setelah Morsi digulingkan. Menteri Pertahanan Mesir Abdel Fattah al-Sisi mengumumkan penggulingan Morsi dari kursi kepresidenan. Ketua Mahkamah Konstitusi Mesir ditunjuk untuk menjadi pemimpin sementara hingga pemilu kembali digelar. Sebelumnya, ribuan warga Mesir menuntut Morsi mundur dari jabatannya. Aksi terus berkembang hingga mendapat dukungan militer. Buntutnya, militer pun memberi ultimatum kepada Morsi agar segera mundur.

Namun Morsi menolak. Akhirnya pasukan militer dan tank pun merapat ke arah istana presiden hingga membuat Morsi terkepung.