Milisi Taliban Pakistan menyatakan bertanggung jawab atas aksi brutalnya menembaki ratusan pelajar di sekolah khusus militer di Peshawar. Menurut juru bicara Taliban, Muhammad Umar Khorasani, aksi brutal ini sebagai serangan balasan kepada aparat militer di utara Waziristan. Sejak Juni lalu, militer menggelar operasi untuk memberangus milisi Taliban. “Ini baru latihan,” kata Muhammad Khorasarani kepada AFP. Menurutnya, militeri Pakistan selalu salah menghitung kemampuan mereka. “Kami masih mampu melakukan aksi serangan yang berskala besar.”
Namun, menurut dia, perintah kepada penembak bukan ditujukan ke anak-anak sekolah, melainkan kepada para pelajar senior. Para pelajar di sekolah militer ini berusia sekitar 12 – 16 tahun. CNN memberitakan, seluruh pelaku penembakan di sekolah itu tewas di tangan aparat militer Pakistan. Baku tembak dan penyanderaan itu berakhir pada Selasa malam, 16 Desember 2014. Satu helikopter meraung-raung di udara mengitari area sekolah. Sedikitnya 500 anak sedang bersekolah saat itu. The Nation melaporkan, sedikitnya 132 pelajar berusia 12-16 tahun tewas akibat tembakan milisi Taliban. Beberapa guru juga ikut tewas karena dibakar hidup hidup oleh Taliban. Sementara itu, lebih dari 100 anak menderita luka. Pasukan tentara Pakistan mengatakan mereka menyisir tiap ruangan di sekolah sambil menghindari tembakan dan bom rakitan. Pada pukul 4 sore, tentara Pakistan membatasi ruang gerak para milisi Taliban di empat gedung. “Beberapa jam kemudian, seluruh milisi Taliban telah mati,” kata polisi Pehsawar Mohammad Aijaz Khan.
Usai menaklukkan para penembak, tentara Pakistan menyisir sekolah di Pehsawar yang berada dalam radius 120 kilometer dari ibu kota Pakistan, Islamabad. Mereka mencari bom tanam atau potensi ancaman lain. Berdasarkan keterangan gubernur setempat, ada 182 orang yang meninggal dan terluka dalam peristiwa ini. Korban terluka telah mendapatkan perawatan di sebuah rumah sakit terdekat. Juru bicara militer Pakistan Jenderal Asim Bajwa menyebut penyerangan ini sebagai tindakan pengecut dengan membunuh orang tidak bersalah. “Ini membuktikan Taliban tidak hanya musuh Pakistan tapi juga musuh kemanusiaan,” kata Asim seperti dilansir dari akun Twitternya.
“Mereka telah menusuk perasaan nasional,” kata Bajwa. “Tapi, mereka tidak akan mampu mengurangi semangat bangsa yang besar ini dengan cara apapun,” katanya. otif penyerbuan sekolah di Peshawar, Pakistan, oleh Taliban masih belum jelas. Menurut pengamat militer Islam, Ahmed Rashid, penyerangan ini kemungkinan ditujukan untuk peraih Nobel Perdamaian Malala Yousafzai.
“Untuk mengirim pesan kepada Malala dan para pendukungnya yang memperjuangkan pendidikan untuk anak dan perempuan,” ujar Ahmed seperti dikutip dari International Business Times, Rabu, 17 Desember 20140. Sebagaimana diketahui, Malala menerima Nobel Perdamaian tahun ini berkat upayanya memperjuangkan hak anak dan perempuan Pakistan yang selama ini direngut. Salah satunya hak atas pendidikan.
Di mata Malala, anak dan perempuan Pakistan lebih kerap menjadi obyek eksploitasi. Sebagai contoh, anak-anak bukannya mendapat pendidikan formal tapi malah dilatih menjadi tentara yang akan menyuburkan budaya kekerasan di Pakistan. Apabila insiden di Peshawar ditujukan untuk Malala, kata Ahmed, ini akan menjadi serangan yang kesekian kalinya. Tahun 2012, Malala sempat ditembak oleh tentara Taliban sebelum dipindah ke Inggris.
Selain untuk menyerang Malala, menurut Ahmed, serangan Taliban juga untuk menurunkan moral tentara Pakistan. “Sebagian besar anak dari tentara yang melawan Taliban itu bersekolah di Peshawar. Jadi ini langkah demoralisasi tentara Pakistan,” ujar Ahmed. Malala, yang diduga sebagai target serangan, merasa sakit hati melihat peristiwa berdarah yang memakan ratusan korban itu. Ia menilai tindakan Taliban sebagai tindakan pengecut yang harus dikutuk. “Karena anak-anak tak bersalah itu tak berhak atas peristiwa mengerikan ini,” ujar Malala.
Murid-murid sekolah militer di Peshawar, Pakistan, sedang khusyuk mengerjakan ujian. Keheningan suasana ujian tiba-tiba diramaikan oleh bunyi tembakan yang diarahkan ke berbagai sudut di sekolah umum itu pada Selasa, 16 Desember 2014, pukul sepuluh pagi waktu setempat.
Lima-enam pria berseragam militer yang menenteng senjata dan merangsek masuk ke dalam sekolah mengagetkan para murid, guru, dan penjaga sekolah. Bunyi rentetan tembakan dan ledakan bertubi-tubi terdengar. “Saya kira mereka itu anak-anak yang sedang bermain. Namun kemudian saya menyaksikan mereka membawa senjata,” Mudassir Awan, pekerja di sekolah itu, saat memberi kesaksian, seperti dilansir Reuters. Begitu mendengar suara tembakan, menurut Mudassir, mereka secepatnya berlari ke ruang kelas. Ternyata para penembak yang kemudian diketahui sebagai milisi Taliban itu justru memasuki setiap kelas.
Seorang guru menjelaskan, para murid sedang berada di aula untuk mengikuti ujian ketika milisi Taliban melakukan serangan bersenjata. “Setelah setengah jam serangan berlangsung, barulah pasukan tentara datang dan melindungi sekolah,” kata guru itu saat diwawancarai sebuah stasiun televisi. Teriakan anak-anak dan para guru terdengar ke seantero sekolah, bahkan sampai ke warga yang beraktivitas di sekitar sekolah. Mobil ambulans kemudian memasuki sekolah dan berusaha menyelamatkan anak-anak yang terluka akibat tembakan dan melarikan mereka ke rumah sakit terdekat.
Sedikitnya 122 pelajar tewas akibat terkena tembakan senjata api milisi Taliban Pakistan dalam sebuah serangan di sekolah militer Peshawar, Selasa pagi, 16 Desember 2014, waktu setempat. Sementara itu, seratus lebih orang menderita luka-luka. Beberapa pejabat keamanan Pakistan mengatakan serangan itu dilakukan oleh lima-enam anggota milisi. “Mereka mengenakan seragam militer dan memasuki sekolah,” ujar pejabat yang tak disebutkan namanya. Tembakan senjata api dan suara ledakan, kata dia, terdengar keras menyusul serangan balik aparat keamanan Pakistan.
Sumber dari militer Pakitan dalam keterangannya kepada media menjelaskan, hampir seluruh siswa sekolah itu yang berjumlah 500 diungsikan. Namun belum jelas berapa jumlah orang yang terjebak di dalam gedung tersebut. Juru bicara Taliban mengatakan pihaknya bertanggung jawab atas operasi mematikan itu. Seorang karyawan dan murid sekolah yang sempat diwawancarai oleh televisi lokal, Geo TV, mengatakan para penyerang itu masuk ke aula Army Public School, tempat militer Pakistan memberi pelatihan kepada masyarakat.
Menurut Pervez Khattak, Kepala Menteri Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, lebih dari 80 murid sekolah itu terluka. “Mereka berusia antara 12-16 tahun.” Dia menambahkan, dua penyerang tewas masing-masing akibat meledakkan diri dan dibedil aparat keamanan. Sebelumnya, Shahram Khan, Menteri Kesehatan Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, mengatakan kepada CNN, dua pengajar dan seorang pejabat militer juga tewas dalam insiden berdarah itu, dan lebih dari 104 korban lainnya luka-luka.
Sejumlah anggota milisi Taliban Pakistan menyerbu sebuah sekolah militer di Peshawar. Menurut kata beberapa sumber kepada Al Jazeera, jumlah korban tewas sulit dipastikan karena masih banyak mayat di dalam gedung sekolah menyusul adanya upaya pasukan keamanan mengambil alih gedung tersebut. Adapun sumber di rumah sakit menerangkan kepada Al Jazeera bahwa setidaknya 28 orang terluka dalam insiden serangan terhadap sekolah militer itu pada Selasa, 16 Desember 2014. Peshawar’s Lady Reading Hospital membenarkan keterangan bahwa pihaknya telah menerima empat jenazah di rumah sakit. Sedangkan seorang jurnalis yang berada di tempat kejadian memperkirakan jumlah korban tewas bakal bertambah.
“Situasinya sangat menyeramkan. Menurut sumber yang berada di dalam gedung, sedikitnya sepuluh murid sekolah tewas. Pertempuran masih terus berlangsung,” kata Zahir Shah Sherazi, seorang jurnalis. Dia melanjutkan, “Seluruh jalan menuju tempat kejadian dikepung petugas keamanan. Kami tak memiliki informasi cukup mengenai apa yang terjadi di dalam gedung, namun beberapa sumber mengatakan di sana banyak mayat bergelimpangan.”
Seorang juru bicara Tehreek-e-Taliban Pakistan atau Taliban Pakistan mengatakan para penyerbu diperintahkan menembak siswa tingkat atas. Pejabat militer Pakistan dalam keterangan kepada media menjelaskan, setidaknya ada enam pria bersenjata yang menyerbu gedung Army Public School. “Diduga kuat sekitar 500 siswa dan guru berada di dalam gedung saat penyerbuan.”
Serangan tersebut berlangsung sekita pukul sebelas pagi waktu setempat, diawali dengan ledakan yang dilancarkan oleh para penyerbu disusul ledakan kedua dari senjata api. Aksi ini menimbulkan kobaran api dan suara hiruk-pikuk setelah pasukan keamanan Pakistan melakukan serangan balik untuk menguasai kembali gedung tersebut dari para penyerbu. Pakistan mengerahkan pasukan dalam jumlah besar ke sekolah tersebut sesaat setelah terjadi baku tembak antara tentara dan penyerbu.
Perdana Menteri Pakistan Nawaz sharif mengatakan penyerangan terhadap siswa sekolah militer di Peshawar sebagai tragedi nasional. Nawaz yang saat itu berada di India langsung terbang menuju Pehsawar untuk mengawasi operasi penyelamatan anak-anak sekolah. “Saya memutuskan untuk menuju ke Pehsawar dan saya akan mengawasi langsung operasi itu. Mereka adalah anak-anak saya dan ini adalah suatu kehilangan,” kata Sharif, seperti dilansi dari The Times of India, Senin, 16 Desember 2014.
Berdasarkan keterangan gubernur setempat, ada 182 orang yang meninggal dan terluka dalam peristiwa ini. Korban luka telah mendapatkan perawatan di sebuah rumah sakit terdekat. Sedikitnya enam pelaku penyerangan dan aksi bom bunuh diri dari kelompok Taliban tewas setelah menembak sekitar 130 orang di sekolah militer Pehsawar, Pakistan. Baku tembak dan penyanderaan itu berakhir pada Senin malam, 16 Desember 2014, waktu setempat, seperti dilansir dari CNN
Pembantaian yang dilakukan pasukan Taliban di Pakistan meninggalkan trauma yang dalam bagi para siswa Peshawar Army Public School. Seorang siswa senior, sebut saja Khan, mengatakan peristiwa kelam itu terjadi amat cepat. “Seseorang berteriak kepada kami untuk sembunyi di bawah meja. Dalam hitungan detik, sejumlah tentara datang. Sambil mengucapkan ‘Allahu Akbar’, mereka melepas tembakan,” ujarnya.
Khan melanjutkan, banyak siswa sembunyi di bawah meja. Di bawah meja, kata dia, para siswa ketakutan karena tentara Taliban mulai mengecek bawah meja satu per satu sembari melepas tembakan.”Sepatu bot hitam bergerak di depan kami. Tentara mulai melepas tembakan ke tubuh para siswa. Aku gemetaran, serasa kematian datang mendekat,” ujar Khan, tak bisa melupakan hal tersebut. Khan berkata, dirinya ditembak dua kali di kaki. Ia berhasil selamat karena pura-pura mati. “Sakit, sakit sekali rasanya. Aku menggigit dasi agar tidak berteriak. Sambil gemetaran, aku pejamkan mata, menunggu apakah diriku akan ditembak lagi.”
Siswa lainnya, Irfan Shah, 10 tahun, tak bisa melupakan bagaimana pasukan Taliban datang menyerang sekolahnya kemarin, Selasa, 16 Desember 2014. Kepada media asal Inggris, The Independent, ia menceritakan kejadian bak mimpi buruk itu. “Aku sedang duduk di kelas. Tiba-tiba, terdengar suara tembakan. Guru mencoba menenangkan kami, mengatakan bahwa suara tembakan itu hanya latihan,” ujar Irfan menceritakan awal peristiwa pembantaian di Peshawar yang memakan ratusan korban. Lama-kelamaan, kata Irfan, suara tembakan makin deras dan mendekat ke arah kelas Irfan. Irfan mengatakan seorang temannya mencoba mengecek apa yang terjadi lewat jendela, dan dia melihat sejumlah anak tergeletak tanpa nyawa di lantai.
“Semua panik. Kedua teman kami mencoba kabur dari kelas, tapi kemudian mereka ditembak di hadapan kami,” ujar Irfan mengingat-ingat pembantaian yang berlangsung selama delapan jam itu. Irfan berkata, mimpi buruk itu baru usai pada malam hari, setelah tentara Pakistan mengecek kelas satu per satu. Namun sebagian besar bangunan sekolah telah rusak parah. Selasa, 16 Desember 2014, sekelompok milisi mengamuk di sekolah yang dikelola militer Pakistan di Peshawar. Sekitar 141 orang tewas dalam serangan itu. Korban tewas sebagian besar adalah pelajar di sekolah tersebut.