Pesan pendek yang dikirimkan Sidney Jones dari International Crisis Group, ”…enjoy the most beautiful city in the world”, benar adanya. Istanbul memang indah dan pantas dinikmati. Bagaimana dengan Beograd di Serbia dan Athena di Yunani, Sidney? Pertanyaan itu tak dijawab Sidney Jones karena memang tidak dikirimkan.
Ketiga kota itu sama-sama indah, masing-masing memiliki daya tarik sendiri, dan kini juga sama-sama berjuang untuk tidak ditelan perkembangan zaman. Ada sejarah yang menautkan ketiga kota itu. Yunani kuno pernah menguasai Turki ketika helenisme, peradaban Yunani, menguasai kawasan Mediterania. Sebutlah nama kota yang selalu disebut-sebut dalam cerita Yunani, yakni Troya, dekat Selat Dardanella, yang sekarang menjadi wilayah Turki. Menurut sejarah, tempat Istana Topkapi sekarang berdiri dahulu adalah kota kuno Yunani.
Sebaliknya, Turki juga pernah menguasai Yunani, yang bahkan hingga kini masih meninggalkan trauma. Yang selalu diingat orang Yunani adalah penjajahan Yunani oleh Turki selama 400 tahun, mulai tahun 1458 hingga 1821 (untuk sementara diselingi pendudukan oleh orang-orang Venetia tahun 1687-1715). Bahkan, sekarang pun Yunani merasa selalu direpotkan oleh imigran-imigran Turki yang hendak masuk ke Eropa.
Beograd pada zaman dulu pernah juga dikuasai Kekhalifahan Utsmaniyah (Ottoman). Penguasa Ottoman melihat bahwa Beograd adalah pintu masuk ke Eropa Tengah sehingga harus ditundukkan. Menurut sejarah, pada tahun 1284, tentara Turki masuk Beograd, tetapi tidak bisa sepenuhnya menguasai kota itu. Baru pada tahun 1521 di bawah pimpinan Sultan Suleiman Akbar, Beograd jatuh dan sepenuhnya dikuasai Turki hingga tahun 1801.
Ketiga kota itu dahulu sama-sama pernah dikuasai Imporium Romanum, Kekaisaran Romawi. Romawi menguasai Beograd sejak abad pertama hingga empat abad kemudian. Athena bahkan jauh tahun sebelumnya, yakni sekitar tahun 88 SM hingga zaman Kekaisaran Romawi Timur yang berpusat di Byzantium, atau Istanbul sekarang.
Kini ketiga kota itu berjuang untuk tetap berjaya pada zaman yang berlari kencang ini. Beograd, yang kini menjadi ibu kota Serbia dan membanggakan Sungai Sava dan Danube sebagai rohnya, terus berusaha menata diri setelah terluka parah karena perang saudara yang dipicu oleh nasionalisme religius yang kelewat batas. Secara ekonomi, Beograd tertatih-tatih. Harga-harga barang mahal. Meski mereka masih setia menggunakan mata uang mereka sendiri, dinar, harga-harga dipatok senilai mata uang Eropa, euro, karena tengah berjuang untuk menjadi anggota Uni Eropa.
Athena, ibu kota Yunani, kondisi perekonomiannya lebih parah lagi. Korupsi dan pungutan liar nyaris merobohkan pemerintahan Yunani. Muncul istilah fakelaki atau uang amplop dan rousfeti atau politik perkoncoan, KKN. Krisis ekonomi mulai melanda Yunani sejak akhir 2009.
”Pajak dinaikkan dan gaji dipotong. Biasanya kami menerima 14 kali gaji setiap tahun, kini hanya menerima 12 kali,” tutur Johny, pekerja asal Manado di Athena.
Pariwisata menjadi tumpuan hidup negeri itu. Setiap tahun tercatat 16,5 juta wisatawan, sedangkan jumlah penduduknya ”hanya” 11 juta jiwa.
”Pariwisata memang menjadi tulang punggung Yunani. Mereka bisa mengelola dengan sangat baik. Infrastruktur baik, promosi baik, pendek kata kita bisa belajar banyak dari mereka dalam bidang pariwisata,” kata Duta Besar Indonesia untuk Yunani Ahmad Rusdi.
Istanbul menjadi pesaing Athena dalam dunia pariwisata. Istanbul, kota terbesar di Turki, berpenduduk 12 juta jiwa (penduduk Turki 77 juta orang), memang indah. Banyak bagian kota yang bisa dipamerkan kepada dunia, kepada wisatawan, bahkan sampai hal kecil seperti kamar kecil di obyek wisata yang selalu bersih.
Para wisatawan—yang menurut catatan tahun 2008 mencapai 31 juta orang—dimanja dengan tersedianya sarana angkutan. Ada bus, taksi, dan kereta listrik yang membelah kota pusat wisata.
Kota ini memeluk dua budaya—Barat dan Asia. Dan, kedua-duanya disodorkan bersama. Istanbul yang menempati posisi strategis secara geopolitik, jalan simpang antara Eropa dan Asia, hingga kini masih terus berjuang menjadi anggota Uni Eropa. Meski, sejak awal berdiri menyatakan diri sebagai bagian dari Barat dan menjadi anggota NATO sejak tahun 1952, sama seperti Yunani.
Walau berwajah dua, Istanbul tetap menarik. ”…The most beautiful city in the world,” kata Sidney Jones. Tak kalah dari Athena dan Beograd, yang juga indah.