Serangan Perompak Bajak Laut Somalia Semakin Merajalela


Kasus perompakan dan bajak laut di perairan Somalia melonjak tajam tahun ini. Dalam tiga bulan pertama 2011 tercatat sedikitnya 97 serangan bajak laut, yang menewaskan tujuh pelaut dan melukai 34 orang lainnya. Dunia seperti tak berdaya menghadapi perompak.

Berdasarkan data yang dirilis Pusat Pelaporan Pembajakan Biro Maritim Internasional (IMB) di Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis (14/4), jumlah pembajakan di kawasan perairan Somalia tersebut mencapai hampir 70 persen dari total kasus pembajakan yang terjadi di seluruh dunia pada kuartal pertama tahun ini.

”Jumlah pembajakan dan perompakan bersenjata di laut pada tiga bulan terakhir ini jauh lebih tinggi daripada yang pernah kami catat pada periode yang sama tahun-tahun silam,” tutur Direktur IMB Pottengal Mukundan.

Pada tiga bulan pertama 2010, IMB mencatat hanya terjadi 35 serangan pembajak di perairan Somalia.

Menurut Mukundan, teknik penyerangan para bajak laut itu meningkat drastis dan mereka juga makin tak ragu menggunakan kekerasan. Mereka seperti sengaja menantang patroli angkatan laut internasional yang dilakukan di kawasan itu.

Hingga 31 Maret lalu, IMB mencatat 28 kapal dan 596 awak kapal masih menjadi sandera para bajak laut, yang menuntut uang tebusan hingga jutaan dollar AS sebagai syarat pembebasan kapal. Kapal asal Indonesia, MV Sinar Kudus, termasuk salah satu kapal yang masih disandera beserta 20 awaknya.

Mukundan mengatakan, kapal tanker yang mengangkut minyak dan zat kimia mudah terbakar makin menjadi incaran para perompak.

Mereka bahkan tak ragu-ragu membajak kapal tanker berbobot mati di atas 100.000 ton. ”Dari total 97 serangan tersebut, 37 di antaranya menyasar kapal tanker dan 20 dari kapal-kapal tanker itu berbobot mati di atas 100.000 ton,” ungkapnya.

Perairan di sekitar Somalia, yang meliputi kawasan Samudra Hindia lepas pantai timur Somalia, Laut Arab, dan Teluk Aden, adalah jalur pelayaran utama dunia. Jalur ini penting karena menjadi pintu masuk ke Laut Merah dan Terusan Suez bagi kapal-kapal niaga asal Asia yang akan menuju Eropa.

Gangguan bajak laut di jalur suplai minyak ini akan berpengaruh terhadap harga minyak dunia, yang sudah naik hampir tak terkendali sejak kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara dilanda gelombang revolusi.

Mukundan mengatakan, posisi beberapa kapal utama, yang digunakan para pembajak untuk menyerang, sudah diketahui. Ia menyerukan tindakan yang lebih keras terhadap kapal-kapal ini untuk mengurangi pembajakan pada masa depan.

Australia bertindak

Dalam lanjutan operasi internasional untuk memberantas pembajakan ini, Angkatan Laut (AL) Australia dilaporkan berhasil membebaskan tiga sandera di perairan sekitar Tanduk Afrika. Pihak AL Australia menyatakan, Kamis, kru kapal perang HMAS Stuart berhasil naik ke kapal berbendera Yaman, yang dibajak sejak 20 hari lalu.

Sebanyak 15 bajak laut menyerah tanpa perlawanan. Di dalam kapal tersebut, tentara Australia menemukan persenjataan perompak berupa 11 pucuk senapan AK-47 berikut 16 magasin, amunisi senjata api ringan, dan satu peluncur granat.

Para bajak laut kemudian dibebaskan menggunakan sebuah perahu setelah AL Australia memberi mereka cukup air, makanan, bahan bakar, dan peralatan komunikasi.

Di bagian lain perairan tersebut, kelompok pembajak lain mengklaim telah menerima uang tebusan sebesar 5 juta dollar AS (sekitar Rp 43,2 miliar) dari perusahaan perkapalan Jerman, Beluga Shipping, untuk membebaskan kapal barang milik mereka, MV Beluga Nomination.

Kapal berbobot mati 9.775 ton dan diawaki 12 orang itu dibajak 25 Januari, 390 mil laut sebelah utara Kepulauan Seychelles. Tiga awak kapal tewas tertembak pembajak saat berusaha melarikan diri, sedangkan dua awak kapal lain berhasil meloloskan diri. Saat ini kapal itu dalam perjalanan ke Kenya

Leave a comment