Tag Archives: Terorisme

Marwan Issa Pemimpin Brigade al-Qassam Hamas Tewas di Bom di Kamp Pengungsi Nuseirat

Seorang komandan senior Hamas yang dikenal sebagai “Manusia Bayangan” karena kemampuannya menghindari deteksi tewas dalam serangan udara Israel , Gedung Putih telah mengkonfirmasi. Marwan Issa, wakil komandan sayap militer Hamas, tewas ketika Pasukan Pertahanan Israel mengebom kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah pada 9 Maret yang telah dijadikan pusat komando Hamas dalam melancarkan serangan militer ke Israel.

Israel mengatakan pihaknya sedang menyelidiki apakah Issa terbunuh , namun Jake Sullivan , penasihat keamanan nasional AS, pada hari Senin menjadi pejabat pertama di pemerintahan mana pun yang secara terbuka mengkonfirmasi kematiannya. “Orang nomor tiga Hamas, Marwan Issa, tewas dalam operasi Israel pekan lalu,” kata Sullivan dalam pengarahan di Gedung Putih.

“Para pemimpin tertinggi lainnya bersembunyi, kemungkinan besar berada jauh di dalam jaringan terowongan Hamas, dan keadilan juga akan datang bagi mereka,” tambahnya. “Kami membantu memastikan hal itu.”

Sumber-sumber Palestina mengatakan kepada Kan News Israel bahwa Hamas secara pribadi telah mengkonfirmasi kematian Issa. Dijuluki “Manusia Bayangan”, Issa dikenal menghindari IDF dan jarang tampil di depan umum.

Laporan Kan menambahkan bahwa salah satu pendiri Hamas dan wakil kepala sayap militernya, Brigade al-Qassam, bersembunyi di sebuah terowongan ketika dia terbunuh dan tubuhnya masih terkubur di bawah reruntuhan.

Razi Abu Tomeh, komandan Brigade Kamp Pusat Hamas, juga tewas dalam serangan itu, menurut laporan Kan. Dalam pengarahan di Gedung Putih, Sullivan mengatakan Joe Biden dan Benjamin Netanyahu , Perdana Menteri Israel, telah membahas operasi militer Israel di Gaza melalui panggilan telepon pada hari Senin.

Dia mengatakan presiden AS menekankan “komitmennya yang mendalam untuk menjamin keamanan jangka panjang Israel” dan menegaskan kembali “bahwa Israel mempunyai hak untuk mengejar Hamas , pelaku pembantaian terburuk terhadap orang-orang Yahudi sejak Holocaust”.

Sullivan menambahkan: “Israel telah membuat kemajuan signifikan dalam melawan Hamas. Mereka telah menghancurkan sejumlah besar batalyon Hamas dan membunuh ribuan pejuang Hamas termasuk komandan seniornya.”

Pernyataannya tentang kemajuan militer Israel disampaikan beberapa jam setelah Antony Blinken, Menteri Luar Negeri AS , menyoroti kerugian sipil akibat perang dengan Hamas.

Blinken mengatakan pada hari Selasa dalam kunjungan resminya ke Filipina: “Menurut ukuran yang paling dihormati, 100 persen populasi di Gaza berada pada tingkat kerawanan pangan akut yang parah. Ini adalah pertama kalinya seluruh populasi diklasifikasi seperti itu.” Blinken mengatakan skala krisis kemanusiaan memperkuat alasan peningkatan pengiriman bantuan secara signifikan.

Dia menambahkan: “Ini hanya menggarisbawahi urgensi dan keharusan untuk menjadikan hal ini sebagai prioritas. Kita memerlukan lebih banyak hal, kita membutuhkannya untuk berkelanjutan, dan kita membutuhkannya untuk menjadi prioritas jika kita ingin memenuhi kebutuhan masyarakat secara efektif.”

Komandan Senior Hamas Tewas Terlibat Baku Tembak Didalam Rumah Sakit Al-Shifa Gaza

Pasukan Israel telah membunuh seorang komandan senior Hamas ketika mereka merebut kembali kendali atas Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza dari kelompok teror tersebut yang telah menjadikan Rumah Sakit tersebut sebagai markas militer untuk melakukan serangan ke Israel.

Pasukan Pertahanan Israel terlibat baku tembak dengan puluhan pria warga sipil Palestina bersenjata yang tampaknya bersembunyi di rumah sakit beberapa bulan setelah Israel awalnya mengamankan fasilitas tersebut. Kantong-kantong perlawanan muncul ketika pendudukan Israel di Gaza telah melemahkan IDF, yang kini bersiap untuk melakukan invasi ke Rafah di selatan.

Bentrokan sengit dimulai di sekitar rumah sakit pada Senin pagi dan dilaporkan oleh kedua belah pihak hingga malam hari dimana pasukan sipil bersenjata Palestina menyerang pasukan Israel dari dalam Rumah Sakit yang telah dialih fungsikan sebagai markas komando Hamas.

Daniel Hagari, juru bicara IDF, mengatakan operasi tersebut didasarkan pada “informasi intelijen yang menunjukkan penggunaan rumah sakit tersebut oleh teroris senior Hamas untuk melakukan dan mempromosikan aktivitas teroris untuk melakukan pembantaian dan pemerkosaan warga sipil di Israel. Setidaknya 20 pejuang sipil bersenjata Hamas tewas dan terluka dalam baku tembak di halaman rumah sakit, dan setidaknya 80 tersangka telah ditahan, kata Israel pada Senin malam.

Faiq Mabhuoch, kepala direktorat operasi keamanan dalam negeri Hamas, termasuk di antara mereka yang tewas, kata IDF, seraya menambahkan bahwa pasukan menemukan banyak senjata di sebuah ruangan di dekatnya. Tuan Mabhuouch dan pasukannya rupanya bersembunyi di rumah sakit selama beberapa waktu.

Pada hari Senin, kepala Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan keprihatinannya atas serangan terhadap Al-Shifa, dengan mengatakan “rumah sakit tidak boleh menjadi medan pertempuran”. Tedros Ghebreyesus mengatakan Al-Shifa “baru saja memulihkan layanan kesehatan yang minim”.

Dalam penggerebekan awal tahun lalu, IDF mengklaim telah menemukan bukti penggunaan Al-Shifa sebagai pangkalan, termasuk jaringan terowongan. Pada Senin sore, IDF sekali lagi mengepung rumah sakit tersebut, menyerukan anggota Hamas yang berada di dalam untuk menyerah untuk menghindari jatuhnya korban sipil namun hal tersebut ditolak Hamas

Video dari lokasi kejadian menunjukkan tank dan buldoser Israel tergeletak di antara gedung rumah sakit.

Tulisan di salah satu amplop menyatakan bahwa itu adalah hadiah dari Hamas dan Jihad Islam kepada seseorang atas “kerja baik”.Pada hari Senin, IDF merilis sebuah video yang tampaknya diambil di lokasi rumah sakit, menunjukkan tentara mengambil amplop uang tunai dari brankas.

Bentrokan di Al-Shifa kemungkinan besar terjadi karena semua batalyon Hamas di utara telah hancur, menurut Yohanan Tzoreff, pakar terorisme dan mantan penasihat pemerintah Israel di Gaza. “Ini tidak berarti bahwa Hamas kembali ke utara,” katanya kepada The Telegraph, seraya menambahkan bahwa para pejuang Hamas kemungkinan besar menggunakan terowongan yang tersisa untuk memasuki halaman rumah sakit.

“Sebagian besar pasukan IDF mundur dari wilayah utara, namun meskipun kami tetap bertahan di wilayah utara, masih akan ada serangan sporadis dari sisa-sisa Hamas.” Saluran TV Al Jazeera mengatakan seorang anggota layanan berbahasa Arab yang berlindung di rumah sakit telah ditahan dan dibawa ke lokasi yang tidak diketahui.

Komite Perlindungan Jurnalis pada hari Senin mengutuk penahanan Ismail al-Ghoul, dan mengatakan perang yang sedang berlangsung di Gaza adalah “konflik terburuk bagi jurnalis yang pernah didokumentasikan CPJ”.

Dalam sebuah pernyataan pada hari Senin, Hamas mengutuk serangan terhadap rumah sakit tersebut sebagai “kejahatan baru” dan mengecam Israel karena “menargetkan warga sipil yang tidak berdaya” alih-alih menghadapi para pejuang di medan perang.

Setelah serangan pertama Israel terhadap rumah sakit tersebut pada bulan November tahun lalu, analis independen mengatakan terowongan yang ditemukan IDF tidak mungkin menampung sesuatu yang penting seperti pusat komando sebuah pangkalan. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa terowongan di dekatnya dapat diakses dari dalam bangsal rumah sakit, seperti yang diklaim IDF.

Namun, dokumen AS yang tidak diklasifikasikan pada bulan Januari menunjukkan bahwa komunitas intelijen AS masih percaya bahwa rumah sakit tersebut telah digunakan sebagai pusat komando Hamas.

Bentrokan yang terjadi di jantung Kota Gaza yang hancur parah, tempat pasukan Israel seharusnya menguasai kendali beberapa bulan lalu, telah menyoroti rapuhnya keamanan di Gaza, sangat jauh dari “kemenangan total” yang dijanjikan Benjamin Netanyahu, perdana menteri Israel. awal tahun ini.

Peluncuran roket baru-baru ini dari Gaza utara dan kantong-kantong perlawanan menunjukkan bahwa perjalanan IDF masih panjang di Gaza, situs berita Walla mengatakan dalam sebuah artikel tentang operasi di sekitar Al-Shifa. “Penggerebekan kedua terhadap Rumah Sakit Shifa memang merupakan pencapaian intelijen dan operasional, namun pada saat yang sama, ini menunjukkan bahwa pencapaian perang sedang terkikis, dan dengan cepat, serta memerlukan pemeliharaan terus-menerus. Sama seperti di (Tepi Barat).”

Sementara itu, pada hari Senin, PBB memperingatkan akan terjadinya kelaparan di wilayah utara Jalur Gaza yang dilanda perang . Warga Palestina di gedung UNRWA di Jabalia, Gaza, menerima bantuan tepung seberat 5 kg. “Kelaparan kini diproyeksikan dan akan segera terjadi di Gaza utara dan kegubernuran Gaza dan diperkirakan akan terjadi selama periode proyeksi antara pertengahan Maret 2024 hingga Mei 2024,” demikian laporan beberapa badan PBB termasuk Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu.

Misi Palestina Untuk PPB Masukan Korban Pembantaian Hamas Sebagai Korban Dipihak Palestina

Kantor PBB di Jenewa menghapus beberapa foto dari pameran pro-Palestina setelah beberapa kritikus, termasuk misi Israel, mencatat bahwa ada anak-anak Israel yang tewas di dalamnya dan dimasukan kedalam data sebagai korban dipihak Palestina

“Hamas membunuh Ido,” misi Israel untuk PBB di Jenewa memposting di X, sebelumnya Twitter. “Kami menyerukan kepada [Direktur Jenderal PBB Jenewa Tatiana] Valovaya untuk segera menghapus pameran ini, yang menyebarkan informasi yang salah dan merupakan bagian dari kampanye propaganda.”

Misi tersebut pertama kali menandai kesalahan informasi tersebut pada hari Kamis setelah mengidentifikasi gambar seorang anak berusia 5 tahun bernama Ido Avigal di antara gambar anak-anak Palestina yang diduga dibunuh oleh Israel di Gaza. Misi tersebut mengatakan bahwa Avigal telah meninggal pada tahun 2021 ketika serangan roket Hamas menghantam rumahnya di Sderot, dan menyebut keterlibatannya dalam pameran tersebut sebagai hal yang “tercela.”

Pengguna lain mencatat bahwa pameran tersebut juga menyertakan gambar seorang remaja Palestina yang diduga bertugas di Brigade Mujahidin, kelompok ekstremis lain yang berbasis di Gaza dan Tepi Barat. PBB tidak mengkonfirmasi kebenaran klaim tertentu namun mengakui bahwa beberapa foto yang salah diposting “di dekat” pameran dan menolaknya. “Meskipun beberapa orang mungkin telah melihat [foto-foto tersebut] ketika pameran tersebut diadakan di tempat umum, rekan-rekan kami segera diberitahu dan segera menghapusnya,” Alessandra Vellucci, direktur Layanan Informasi PBB, mengatakan kepada Fox News Digital .

Velluci mengakui bahwa banyak “gambar” yang disertakan dalam pameran tersebut tetapi bersikeras bahwa gambar tersebut “tidak akan bertahan lama”. Dia mengatakan bahwa tidak ada yang melihat siapa yang memasukkan gambar tersebut. Vellucci menjelaskan bahwa kantor PBB di Jenewa memasukkan pameran tersebut sebagai bagian dari Hari Solidaritas Internasional untuk rakyat Palestina – sebuah peringatan tahunan yang dimulai pada tahun 1977, hari ketika Majelis Umum 30 tahun sebelumnya memutuskan untuk mengadopsi resolusi mengenai pembagian Palestina. .

Pameran ini diselenggarakan sesuai dengan resolusi GA 60/37 tanggal 1 Desember 2005, yang meminta Komite Penerapan Hak-Hak yang Tidak Dapat Dicabut dari Rakyat Palestina dan Divisi Hak-Hak Palestina untuk menyelenggarakan pameran tahunan tentang hak-hak Palestina atau a acara kebudayaan bekerja sama dengan Misi Pengamat Permanen Palestina untuk PBB,” kata Vellucci.

“Namun, sebelum peringatan dimulai, gambar tambahan – termasuk yang Anda rujuk – ditemukan telah dipasang di dekat pameran resmi,” lanjut Vellucci. “Mereka segera disingkirkan karena bukan bagian dari pameran resmi dan resmi.”

“Direktur Jenderal tidak diberitahu sebelumnya tentang gambar-gambar tambahan ini, dan seperti yang saya katakan, stafnya segera menghapusnya,” tambahnya, berjanji untuk menghubungi misi Israel untuk mendapatkan informasi potensial mengenai masalah ini.

Stephane Dujarric, juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, mengatakan dia tidak mengetahui tentang pameran tersebut atau siapa yang menyelenggarakannya, namun seorang kritikus mengecam markas besar di New York karena terus mengabadikan bentuk misinformasi dengan dua video di dekat pintu masuk umum. itu merupakan suatu bentuk “fitnah darah”.

“Di Markas Besar PBB di New York, pintu masuk umum saat ini mengadakan pameran untuk kesempatan yang sama yang memuat serangkaian pencemaran nama baik yang mengerikan,” Anne Bayefsky, direktur Institut Hak Asasi Manusia dan Holocaust Touro, mengatakan kepada Fox News Digital.

Demonstrasi dukungan Palestina
Pandangan ini menunjukkan program Hari Solidaritas Internasional dengan Rakyat Palestina di kantor PBB di Jenewa pada 29 November 2023. Dia menggambarkan bagaimana salah satu video mengklaim bahwa “politisi Zionis terkemuka” melakukan “pembersihan etnis di Palestina” sementara video lainnya menuduh Israel mempromosikan negara “apartheid” yang didorong oleh “kapasitas pedang untuk mengalahkan jiwa.”

Bayefsky berpendapat bahwa video-video ini menampilkan gambaran orang-orang Yahudi yang “membantai” warga sipil Arab yang malang, sambil mengatakan “sama sekali tidak ada apa-apa tentang 75 tahun perang Arab berturut-turut yang dilancarkan untuk memusnahkan negara Yahudi.”

“Di manakah kemarahan atas hasutan kebencian terhadap Yahudi yang didanai dan diorganisir oleh PBB sendiri, bersama dengan mitra-mitranya di Palestina?” kata Bayefsky. PBB tidak memberikan komentar kepada Fox News Digital mengenai video tersebut hingga saat dipublikasikan.

Sekjen NATO Tekan Turki Untuk Setuju Swedia Bergabung

Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, mendesak Turki untuk tidak menentang upaya Swedia yang ingin bergabung dengan aliansi NATO. “Keanggotaan akan membuat Swedia lebih aman, tetapi juga membuat NATO dan Turki lebih kuat,” kata Stoltenberg, usai bertemu dengan Presiden Recep Tayyip Erdogan di Istanbul.

Ia menambahkan, “Saya berharap untuk menyelesaikan aksesi Swedia secepat mungkin.”

Selama ini, Erdogan menuduh Swedia sebagai “surga bagi teroris”, terutama bagi para anggota Partai Pekerja Kurdistan (PKK), kelompok yang masuk daftar hitam Turki dan negara sekutu Barat.

Namun Stoltenberg menilai Swedia telah mengambil berbagai langkah yang signifikan untuk memenuhi kekhawatiran Turki. “Ini termasuk mengubah konstitusi Swedia, mengakhiri embargo senjata, meningkatkan operasi kontra-terorisme termasuk terhadap PKK. Swedia telah memenuhi kewajibannya,” ujarnya seperti dikutip AFP.

Menteri Luar Negeri Swedia, Tobias Billstrom, juga mengatakan Stockholm telah memenuhi “semua komitmen” untuk bergabung dengan NATO, dan mendesak Turki serta Hungaria untuk mengizinkan negaranya masuk ke dalam aliansi tersebut.

Ankara sangat tidak senang dengan protes anti-Turki dan anti-Erdogan yang terjadi di Stockholm beberapa waktu terakhir.

Dalam demonstrasi itu, muncul kampanye “No to NATO, No Erdogan Laws in Sweden”.

Januari lalu, aksi unjuk rasa akibat pembakaran salinan kitab suci Al Quran di Stockhol, memicu pembicaraan keanggotaan Swedia di NATO terhenti. Insiden itu memicu demonstrasi anti-Swedia di beberapa negara Muslim. “Kami tahu Erdogan menonton ini dan dia sangat marah. Jadi kemungkinan besar kami akan mendapat tanggapan yang sama darinya dan menunda aksesi Swedia ke NATO,” kata juru bicara Alliance Against NATO, Tomas Pettersson, beberapa waktu lalu.

Empat Teroris Impor Warga Negara Uzbekistan Bunuh Petugas Imigrasi Jakut

Densus 88 Antiteror Polri menangkap empat warga negara (WN) Uzbekistan, yaitu BA alias JF (32), OMM alias IM (28), BKA (40), dan MR (26), terkait dugaan terorisme. Kini, BKA masih diperiksa secara intensif usai tiga rekannya menyerang petugas di tempat detensi Imigrasi. Penyerangan itu dilakukan BA, OMM, dan MR hingga menyebabkan seorang petugas Imigrasi tewas. Ketiganya melakukan penyerangan terhadap petugas Imigrasi Kelas I Jakarta Utara lalu melarikan diri. OMM dan MR ditangkap, sementara BA ditemukan tewas diduga bunuh diri di Kali Sunter.

Juru bicara Densus 88 Antiteror Polri, Kombes Aswin Siregar, mengatakan BKA tak ikut melarikan diri. Dia mengatakan pihaknya masih memeriksa keterlibatan BKA terkait penyerangan terhadap petugas Imigrasi tersebut.

“(BKA) masih kita periksa secara intensif keterlibatannya dalam perkara penyerangan dan melarikan diri kemarin,” kata juru bicara Densus 88 Antiteror Polri, Kombes Aswin Siregar kepada wartawan, Kamis (13/4/2023).

Aswin mengatakan pihaknya masih mendalami apakah BKA ikut merencanakan penyerangan dan melarikan diri yang dilakukan BA, OMM, dan MR. Deportasi belum dilakukan. “Masih kita selidiki,” ujarnya.

Sebelumnya, empat WN Uzbekistan yang gagal mendirikan negara sesuai idealismenya itu ditangkap terkait propaganda terorisme di media sosial (medsos) karena ingin mendirikan negara baru sesuai keyakinannya di Indonesia. Setelah diamankan, tiga WN Uzbekistan melakukan penyerangan kepada petugas di kantor Imigrasi Kelas I Jakarta Utara dan sempat melarikan diri. Dua di antaranya kembali diamankan, sedangkan satu orang lagi tewas bunuh diri.

Dua WN Uzbekistan berinisial OMM alias IM (28) dan dan MR (26) ditetapkan sebagai tersangka terkait penyerangan terhadap petugas Imigrasi Kelas 1 Jakarta Utara hingga tewas. OMM dan MR melakukan penyerangan saat diamankan terkait dugaan terorisme bersama dua WN Uzbekistan lainnya, BA alias JF (32) dan BKA (40). “(OMM dan MR) sudah (tersangka),” kata Juru bicara Densus 88 Antiteror Polri, Kombes Aswin Siregar, saat dimintai konfirmasi, Kamis (13/4/2023).

Aswin mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan Polda Metro Jaya terkait kasus ini. Dia mengatakan keduanya dijerat sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan terhadap petugas Imigrasi. “Akan dilakukan penyidikan untuk kasus pembunuhan tersebut bersama Polda Metro Jaya,” ujarnya.

Sebelumnya, Densus 88 Antiteror Polri menangkap empat warga negara (WN) Uzbekistan karena melakukan propaganda terorisme di media sosial (medsos). Inisial keempat WN Uzbekistan tersebut adalah BA alias JF (32), OMM alias IM (28), BKA (40), dan MR (26).

Setelah diamankan, tiga WN Uzbekistan melakukan penyerangan kepada petugas di kantor Imigrasi Kelas I Jakarta Utara dan sempat melarikan diri. Dua di antaranya kembali diamankan, sedangkan satu orang berinisial BA tewas diduga bunuh diri.

“Tiga orang di antaranya berhasil melarikan diri dan satunya tetap atau tidak mau lari,” ujar juru bicara Densus 88 Antiteror Polri, Kombes Aswin Siregar, kepada wartawan di Mabes Polri, Selasa (11/4). “Satu orang ditemukan meninggal dunia di Kali Sunter, meninggal karena terjun ke kali kemudian tenggelam dan meninggal dunia. Mayatnya sudah dibawa ke Rumah Sakit Kramat Jati untuk diautopsi,” sambung Aswin.

Kisah Wanita Berbakat Afganistan Yang Jadi Pengungsi Karena Menolak Jadi Budak Seks Taliban

Banyak warga Afghanistan yang berusaha melarikan diri setelah Taliban menguasai negara mereka. Di bawah kepemimpinan kelompok milisi tersebut, mereka memang tidak bisa mendapatkan kebebasan dan harus hidup dengan ketakutan. Apalagi bagi para wanita yang sering menjadi target dan korban. Karena itu, fotografer Roya Heydari memilih untuk segera pindah dari sana.

Roya Heydari adalah seorang fotografer dan pembuat film. Seperti kebanyakan orang Afghanistan, ia berniat untuk melarikan diri untuk melindungi nyawa mereka. Meski sudah berhasil keluar dari sana, wanita cantik itu dilakukan dengan berat hati.

“Aku meninggalkan seluruh kehidupanku, rumahku untuk bisa terus punya suara. Sekali lagi, aku melarikan diri dari tanah airku. Sekali lagi, aku memulai dari awal. Aku hanya mengambil kameraku dan jiwa mati untuk melintasi samudera. Dengan hati yang berat, selamat tinggal tanah airku. Sampai bertemu lagi,” tulisnya di Twiiter.

Curhatan kesedihannya itu pun jadi viral. Mewakili bagaimana perasaan banyak orang Afghanistan terpaksa meninggalkan negara mereka, postingan itu sudah disukai lebih 120 ribu kali dan mendapatkan seribuan komentar. Roya pun mendapat banyak dukungan dari netizen di seluruh dunia.

Dilansir Al Jazeera, Roya Heydari kini telah berhasil kabur dari ibu kota Kabul dan tiba di Perancis. Salah satu ketakutannya atas kembalinya Taliban berkuasa di Afghanistan adalah jika tidak diperbolehkan bekerja. “Kematian hanya datang sekali, aku tidak takut mereka membunuhku. Apa yang aku takutkan adalah dibelenggu, tidak bisa keluar dan meneruskan pekerjaanku,” ujarnya.

Roya Heydari sendiri lahir dalam pengasingan dan baru kembali ke Afghanistan di usia 10 tahun. Selama ini, ia mengalami sejumlah kesulitan dan diancam oleh sejumlah kelompok. Roya pernah berhadapan dengan berbagai serangan dan ledakan tapi menurutnya banyak pembelajaran yang membuatnya bersyukur masih hidup sampai sekarang.

“Aku tidak pernah takut mati atau ancaman dan aku tidak pernah ingin menyerah dan menyembunyikan suaraku. Pertahanan dan kekuatan adalah untuk tidak mati dalam perang ini tapi tetap hidup jadi kamu bisa menjadi suara yang lebih besar untuk generasi dan orang-orangmu,” ujarnya dilansir Rediff.

Banyak orang Afghanistan yang terpaksa keluar dari negaranya setelah Taliban berkuasa. Bukan hanya takut hidup dalam tekanan, beberapa dari mereka melarikan diri karena dikhawatirkan jadi target penculikan bahkan pembunuhan. Salah satu wanita yang berhasil kabur dari sana adalah pelatih sepak bola putri Wida Zemarai. Ia pun mengungkapkan ketakutannya akan nasib pemain lainnya.

Pelatih sepak bola putri Afghanistan Wida Zemarai berhasil melarikan diri dan baru-baru ini tiba di Swedia. Beruntung bisa keluar dari negara berkonflik tersebut, Wida tetap memikirkan nasib pemain lain yang dikatakan berisiko ditangkap dan dijadikan budak seks. “Sangat mengerikan memikirkannya. Taliban berkata yang mereka lakukan adalah jihad tapi mereka memilih gadis-gadis untuk dijadikan budak seks. Jika Taliban berhasil menangkap gadis-gadis itu, mereka tidak akan membiarkan begitu saja di rumah seperti boneka. Mereka ingin menggunakan mereka sebagai budak seks dan menyiksa mereka. Mungkin sampai mereka mati,” katanya kepada Expressen.

“Sebut saja Taliban mengetahui seorang pemain. Mereka akan membawanya, menyiksanya, dan mendapatkan informasi di mana sisa pemain lainnya,” tambah Wida. Wida pun menceritakan apa yang terjadi dengan pemain-pemain bola putri di Afghanistan. Ketika saling kontak, mereka berbisik seperti ada pasukan Taliban di sekitar. Mereka juga meminta pertolongan karena tidak ingin keluarga ikut menjadi korban.

Wanita itu sendiri memang punya dua kebangsaan yakni Afghanistan dan Swedia. Keluarganya pernah melarikan diri ketika rezim Taliban sebelumnya pada 1992. Mereka awalnya pergi ke Rusia dan Ukraina sebelum akhirnya datang ke Swedia. Sebelumnya ia adalah pemain timnas sejak 2014 sampai beberapa tahun lalu ditunjuk sebagai pelatih kiper. Karena itu dia bisa dengan lebih mudah melarikan diri.

“Sangat senang untuk bisa bebas. Aku hanya ingin kita mencoba memastikan gadis-gadis yang hanya menendang bola dan bermimpi jadi pemain bola ini mendapatkan bantuan dengan dievakuasi. Mimpi-mimpi mereka akan sinar karena pemerintah Afghanistan tidak melakukan tugas mereka dengan baik,” ujarnya. Menurutnya, tidak ada tempat untuk olahraga bagi wanita di bawah kekuasaan Taliban. Para pemain pun bisa menjadi sasaran karena mereka telah disiarkan dan diwawancarai. “Mereka sudah pernah menjadi target pelecehan seksual sebelumnya dan itu bisa dibilang mereka berisiko jadi target Taliban 10 kali lebih parah,” ujarnya.

Penembakan Massal Terjadi Lagi Di Inggris

Setidaknya enam orang tewas setelah seorang pria melepaskan sejumlah tembakan di Kota Plymouth, Inggris, pada Kamis (12/8). Kepolisian daerah Devon dan Cornwall menyatakan bahwa empat orang dinyatakan tewas di lokasi tak lama setelah insiden terjadi.

“Dua perempuan dan dua laki-laki meninggal di tempat,” demikian pernyataan kepolisian yang dikutip AFP, Jumat (13/8). Mereka kemudian menjelaskan bahwa satu korban lagi sempat dilarikan ke rumah sakit. Namun, ia meninggal tak lama setelah tiba di rumah sakit.

Kepolisian juga mengevakuasi satu jasad pria yang diyakini sebagai pelaku penembakan.”Semuanya diyakini tewas akibat luka tembakan,” demikian pernyataan kepolsian. Seorang pejabat daerah, Luke Pollard, kemudian melaporkan bahwa salah satu korban tewas “merupakan anak berusia di bawah 10 tahun.”

Hingga kini, kepolisian masih menelusuri motif pelaku dan keterkaitan pria tersebut dengan para korban. Mereka masih kesulitan mendapatkan saksi mata karena insiden terjadi tengah malam.

“Penyelidikan masih berlanjut. Polisi menekankan insiden ini tak terkait dengan terorisme,” tulis kepolisian dalam keterangannya. Menteri Dalam Negeri Inggris, Priti Patel, mengucapkan belasungkawa atas kematian para korban. Namun, ia meminta warga tetap tenang karena pihak berwenang sudah mengendalikan situasi.

“Saya mohon semuanya tetap tenang, mengikuti arahan kepolisian, dan membiarkan petugas darurat kami bekerja,” ucap Patel.

Daftar Kota Afganistan Yang Direbut Kembali Taliban

Taliban merebut sejumlah kota besar di Afghanistan dalam upaya memegang kendali penuh atas negara tersebut. Berikut daftar kota Afghanistan yang direbut Taliban. Kota-kota itu adalah Kandahar, Herat, Lashkar Gah, dan Qala-e-Naw. Saat ini, Taliban juga semakin dekat ke Kabul, Ibu Kota Afghanistan.

Kandahar adalah kota terbesar kedua di Afghanistan. Sejumlah pihak khawatir kejatuhan Kandahar ke tangan Taliban membuat kelompok tersebut semakin dekat untuk merebut Ibu Kota Kabul. Sedangkan Herat adalah kota terbesar di barat Afghanistan. Sementara, Lashkar Gah di selatan dan Qala-e-Naw di barat laut negara tersebut.

Seperti dikutip CNN pada Jumat (13/8), total, Taliban berhasil menduduki 12 ibu kota provinsi dan dua kota lainnya di Afghanistan. Juru bicara Taliban menuturkan bahwa kejatuhan kota-kota besar itu adalah tanda bahwa Afghanistan menyambut kelompoknya.

Sementara itu, pemerintah Afghanistan masih mengendalikan kota-kota utama seperti Ibu Kota Kabul, Mazar-i-Sharif, dan Jalalabad dekat perbatasan Pakistan. Serangan Taliban dimulai sejak Amerika Serikat dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menarik pasukan dari Afghanistan per Mei lalu. Sejak saat itu, Taliban menggempur pasukan pemerintah Afghanistan untuk kembali berkuasa. AS kini juga tengah bersiap untuk menarik 30 ribu pegawai kedutaan dan warga Afghanistan. Seperti dilansir AFP pada Jumat (13/8), Juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan, 3.000 tentara AS akan ditempatkan di sana pada Minggu (15/8).

“Sehingga bisa mengevakuasi ribuan orang per hari dari Afghanistan,” ucap John Kirby.

Langkah serupa juga dilakukan beberapa negara. Denmark dan Norwegia akan menutup sementara kantor kedutaan mereka di Kabul. Kemudian, Finlandia akan mengevakuasi hingga 130 pekerja lokal Afghanistan. Jerman juga akan mengurangi staf diplomatiknya di Kabul.

Hampir dua dekade lamanya militer Amerika Serikat bercokol di Afghanistan. Ribuan tentara AS dikerahkan membantu dan melatih pasukan bersenjata Afghanistan melawan gempuran pemberontak, terutama Taliban. Selama hampir dua dekade pula AS meyakinkan publik bahwa kehadirannya di Afganistan berhasil mengasah kemampuan bertarung dan strategi angkatan bersenjata negara itu menjadi lebih baik.

Tak tanggung, AS dibantu Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) telah menghabiskan miliaran dolar demi melatih dan memasok senjata untuk militer dan kepolisian Afghanistan. Menurut data Kementerian Luar Negeri AS yang dikutip Eurasia Review, militer AS setidaknya menghabiskan US$778 miliar selama menginvasi Afghanistan sejak Oktober 2001-September 2019.

Namun, hasil tampaknya tak sejalan dengan biaya dan sumber daya yang dikeluarkan AS dan negara sekutu untuk Afghanistan selama ini.Sejak AS dan NATO resmi menarik pasukannya di Afghanistan pada Mei lalu, tentara pemerintahan Presiden Ashraf Ghani mulai kelimpungan menghadapi Taliban yang berupaya berkuasa lagi.

Taliban justru mulai kembali menunjukkan taringnya dengan menggempur pasukan pemerintah Afghanistan sejak pasukan AS dan NATO bertahap keluar dari negara itu. Tentara Afghanistan di sejumlah titik bahkan kabur tanpa perlawanan ketika Taliban menyerang.

Pada akhir Juli lalu, Taliban mengklaim telah menguasai 90 persen perbatasan negara tersebut. Dalam sepekan terakhir, kelompok itu membuat pasukan Afghanistan keok dengan berhasil menduduki 10 ibu kota provinsi di negara itu. Kemenangan Taliban pun membuat pemerintah Afghanistan kian tersudut. The New York Times melaporkan, ratusan tentara menyerah, sejumlah besar senjata dan peralatan militer pun melayang.

Sejumlah analis menganggap ketidaksiapan tentara Afghanistan ini merupakan bukti bahwa AS gagal melatih pasukan negara tersebut. Afghanistan sampai-sampai harus merekrut milisi-milisi bersenjata rakyat untuk membantu. “Pasukan Afghanistan masa kini terbiasa bertempur bersama pasukan Amerika dan NATO yang lebih kuat, yang sudah membantu mereka secara aktif sejak 2001,” tulis analis dari Observer Research Foundation, Saaransh Mishra, dalam tulisannya di Eurasia Review.

Di sisi lain, militer AS terlihat tak lagi agresif membantu pasukan Afghanistan sejak pasukannya meninggalkan negara itu. Sejauh ini, pasukan AS yang tersisa di Afghanistan hanya melakukan beberapa kali serangan terhadap Taliban melalui serangan udara. Upaya AS itu pun dirasa tak cukup membantu memukul mundur Taliban. Berbicara di Gedung Putih pada Selasa (10/8), Presiden AS Joe Biden mengaku tak menyesal dengan keputusannya menarik pasukan AS keluar dari Afghanistan.

Selama ini, pejabat AS terus meyakinkan publik bahwa kehadirannya di Afghanistan berbuah manis. Di awal invasi berlangsung, AS di depan publik bahkan berbual dengan memuji-muji pasukan Afghanistan yang baru mereka latih sebagai “kekuatan multi-etnis yang sangat profesional, yang dengan cepat menjadi pilar keamanan negara.”
Pada 2014, jenderal Angkatan Laut AS saat itu, John Allen, menganggap pasukan Afghanistan lebih baik dari yang ia kira selama ini.

Namun, kenyataan di lapangan disebut jauh berbeda. Dalam memo internal pemerintahan AS, para pejabat dan militer mengaku khawatir lantaran menemukan bahwa banyak dari pasukan Afghanistan yang masih buta huruf dan tidak terlatih. Beberapa pihak pun menilai AS selama ini hanya membuang waktu dan uang di Afghanistan. Pasalnya, pasukan Afghanistan merupakan salah satu angkatan bersenjata yang sangat tidak kompeten, dan korup. Banyak pula di antara mereka yang berkhianat.

Kabul Diprediksi Jatuh ke Tangan Taliban dalam 90 Hari. Dalam laporan The Washington Post berjudul Unguarded Nation pada 2019 lalu, beberapa pejabat AS, NATO, hingga Afghanistan sendiri menggambarkan upaya mereka memperkuat pasukan negara Asia Selatan tersebut selama ini hanya sebagai malapetaka berkepanjangan.

Mereka menggambarkan pasukan keamanan Afghanistan itu tidak kompeten, tidak termotivasi, kurang terlatih, korup, dan penuh dengan pembelot hingga penyusup. Dalam satu wawancara, seorang pejabat Angkatan Laut AS, Thomas Johnson, mengatakan bahwa warga Afghanistan memandang kepolisian sebagai bandit pemangsa dan “lembaga paling dibenci” di negara tersebut.

Mantan Duta Besar AS di Kabul, Ryan Crocker, mengatakan kepolisian Afghanistan bukan lah kekurangan senjata atau pasukan, tapi mereka tidak berguna dan korup sampai ke tingkat petugas biasa. Selain itu, korupsi juga mengakar dalam pasukan keamanan Afghanistan. Di atas kertas, Afghanistan mendata bahwa mereka memiliki sedikitnya 352 ribu pasukan bersenjata, terdiri dari militer dan polisi yang siap tempur.

Namun, pemerintah Afghanistan hanya dapat membuktikan bahwa ada 254 ribu pasukan yang aktif saat ini. Selama bertahun-tahun, para komandan militer Afghanistan disebut menggelembungkan jumlah pasukan demi mendapat uang lebih dari AS yang selama ini membayar gaji para personel.Akibatnya, saat ini AS meminta Afghanistan menggunakan data biometrik dengan sidik jari dan pemindaian wajah untuk mencairkan gaji para pasukannya.

Amerika Serang Milisi Pro Iran di Perbatasan Suriah

Amerika Serikat melancarkan serangan udara untuk menggempur milisi yang didukung Iran di kawasan perbatasan Irak dan Suriah pada Minggu (27/6) atas perintah langsung dari Presiden Joe Biden. “Atas perintah Presiden Biden, militer AS melancarkan serangan udara ke fasilitas yang digunakan kelompok milisi yang didukung Iran di perbatasan Irak-Suriah,” ujar Sekretaris Pers Kementerian Pertahanan AS, John Kirby, seperti dikutip AFP.

Militer AS menyatakan bahwa mereka menggencarkan gempuran dari udara ini untuk membalas serangan drone milisi ke personel mereka di Irak.
Melalui sebuah pernyataan, militer AS mengklaim bahwa mereka menargetkan fasilitas penyimpanan senjata dan operasional di dua lokasi di Suriah dan satu titik di Irak.Menurut militer AS, fasilitas-fasilitas yang menjadi target serangan merupakan milik sejumlah milisi pro-Iran, termasuk Kataib Hizbullah dan Kataib Sayyid al-Shuhada.

“Seperti yang terlihat dari serangan malam ini, Presiden Biden menegaskan bahwa ia akan bertindak untuk melindungi personel AS,” demikian pernyataan militer AS yang dikutip Reuters. Ini merupakan serangan kedua AS ke kawasan Timur Tengah di bawah perintah sang presiden. Biden pertama kali memerintahkan serangan udara ke milisi yang didukung Iran di Suriah pada Februari lalu, sekitar sebulan setelah ia dilantik menjadi presiden.

Saat itu, militer juga menyatakan bahwa serangan tersebut merupakan respons atas serangan roket yang menghantam pangkalan militer AS di Irak beberapa pekan sebelumnya. Ini merupakan serangan kedua AS ke kawasan Timur Tengah di bawah perintah sang presiden. Biden pertama kali memerintahkan serangan udara ke milisi yang didukung Iran di Suriah pada Februari lalu, sekitar sebulan setelah ia dilantik menjadi presiden.

Saat itu, militer juga menyatakan bahwa serangan tersebut merupakan respons atas serangan roket yang menghantam pangkalan militer AS di Irak beberapa pekan sebelumnya.