Category Archives: Iran

Ulama Islam Iran Ayatollah Kazem Sedighi Terbukti Mencuri Tanah Senilai 20 Juta Dollar

Seorang ulama terkemuka Iran dan sekutu Ayatollah Ali Khamenei dituduh mencuri tanah senilai $20 juta (£15,7 juta) dalam sebuah kasus yang memicu keributan di negara tersebut. Ayatollah Kazem Sedighi, Imam ultra-konservatif Teheran, mengambil alih sebidang tanah berharga bersama putra-putranya, menurut dokumen yang dirilis oleh seorang pelapor.

Tanah tersebut, berupa taman seluas 45.200 kaki persegi di lokasi utama di Teheran utara, terletak di sebelah seminari yang didirikan oleh Bapak Sedighi. Awalnya milik seminari tetapi kini telah diserahkan kepada perusahaan milik keluarga yang dipimpin oleh ulama tersebut dan kedua putranya, menurut dokumen tersebut.

Dokumen-dokumen tersebut digali oleh Yashar Soltani, seorang jurnalis investigasi yang sebelumnya mengungkap banyak kasus korupsi di kalangan kepemimpinan Iran, yang melibatkan komandan Korps Garda Revolusi Islam , termasuk Qasem Soleimani, dan ketua parlemen Mohammad Bagher Ghalibaf.

Menanggapi laporan tersebut, Ayatollah Sedighi menyatakan bahwa dia tidak mengetahui adanya pengalihan hak atas tanah atas nama anak-anaknya dan bahwa “tanda tangannya pasti dipalsukan”. “Jangan dengarkan suara-suara dan tuduhan terhadap saya dan keluarga saya,” katanya kepada media pemerintah Iran. “Mereka berasal dari rencana di balik layar untuk mendiskreditkan lembaga keagamaan kami.”

Skandal korupsi terbaru yang menimpa para pejabat tinggi Iran terjadi ketika negara tersebut menghadapi banyak kesengsaraan ekonomi akibat sanksi dan salah urus, dengan statistik resmi menyebutkan jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan mencapai lebih dari 21 juta orang.

Tuduhan terhadap imam Teheran, yang dalam khotbah salat Jumatnya dikenal mengkritik orang-orang yang mengumpulkan kekayaan dengan mengorbankan warga negara biasa, telah memicu badai kontroversi di Iran. Fazel Meyboudi, seorang ulama liberal, mengatakan: “Mengingat besarnya kesulitan ekonomi masyarakat kami, berita tentang tindakan dan kata-kata Kazem Sedighi sayangnya hanya menimbulkan aib bagi kelompok ulama.”

Skandal itu, tambahnya, akan “menjauhkan generasi muda kita dari mereka karena mereka melihat mereka adalah bagian dari tubuh korup yang sama”. Abbas Abdi, seorang politikus reformis, berkata: “Kita bisa hidup bersama orang yang korup tapi tidak dengan ayatollah penipu yang mengajarkan moralitas kepada kita.”

Sebagai imam salat Jumat di Teheran, Ayatollah Sedighi adalah kepala Benteng untuk Promosi Moralitas dan Pencegahan Kejahatan, sebuah kelompok payung yang terdiri dari puluhan unit kecil yang bertugas menegakkan aturan jilbab ketat yang diterapkan rezim – di mana Mahsa Amini pernah ditahan sebelumnya. kematiannya dalam tahanan polisi pada tahun 2022.

Pengamat Iran mengatakan tuduhan korupsi tersebut merupakan gejala meningkatnya persaingan antar faksi di antara hierarki penguasa rezim Islam. Ketika masyarakat Iran bersiap merayakan tahun baru Persia, pertanyaan mengenai siapa yang akan menggantikan pemimpin tertinggi negara itu yang berusia 87 tahun dan sedang sakit-sakitan menjadi topik spekulasi yang ramai di media.

Iran Luncurkan Rudal Hipersonik Setelah Sukses Dengan Drone Kamikaze Diperang Ukraina

Garda Revolusi Iran memamerkan rudal balistik jarak menengah, yang diklaim mampu melesat dengan kecepatan hipersonik hingga 15 kali lipat kecepatan suara. Rudal hipersonik buatan Teheran ini disebut akan meningkatkan ‘kekuatan pencegahan’ negara tersebut. Seperti dilansir AFP, Selasa (6/6/2023), kantor berita IRNA merilis beberapa foto rudal bernama Fattah itu yang diungkapkan dalam seremoni yang digelar di area tertutup yang tidak disebut lebih lanjut. Sejumlah komandan top militer Iran turut hadir dalam seremoni itu, termasuk Kepala Garda Revolusi Iran Hossein Salami.

“Jangkauan rudal Fattah adalah 1.400 kilometer dan kecepatannya sebelum mengenai target (antara 13-15 kali kecepatan suara),” sebut IRNA dalam laporannya. Presiden Ebrahim Raisi memuji kemampuan hipersonik rudal terbaru itu dengan menyebutnya akan meningkatkan ‘kekuatan pencegahan’ Iran dan akan ‘membawa perdamaian dan stabilitas untuk negara-negara di kawasan tersebut’.

“Hari ini kami merasa kekuatan pencegahan telah terbentuk,” ucap Raisi dalam seremoni yang digelar pada Selasa (6/6) waktu setempat, seperti dilansir Associated Press. “Kekuatan ini menjadi jangkar keamanan dan perdamaian abadi bagi negara-negara kawasan,” cetusnya. Rudal Fattah itu diungkapkan ke publik oleh kepala program dirgantara Garda Revolusi Iran, Jenderal Amir Ali Hajizadeh. Diklaim oleh Hajizadeh bahwa rudal itu memiliki jangkauan hingga 1.400 kilometer.

“Tidak ada sistem yang bisa menyaingi atau melawan rudal ini,” klaim Hajizadeh dalam seremoni yang sama.

Namun demikian, menurut Associated Press, klaim itu bergantung pada seberapa lihai manuver rudal tersebut. Rudal balistik pada dasarnya mengudara pada lintasan di mana sistem antirudal seperti Patriot bisa mengantisipasi jalurnya dan mencegatnya di udara. Seremoni yang digelar Iran pada Selasa (6/6) waktu setempat menunjukkan apa yang tampak seperti nozzle atau bagian hidung rudal yang bisa digerakkan pada rudal Fattah, yang memungkinkan rudal itu mengubah lintasan saat mengudara. Semakin tidak teratur jalur terbang rudal, maka akan semakin sulit untuk dicegat.

Para pejabat Iran tidak merilis rekaman yang menunjukkan peluncuran rudal Fattah dengan sukses.

Sementara itu, sama seperti rudal balistik yang lebih lambat, rudal hipersonik bisa dilengkapi dengan hulu ledak nuklir. Pengumuman Iran akan memproduksinya pada November telah memicu kekhawatiran dari Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi. Namun Grossi menambahkan bahwa dirinya tidak melihat rudal baru ini ‘memiliki pengaruh’ dalam perundingan dengan Teheran soal aktivitas nuklirnya.

Pembicaraan antara Iran dan negara-negara kekuatan besar untuk membangkitkan kesepakatan nuklir tahun 2015 saat ini terhenti. Kesepakatan nuklir itu berantakan ketika Amerika Serikat (AS) secara sepihak menarik diri tahun 2018 dan memberlakukan kembali sanksi-sanksi untuk Teheran. Sejak saat itu, Iran menangguhkan penerapan pembatasan ketat yang disepakati sebelumnya untuk kegiatan nuklirnya dan membatasi pemantauan IAEA dalam kebijakan yang dicabut secara perlahan.

Rudal Fattah itu diungkapkan ke publik oleh kepala program dirgantara Garda Revolusi Iran, Jenderal Amir Ali Hajizadeh. Diklaim oleh Hajizadeh bahwa rudal itu memiliki jangkauan hingga 1.400 kilometer.

“Tidak ada sistem yang bisa menyaingi atau melawan rudal ini,” klaim Hajizadeh dalam seremoni yang sama. Namun demikian, menurut Associated Press, klaim itu bergantung pada seberapa lihai manuver rudal tersebut. Rudal balistik pada dasarnya mengudara pada lintasan di mana sistem antirudal seperti Patriot bisa mengantisipasi jalurnya dan mencegatnya di udara.

Seremoni yang digelar Iran pada Selasa (6/6) waktu setempat menunjukkan apa yang tampak seperti nozzle atau bagian hidung rudal yang bisa digerakkan pada rudal Fattah, yang memungkinkan rudal itu mengubah lintasan saat mengudara. Semakin tidak teratur jalur terbang rudal, maka akan semakin sulit untuk dicegat. Para pejabat Iran tidak merilis rekaman yang menunjukkan peluncuran rudal Fattah dengan sukses. Sementara itu, sama seperti rudal balistik yang lebih lambat, rudal hipersonik bisa dilengkapi dengan hulu ledak nuklir. Pengumuman Iran akan memproduksinya pada November telah memicu kekhawatiran dari Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi.

Namun Grossi menambahkan bahwa dirinya tidak melihat rudal baru ini ‘memiliki pengaruh’ dalam perundingan dengan Teheran soal aktivitas nuklirnya. Pembicaraan antara Iran dan negara-negara kekuatan besar untuk membangkitkan kesepakatan nuklir tahun 2015 saat ini terhenti. Kesepakatan nuklir itu berantakan ketika Amerika Serikat (AS) secara sepihak menarik diri tahun 2018 dan memberlakukan kembali sanksi-sanksi untuk Teheran.

Sejak saat itu, Iran menangguhkan penerapan pembatasan ketat yang disepakati sebelumnya untuk kegiatan nuklirnya dan membatasi pemantauan IAEA dalam kebijakan yang dicabut secara perlahan.

Iran menyatakan pihaknya berhasil menggelar uji coba peluncuran rudal balistik dengan jangkauan potensial 2.000 kilometer pada Kamis (25/5) waktu setempat. Teheran mengklaim rudal tersebut mampu menjangkau pangkalan-pangkalan militer Israel dan Amerika Serikat (AS). Seperti dilansir Reuters, Jumat (26/5/2023), uji coba rudal balistik itu digelar dua hari setelah panglima Angkatan Bersenjata Israel melontarkan prospek untuk mengambil ‘tindakan’ terhadap Iran terkait program nuklirnya. Teheran yang memiliki salah satu program rudal terbesar di kawasan Timur Tengah, menyebut rudal balistik yang diuji coba itu mampu mencapai pangkalan militer musuh bebuyutannya, Israel dan AS yang ada di kawasan tersebut.

Meskipun ada perlawanan dari AS dan Eropa, Iran menegaskan akan terus mengembangkan program rudalnya, yang diklaim untuk tujuan ‘defensif’ itu. “Pesan kami untuk musuh-musuh Iran adalah kami akan mempertahankan negara ini dan pencapaian-pencapaiannya. Pesan kami kepada sahabat-sahabat kami adalah kami ingin membantu stabilitas kawasan,” tegas Menteri Pertahanan (Menhan) Iran Mohammadreza Ashtiani.

Televisi pemerintah Iran menayangkan momen uji coba peluncuran rudal balistik, yang disebut sebagai versi upgrade dari rudal balistik Khoramshahr 4 dengan jangkauan 2,000 kilometer dan mampu membawa hulu ledak seberat 1.500 kilogram, pada Kamis (25/5) waktu setempat itu.

Kantor berita IRNA menyebut rudal balistik yang diuji coba itu berbahan bakar cair dan bernama ‘Kheibar’, yang merujuk pada kastil Yahudi yang dikuasai para pejuang Musim pada masa-masa awal Islam. “Fitur luar biasa dari rudal Kheibar buatan dalam negeri itu mencakup persiapan dan waktu peluncuran yang cepat, yang menjadikannya senjata taktis selain juga senjata strategis,” sebut kantor berita IRNA dalam laporannya.

Amerika Serang Milisi Pro Iran di Perbatasan Suriah

Amerika Serikat melancarkan serangan udara untuk menggempur milisi yang didukung Iran di kawasan perbatasan Irak dan Suriah pada Minggu (27/6) atas perintah langsung dari Presiden Joe Biden. “Atas perintah Presiden Biden, militer AS melancarkan serangan udara ke fasilitas yang digunakan kelompok milisi yang didukung Iran di perbatasan Irak-Suriah,” ujar Sekretaris Pers Kementerian Pertahanan AS, John Kirby, seperti dikutip AFP.

Militer AS menyatakan bahwa mereka menggencarkan gempuran dari udara ini untuk membalas serangan drone milisi ke personel mereka di Irak.
Melalui sebuah pernyataan, militer AS mengklaim bahwa mereka menargetkan fasilitas penyimpanan senjata dan operasional di dua lokasi di Suriah dan satu titik di Irak.Menurut militer AS, fasilitas-fasilitas yang menjadi target serangan merupakan milik sejumlah milisi pro-Iran, termasuk Kataib Hizbullah dan Kataib Sayyid al-Shuhada.

“Seperti yang terlihat dari serangan malam ini, Presiden Biden menegaskan bahwa ia akan bertindak untuk melindungi personel AS,” demikian pernyataan militer AS yang dikutip Reuters. Ini merupakan serangan kedua AS ke kawasan Timur Tengah di bawah perintah sang presiden. Biden pertama kali memerintahkan serangan udara ke milisi yang didukung Iran di Suriah pada Februari lalu, sekitar sebulan setelah ia dilantik menjadi presiden.

Saat itu, militer juga menyatakan bahwa serangan tersebut merupakan respons atas serangan roket yang menghantam pangkalan militer AS di Irak beberapa pekan sebelumnya. Ini merupakan serangan kedua AS ke kawasan Timur Tengah di bawah perintah sang presiden. Biden pertama kali memerintahkan serangan udara ke milisi yang didukung Iran di Suriah pada Februari lalu, sekitar sebulan setelah ia dilantik menjadi presiden.

Saat itu, militer juga menyatakan bahwa serangan tersebut merupakan respons atas serangan roket yang menghantam pangkalan militer AS di Irak beberapa pekan sebelumnya.

Iran Siap Produksi Drone Tempur Dengan Daya Jelajah 7.000 Km

Iran mengaku memiliki pesawat tak berawak (drone) yang mampu terbang 7.000 kilometer. Hal ini diungkap Komandan pasukan Garda Revolusi Jenderal Hossein Salami, Minggu (27/6). “Kami memiliki pesawat tak berawak yang dapat terbang 7.000 kilometer, tanpa pilot, dan mendarat kembali di tempat yang sama atau di tempat lain,” kata Salami dalam pidato yang disiarkan oleh televisi pemerintah seperti dikutip AFP.

Dalam pernyataan itu Salami tidak memberikan detil tambahan terkait drone tersebut. Namun, menurutnya drone baru ini bisa terbang 3.500 kilometer lebih jauh dari drone sebelumnya. Pada awal tahun ini, Iran mengumumkan drone tempur “Gaza” yang mampu terbang hingga 2.000 kilometer. Sebelumnya, drone “Gaza” ini dilaporkan sebagai drone Iran dengan jangkauan terjauh.

Angkatan udara Iran sebagian besar terdiri dari pesawat tempur AS yang sudah tua yang dibeli di bawah kekuasaan Shah yang digulingkan pada 1979. Namun, Iran terkendala soal perawatan pesawat akibat sanksi Amerika. Mereka lalu mengandalkan pengembangan drone, yang menurut Pengawal Revolusi digunakan dalam serangan Juli 2019 terhadap pemberontak Kurdi Iran di seberang perbatasan di Irak.

Militer Israel (IDF) kini memiliki jet tempur pengintai baru tercanggih yang disebut Oron. IDF mengatakan Oron memiliki kemampuan lebih baik lagi untuk mengumpulkan informasi intelijen dan mengidentifikasi target serangan di Iran, Irak, Yaman, dan wilayah lainnya di Timur Tengah. “IDF dan angkatan udara sudah memiliki berbagai kemampuan pengumpulan intelijen, tetapi ‘Oron’ memperkuat keunggulan dan kemampuan kami untuk beroperasi di tingkat kedua dan ketiga dan untuk bergerak di antara garis depan dengan cepat dan dalam jangka waktu yang lama,” kata Kepala Angkatan Udara Israel, Amikam Norkin, pada Senin (5/4).

IDF mengatakan tingkat pertahanan kedua mengacu pada negara-negara yang tidak berbatasan dengan Israel, tetapi merupakan ancaman langsung bagi Israel seperti Irak dan Yaman-di mana Iran mempertahankan proksi dengan kemampuan rudal dan drone yang dapat digunakan untuk melawan Israel. Sementara itu, tingkat pertahanan ketiga mengacu pada negara-negara musuh yang letaknya lebih jauh dari tingkat kedua, salah satu di antaranya adalah Iran.

Oron merupakan pesawat jenis Gulfstream G550 Aerospace yang disebut telah dilengkapi dengan berbagai sensor dan peralatan intelijen yang memungkinkan menemukan target dengan cepat pada semua kondisi dan cuaca. IDF mengatakan Oron merupakan proyek bersama dengan Kementerian Pertahanan dan juga kontraktor senjata yang telah dikembangkan selama sembilan tahun terakhir.

Meski begitu, dikutip Times of Israel, hingga kini IDF belum mengungkap berapa jumlah pesawat Oron yang telah dimiliki dan siap dioperasikan. “Pembelian pesawat ‘Oron’ adalah ekspresi lain dari peningkatan efektivitas angkatan udara. Kemampuan pesawat ini menambah tingkat kemampuan operasional dan strategis yang ada di angkatan udara, yang akan memastikan berlanjutnya jaminan superioritasnya di Timur Tengah dan pertahanan langit Negara Israel dan keselamatannya, “kata Norkin.

Sementara itu, dikutip Sputnik, Kepala Tim Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan Israel, Brigadir Jenderal Yaniv Rotem, juga mengklaim Oron memiliki kemampuan tak tertandingi yang memungkinkan militer mengidentifikasi target serangan dengan lebih mudah. “Pesawat ini memberikan IDF fitur intelijen modern dan belum pernah dimiliki sebelumnya yang menggunakan sistem sensorik terobosan, berbagai sensor dan radar yang dipasang di pesawat. Semua ini akan mengalirkan data berkualitas tinggi ke dalam jajaran intelijen IDF, “kata Rotem.

Rotem mengatakan data-data yang terkumpul akan diproses secara otomatis oleh sistem yang didukung dengan teknologi artificial inteligence yang dimiliki militer. “Kami telah membuat mesin yang tahu cara mengekspos target di segala cuaca, dalam waktu yang sangat singkat-hanya beberapa detik-di atas tanah ribuan kilometer dan pada jarak yang diperlukan untuk serangan,” ujar Rotem.

Wakil Presiden Israel Aerospace Industries, Yoav Turgeman, mengatakan semua peralatan canggih yang terpasang pada Oron merupakan buatan dalam negeri. “Teknologi khusus ini, yang merupakan ciptaan ‘biru dan putih’ (warna bendera Israel), akan meningkatkan kemampuan IDF di sejumlah medan pertempuran, terutama dalam kemampuan angkatan udara untuk melakukan serangan,” kata Turgeman.

Ilmuwan nuklir Iran Mohsen Fakhrizadeh Tewas Dibunuh Teroris

Ilmuwan nuklir Iran Mohsen Fakhrizadeh tewas dalam dalam serangan yang diklaim dilakukan oleh “teroris bersenjata”, Jumat (27/11).
Kementerian Pertahanan Iran, dalam sebuah pernyataannya dikutip dari AFP, Mohsen “terluka parah” ketika penyerang menargetkan mobilnya, di luar ibu kota Teheran. Baku tembak kemudian terjadi dengan tim keamanannya.

Lihat juga: Iran Janji Gabung Pakta Nuklir jika AS Cabut Sanksi
Pernyataan itu juga menyebut bahwa Mohsen, yang mengepalai organisasi penelitian dan inovasi Kementerian Pertahanan, “menjadi martir” setelah petugas medis gagal menyelamatkannya.

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengutuk keras pembunuhan sang ilmuwan dan menyebutnya sebagai “aksi teroris”.

Ia pun menuding ada “indikasi serius peran Israel” dalam serangan tersebut.

“Teroris membunuh seorang ilmuwan Iran terkemuka hari ini. Kepengecutan ini, dengan indikasi serius peran Israel, menunjukkan provokasi putus asa dari para pelaku,” kicau Zarif, dalam akun Twitter-nya.

Dia pun meminta komunitas internasional untuk “mengakhiri standar ganda mereka yang memalukan dan mengutuk aksi teror yang dilakukan oleh negara ini.”

Juru Bicara PM Israel Benjamin Netanyahu, saat ditanya AFP di Yerussalem, engan berkomentar atas tudingan tersebut.

Presiden Donald Trump kembali mengungkap detail baru terkait serangan drone Amerika Serikat yang menewaskan salah satu jenderal berpengaruh di Iran, Qasem Soleimani, pada 3 Januari lalu di Irak.

Detail serangan yang sempat dikhawatirkan memicu konflik terbuka dengan Iran itu diungkapkan Trump kepada para donor partainya, Partai Republik, dalam malam penggalangan dana di resort pribadinya di Mar-a-Lago, Florida, Jumat (17/1).

Trump bercerita bahwa komandan militer AS yang memimpin serangan pesawat tak berawak itu secara langsung melaporkan kepadanya waktu yang tersisa bagi Soleimani dan rombongannya sebelum tewas.

“Kamera pengintai mengawasi bermil-mil di langit, hitungan mundur, dan kemudian boom!” kata Trump menceritakan saat-saat terakhir Soleimani tewas.

“Mereka (militer AS) berkata Pak Presiden, mereka (rombongan Soleimani) memiliki waktu dua menit dan 11 detik lagi. Mereka sedang berada di mobil lapis baja. Pak mereka punya waktu 30 detik, 10 detik, sembilan, delapan … lalu tiba-tiba boom!” tuturnya menambahkan.

Trump juga mengatakan secara tersirat bahwa Soleimani semula tidak terkalahkan namun akhirnya takluk oleh serangan AS.

Pernyataan Trump itu terungkap dari sebuah rekaman suara yang bocor ke media. CNN yang pertama kali menyiarkan rekaman pernyataan Trump tersebut.

Dalam rekaman itu, Trump mengklaim Soleimani selalu mengatakan hal-hal yang buruk tentang Amerika. Ia juga mengklaim bahwa jenderal yang memimpin pasukan elit Garda Revolusi Iran itu berencana menyerang AS.

“Dia (Soleimani) berkata, ‘kami akan menyerang Anda. Kami akan membunuh orang-orangmu’. Saya berkata, ‘berapa banyak omong kosong yang harus kita dengarkan?” ucap Trump seperti dilansir AFP.

Di depan petinggi dan donor partai Republik, Trump mengakui bahwa serangan AS itu mengguncang dunia. Namun, menurutnya Soleimani pantas menerima serangan itu karena bertanggung jawab atas “pembunuhan ribuan orang Amerika”.

Akibat pembunuhan Soleimani itu, relasi AS-Iran kembali memanas. Teheran bersumpah akan membalas dendam atas serangan drone Washington tersebut.

Beberapa hari setelah kematian Soleimani, Iran meluncurkan belasan roket dan rudal dalam beberapa kesempatan ke sejumlah pangkalan militer dan kedutaan AS di Irak.

Meski begitu, serangan Iran itu tak menimbulkan korban jiwa, hanya sedikitnya 11 personel AS terluka dan kerusakaan yang tidak signifikan.

Pesawat Iran Jatuh di Teheran … 40 Penumpangnya Tewas Semua

Lebih dari 40 penumpang pesawat Iran yang jatuh di Teheran, Minggu (10/8/2014), diperkirakan tewas, kantor-kantor berita negara itu melaporkan.

Stasiun televisi IRNN melaporkan, pesawat itu jatuh di kawasan permukiman Azadi, yang terletak di barat Bandara Mehrabad. Belum ada kejelasan apakah kecelakaan itu juga menewaskan warga di permukiman tersebut. “Semua penumpang tewas,” kata juru bicara dinas pemadam kebakaran setempat yang dikutip kantor berita IRNA.

Masih ada informasi yang simpang siur tentang jenis pesawat yang jatuh maupun maskapai pemiliknya. Satu laporan menyebut pesawat itu milik Taban Air, namun laporan lain mengatakan pesawat yang jatuh itu dari Sepahan Airlines.

Kantor berita AP melaporkan, pesawat yang jatuh adalah jenis Iran-141, pesawat kecil berkapasistas 52 penumpang, buatan Iran dengan teknologi Ukraina. Sementara itu, informasi lain menyebut, pesawat yang jatuh adalah An-140.

Bandara Mehrabad terletak tidak jauh dari pusat kota Teheran dan merupakan bandara utama untuk penerbangan domestik. Sampai saat ini Mehrabad merupakan bandara tersibuk yang melayani penerbangan ke semua kota di negara itu. Sementara itu, sebagian besar penerbangan internasional dilakukan dari Bandar Internasional Imam Khomeini, Teheran. Letaknya di sisi barat ibukota Iran tersebut.

Seperti diberitakan, sebuah pesawat penumpang Iran jatuh di sebuah kawasan permukiman di Teheran pada Minggu (10/8/2014) pada pukul 09.14 waktu setempat. Sebuah pesawat penumpang milik Taban Airlines, Iran, jatuh sebuah kompleks perumaha di Teheran, Minggu (10/8/2014).

Televisi Iran melaporkan, pesawat itu jatuh setelah lepas landas dari bandara Mehrabad dalam penerbangan menuju Kota Tabas. Pesawat itu membawa sekitar 40 orang.

Menurut kantor berita IRNA dan Fars, pesawat itu jatuh pada pukul 09.18 waktu setempat.

Filsuf Noam Chomsky Serukan Pembebasan Wartawan Iran

Filosof Amerika Serikat, Noam Chomsky, meminta Iran membebaskan jurnalis perempuan, Marzieh Rasouli, yang dipenjara pekan lalu dan akan menjalani hukuman cambuk dan dua tahun masa penahanan. Chomsky, seperti dilansir Guardian edisi Sabtu, 12 Juli 2014, menyebut penahanan Rasouli dan setidaknya tiga jurnalis perempuan lainnya dalam dua bulan terakhir di Iran “tidak dapat diterima”.

Ia mendesak pemerintahan Hassan Rouhani cepat bertindak untuk membebaskan mereka. Dua wartawan yang ditangkap sebelumnya adalah Saba Azarpeik dan Reyhaneh Thabathaba’i.”Saya terkejut dan prihatin mendengar penahanan dan perlakuan kasar terhadap Marzieh Rasouli dan jurnalis perempuan lainnya di Iran,” kata Chomsky kepada Guardian.

“Tentunya tindakan tersebut sama sekali tidak dapat diterima, dan saya berharap dan percaya bahwa mereka akan segera dibebaskan dan mendapat kompensasi untuk hukuman mereka yang tidak adil.” Saat Rouhani meningkatkan hubungan dengan negara Barat, peradilan Iran, yang independen dari pemerintah, bersama dengan intelijen dan aparat keamanannya telah meluncurkan gelombang baru penangkapan terhadap wartawan.

Rasouli yang menulis untuk sejumlah penerbitan reformis, termasuk surat kabar Shargh dan Etemaad, dipenjara setelah pengadilan tertinggi menguatkan dakwaan terhadapnya atas tuduhan “menyebarkan propaganda” terhadap sistem pemerintahan dan “mengganggu ketertiban umum”. Ini adalah dua dakwaan yang kerap digunakan pemerintah Iran dalam beberapa tahun terakhir terhadap aktivis dan wartawan.

Reporters Without Borders juga mengutuk pemenjaraan Rasouli di Iran dan melaporkan bahwa dengan total 64 jurnalis dan blogger di penjara, Iran telah menjadi salah satu musuh terburuk bagi media di dunia. Dalam kasus yang menimpa Reyhaneh Thabathaba’i, kampanye internasional untuk hak asasi manusia di Iran (ICHRI), mengatakan ia dipanggil ke penjara Evin di Teheran pada bulan Juni untuk menjalani hukuman enam bulannya.

Aktivis Iran mengatakan wartawan perempuan lainnya, Sajedeh Arabsorkhi, juga sudah dipanggil untuk menjalani hukuman penjara satu tahun.

Wanita Iran Ampuni Pembunuh Anaknya Sesaat Sebelum Akan Digantung

Seorang narapidana pembunuhan di Iran bernama Balal lolos dari tiang gantungan pada menit-menit menjelang eksekusi mati dilakukan, setelah ibu korban memberinya permintaan maaf. Balal divonis mati tujuh tahun silam setelah ia terbukti membunuh seorang pemuda bernama Abdollah dalam perkelahian. Keduanya berusia 17 tahun saat itu.

Kasus ini menjadi berita besar di Iran setelah pengguna media sosial dan pesohor di negara itu melakukan kampanye agar eksekusi dibatalkan. Namun, hukum di Iran mewajibkan narapidana mendapat permintaan maaf dari keluarga korban sebelum hukum mati dibatalkan atau kisas, yang berarti “utang nyawa dibayar nyawa”.

Permintaan maaf itu tidak juga datang hingga eksekusi mati dijadwalkan pada Selasa (15/4/2014). Balal berteriak meminta nyawanya diselamatkan saat simpul hendak diletakkan di lehernya. Tiba-tiba, ibu korban mendekatinya dan menampar pipinya kemudian mengatakan bahwa ia memaafkan perbuatan Balal terhadap anaknya.

Amnesty International menyatakan, Iran memiliki angka hukuman mati tertinggi di dunia. Sebagian besar dilakukan dengan hukum gantung. Kini ada kelompok-kelompok masyarakat di Iran yang mendorong pemerintah agar mengubah sistem kisas dan melarang hukuman mati.

Rusia Berencana Akan Dukung Program Senjata Nuklir Iran Bila Ditekan Soal Krimea

Rusia pada Rabu malam mengancam akan mengubah pendiriannya soal program nuklir Iran sebagai tanggapan atas tekanan Uni Eropa dan Amerika Serikat yang mengecam invasi Moskow ke Krimea. “Kami tidak ingin menggunakan perundingan ini sebagai ajang perjudian dengan mempertimbangkan apa yang sedang terjadi di ibu kota negara-negara Eropa seperti Brussels dan juga Washington,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov kepada kantor berita Interfax.

“Namun jika kami dipaksa maka kami akan berbalik arah. Nilai historis mengenai apa yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir dan juga penyatuan kembali Krimea dan Rusia tidak dapat diperbandingkan dengan apa yang kami lakukan (berkaitan dengan Iran),” kata dia seperti dikutip AFP.

Pernyataan tersebut disampaikan Ryabkov di Wina di sela perundingan nuklir Iran yang juga melibatkan Rusia. Negosiasi tersebut dihadiri Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton dan Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif, yang baru-baru ini mengaku optimistis kesepakatan nuklir jangka panjang dapat diraih.

Iran bersama enam negara lainnya saat ini sedang berusaha mencapai kesepakatan nuklir jangka panjang sebelum 20 Juli mendatang. Ryabkov mengatakan bahwa Rusia, yang sebelumnya mendukung Barat dan mendesak Teheran untuk menghentikan program nuklirnya, dapat mengubah pendiriannya dan menegaskan bahwa peristiwa historis di Krimea merupakan persoalan yang lebih penting.

“Pada akhirnya, semua pilihan dan keputusan bergantung pada sahabat-sahabat kami di Washington dan Brussels,” kata Ryabkov. “Keberhasilan perundingan ini bergantung kepada mereka. Berubahnya pendirian kami juga bergantung pada mereka, bukan kami,” kata dia.

Ryabkov mengatakan bahwa Rusia tidak ingin “bermain-main dengan Amerika Serikat, Eropa, maupun Iran.” Moskow hanya ingin mempertahankan “kepentingan nasional yang fundamental.”

Iran Kirim Armada Perang Ke Perbatasan Laut Amerika Serikat

Komandan Angkatan Laut senior Iran mengumumkan pada hari Sabtu bahwa negara itu telah mengirim beberapa armada kapal perangnya ke perbatasan maritim Amerika Serikat.

“Armada Angkatan Laut Iran sudah dalam perjalanan menuju Samudra Atlantik melalui perairan dekat Afrika Selatan,” kata Komandan Armada Utara Angkatan Laut Iran Laksamana Afshin Rezayee Haddad, Sabtu, 8 Februari 2014.

Laksamana, yang juga komandan Zona 4 Angkatan Laut Iran, itu mengatakan, “Armada militer Iran mendekati perbatasan maritim Amerika Serikat, dan langkah ini memiliki pesan.”

Pada bulan September 2012, Komandan Angkatan Laut Iran Laksamana Habibollah Sayyari menegaskan rencananya untuk berlayar di lepas pantai AS guna melawan kehadiran AS di perairannya, di Teluk Persia.

Sayyari sebelumnya telah memberi informasi tentang rencana Teheran mengirim pasukan angkatan lautnya ke Atlantik untuk ditempatkan di sepanjang perbatasan laut AS. Lalu, pada September 2012, dia mengatakan bahwa ini akan terjadi “dalam beberapa tahun mendatang”.

Pengiriman kapal perang ini merupakan bagian dari respons Iran atas meningkatnya kehadiran Angkatan Laut AS di Teluk Persia. Armada kelima Angkatan Laut AS berpangkalan di Bahrain–di seberang Teluk Persia dari Iran, dan Amerika Serikat telah melakukan dua latihan perang maritim besar dalam dua tahun terakhir.