Category Archives: Bajak Laut

Kronologi Pembajakan Tanker Thailand di Selat Malaka Indonesia

Kapal tanker berbendera Thailand yang dilaporkan hilang dalam perjalanan dari Singapura menuju Pontianak telah ditemukan. Kapal MT Orapin 4 tiba di Pelabuhan Sri Rancha, Thailand, Minggu sore. Seluruh 14 awak kapal selamat, namun muatannya dirampok dan alat komunikasinya dirusak. “Perompak membajak dan mencuri seluruh kargo minyak serta menghancurkan peralatan komunikasi. Awak dan kapal selamat,” kata Noel Choong, Kepala Pusat Pelaporan Pembajakan Biro Maritim Internasional (IMB) di Kuala Lumpur, kemarin.

Kapal tanker buatan tahun 1983 itu sedang dalam perjalanan dari Singapura menuju Pontianak, Indonesia membawa 3.377 metrik ton solar (Automative Diesel Fuel/ADF). Seluruh 14 awak kapal berkewarganegaraan Thailand. Posisi terakhir pada Selasa, 27 Mei pukul 17.30 di sekitar 3,64 mile laut sebelah utara Pulau Batam, Indonesia. Menurut sumber yang dikutip situs berita The Bangkok Post, sepuluh perompak naik dan membajak kapal saat berlayar di Selat Malaka, perairan Indonesia.

Berdasarkan cerita awak, 10 perompak bersenjata senapan dan pisau naik ke kapal, Selasa malam. Mereka memindahkan muatan minyak ke kapal tanker lain selama sekitar 10 jam. Dokumen kapal juga diambil. Seluruh awak dikumpulkan, alat komunikasi semuanya disita. Perompak meninggalkan kapal tanpa melukai siapapun pada Rabu sekitar pukul 21. Karena tidak dapat menghubungi siapapun, kapal kembali ke perairan Thailand dan tiba di Sri Rancha, sekitar pukul 19.30 Minggu, tanpa muatan.

Kini kapal berlabuh sekitar dua kilometer lepas pantai Udom Bay di Chon Buri. Hampir seluruh muatan disedot perompak dan hanya disisakan bahan bakar yang cukup untuk kembali ke pelabuhan. Kapal tanker tersebut adalah milik Petroleum Thai, anak perusahaan Thai International Tanker Co. Biro Maritim Internasional (IMB) mengatakan insiden itu merupakan yang kedua kalinya di Selat Malaka, jalur perairan tersibuk di dunia tersebut.

Akhir April lalu, perompak menyerbu sebuah kapal tanker di lepas pantai Malaysia dan mengambil tiga juta liter solar muatannya. Menurut Badan anti-perombakan dan perampokan bersenjata kawasan, Regional Co-operation Agreement on Combating Piracy and Armed Robbery against Ships in Asia (ReCAAP) lima insiden terjadi antara tahun 2011-2013.

Markas Besar Tentara Nasional Indonesia sampai saat ini belum memperoleh informasi terkini tentang dugaan pembajakan kapal tanker solar berbendera Thailand di wilayah perairan antara Indonesia dan Singapura. Mabes TNI baru mengantongi kabar bahwa kapal itu hilang kontak pada tanggal 27 Mei lalu. Kapal hilang kala berada empat kilometer sebelah Utara pulau Batam. “Sehingga masih di wilayah Singapura,” kata Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Mayor Jenderal Fuad Basya, Sabtu, 31 Mei 2014.

Sayangnya TNI belum bisa memastikan lokasi kapal tersebut, termasuk kemungkinan kapal tanker sudah bergerak hingga memasuki perairan Indonesia. Karena itu, Mabes TNI meminta Komando Armada Barat TNI Angkatan Laut mendeteksi keberadaan kapal tersebut. Satu unit kapal perang korvet kelas parchim pun dikerahkan, namun kapal tersebut belum sampai di lokasi. “Walhasil kami belum dapat informasi terbaru,” kata Fuad.

Untuk berjaga-jaga, kapal perang itu membawa sejumlah personel khusus dari Komando Pasukan Katak TNI AL. Tujuannya, jika kapal yang dibajak berada di wilayah perairan Indonesia, maka tim Pasukan Katak bisa segera bergerak merebut kembali kapal tanker Negeri Gajah Putih. Namun jika ternyata kapal tanker tersebut masih berada di wiliayah kedaulatan Singapura, pasukan TNI akan menunggu koordinasi dengan pemerintah Singapura. “Jika pemerintah Singapura meminta bantuan TNI, kami siap bergerak,” kata dia.

Sebelumnya, Biro Maritim Internasional (IMB) mengatakan kapal tanker MT Orapin 4 milik Thailand hilang sejak 27 Mei lalu. Kapal tersebut dalam perjalanan berlayar ke Pontianak, Kalimantan Barat, setelah bersandar di sebuah terminal minyak di Singapura. Menurut IMB, insiden pembajakan kapal Thailand ini merupakan yang kedua kalinya di jalur perairan tersibuk di dunia tersebut. Akhir April lalu, perompak menyerbu sebuah kapal tanker di lepas pantai Malaysia dan mengambil tiga juta liter solar muatannya.

Sebuah kapal tanker berisi solar berbendera Thailand diduga dibajak dalam perjalanan dari Singapura ke Indonesia. Biro Maritim Internasional (IMB) mengatakan insiden itu merupakan yang kedua kalinya di jalur perairan tersibuk di dunia tersebut. Aparat kehilangan kontak dengan kapal tanker MT Orapin 4 setelah bertolak dari sebuah terminal minyak di Singapura pada Selasa, 27 Mei 2014 lalu. Kapal tersebut dalam perjalanan menuju Pontianak, Indonesia. “Ini bisa jadi sebuah pembajakan. Kami sudah mengirim sinyal kepada kapal-kapal di wilayah itu untuk selalu waspada dan aparat juga disiagakan,” kata Noel Choong, Kepala Pusat Pelaporan Pembajakan IMB, Kuala Lumpur, Sabtu. Akhir April lalu, perompak menyerbu sebuah kapal tanker di lepas pantai Malaysia dan mengambil tiga juta liter solar muatannya.

Menurut badan anti-perombakan dan perampokan bersenjata kawasan, , Regional Co-operation Agreement on Combating Piracy and Armed Robbery Against Ships in Asia (ReCAAP), pembajakan tanker dan kapal kargo sebelumnya terjadi dekat Singapura. Lima insiden terjadi antara tahun 2011-2013. Di lain pihak, delapan serangan bersenjata terjadi di Selat Malaka dan sekitar Singapura pada kuartal pertama tahun ini. Jumlah ini meningkat tajam dibandingkan dengan periode sama tahun lalu, yakni hanya satu serangan. Namun demikian, kedelapan serangan itu adalah pencurian kecil, kata ReCAAP yang berpusat di Singapura.

Istri Mohamad Alfan meminta pemerintah turun tangan menemukan suaminya yang hilang dalam drama pembajakan kapal tanker berbendera Jepang, Naninwa Maru 1. “Saya berharap kepada pemerintah,” kata Siti Widaningsih di kediamannya, Desa Belahantengah, Mojokerto, pada Jumat, 25 April 2014.

Alfan merupakan satu dari tujuh warga negara Indonesia yang menjadi awak Naninwa Maru 1 milik perusahaan asal Singapura yang dibajak di Selat Malaka, Selasa, 22 April 2014. Alfan merupakan satu dari tiga WNI yang hingga kini masih dinyatakan hilang setelah peristiwa pembajakan. Alfan yang bertugas sebagai kepala bagian mesin hilang bersama kapten dan salah satu anak buah kapal. Sedangkan empat WNI lainnya yang juga jadi ABK selamat, dan kapal yang telah dibajak kini sudah bersandar di perairan Malaysia.

Menurut Wida, terakhir kali Alfan menelepon dirinya dari Singapura sebelum berlayar pada Senin, 21 April 2014. “Sempat telepon dan titip pesan agar saya hati-hati menjaga anak,” ujarnya. Alfan, kata Wida, selalui meneleponnya setiap kali akan berlayar dan setelah tiba di tujuan. “Biasanya berlayar sepuluh hari sampai dua minggu, malah pernah 20 hari,” katanya.

Wida mengatakan suaminya terakhir kali bekerja di sebuah perusahaan pelayaran di Singapura. Namun Wida tidak tahu nama perusahaan tersebut. Informasi yang dihimpun Naninwa Maru 1 merupakan tanker berbendera Jepang yang dibeli dan dioperasikan perusahaan pelayaran asal Singapura. Wida mengetahui suaminya jadi korban pembajakan kapal setelah petugas kepolisian di Mojokerto mendatangi Balai Desa Belahan Tengah dan memberi tahu bahwa Alfan termasuk WNI yang masih hilang. Polisi Maritim Malaysia masih menyelidiki kasus pembajakan tanker tersebut. Kapal yang memuat lebih dari 3 juta liter solar itu dibajak dan disedot muatan solarnya. Kapal dibajak kawanan perompak di Selat Malaka dalam perjalanan dari Singapura menuju Myanmar.

6 ABK Asal Indonesia Berhasil Menang dan Bebaskan Diri Melawan Para Perompak Bajak Laut Somalia

Para bajak laut di Somalia kembali beraksi. Kali ini yang menjadi korban adalah kapal ikan berbendera Taiwan yang dikabarkan membawa anak buah kapal asal Indonesia.

Dilaporkan AFP, Sabtu (5/11/2011), insiden ini terjadi di perairan kepulauan Seychelles, Samudera Hindia. Pejabat berwenang di Taiwan sudah memastikan hal ini.

Kapal bernama Chin Yi Wen tersebut diawaki oleh 29 kru kapal. Mereka terdiri dari 9 orang asal China, 8 Filipina, 6 orang Indonesia, dan lima orang berkebangsaan Vietnam.

Kementerian luar negeri Taiwan menduga mereka dalam cengkeraman para bajak Somalia karena terakhir kali dilaporkan sedang menuju pantai wilayah tersebut. Para awal kapal hilang kontak sejak hari Jumat (3/11/2011) lalu.

Seperti diketahui, selama dua dekade ini, Somalia diperintah oleh orang-orang bersenjata dan militan. Menurut Ecoterra International, setidaknya 47 kapal asing dan 500 pelaut telah ditangkap oleh pembajak Somalia. Ecoterra International adalah LSM yang memonitoring kegiatan maritim di wilayah perairan Somalia.

Hingga saat ini belum ada penjelasan resmi dari Kementerian Luar Negeri Indonesia terkait insiden ini. Bajak laut Somalia terus beraksi dan korban terakhir adalah Kapal penangkap ikan berbendera Taiwan. Dari 28 orang, ada 6 ABK berkewarganegaraan Indonesia dalam kapal itu. Hebatnya, semua awak kapal ini berani melawan para perompak dan merebut kapal mereka kembali. Hal ini patut ditiru.

“Ini yang paling bagus. Perlawanan pertama harus datang dari awak kapal,” ujar pengamat intelijen Wawan Purwanto, kepada detikcom, Minggu (6/11/2011).

Wawan menjelaskan ada beberapa kasus dimana awak kapal melawan, perompak Somalia yang bersenjata malah menjadi ciut dan buru-buru kabur keluar kapal. Tapi tentunya sebelum melawan, para anak buah kapal (ABK) mempertimbangkan betul strategi dan kekuatan mereka jika menghadapi perompak. Jangan sampai malah mati konyol.

“Ada awak kapal dari suatu negara, begitu perompak naik kapal mereka sembunyi semua. Nah si perompak kebingungan karena tidak mampu menjalankan kapal. Perompak itu menyangka semua awak kapal sudah meninggalkan kapal. Karena bingung, perompak itu juga meninggalkan kapal,” jelas Wawan.

Menurutnya self defence atau kemampuan mempertahankan diri pada awak kapal sangat penting. Misalkan setelah ada pembajakan dan ABK mengirim sinyal bahaya, butuh berapa lama sebelum kapal perang penolong tiba?

“Karena itu tindakan pertama awak kapal sangat penting,” jelasnya.

Para anak buah kapal (ABK) penangkap ikan berbendera Taiwan, melawan para perompak Somalia yang membajak kapal mereka. Aksi heroik para ABK, termasuk dari Indonesia, ini berbuah manis. Mereka berhasil membebaskan kapal dari cengkeraman 6 perompak Somalia yang bersenjata.

Kapal Chin Yi Wen tersebut berawak 28 ABK. Mereka adalah 6 warga negara China, 8 Filipina, 6 Indonesia, dan 5 warga negara Vietnam. Para awal kapal hilang kontak dan diduga mulai dibajak sejak hari Jumat (3/11/2011) lalu. Namun kapten kapal mengorganisir para ABK untuk melawan. 6 Perompak bersenjata berhasil dijatuhkan ke laut. Sementara 3 ABK luka-luka.

“Seingat saya, ini adalah pertama kalinya para pelaut kapal penangkap ikan yang dibajak perompak Somalia, berhasil membebaskan diri oleh usaha mereka sendiri,” ujar Jubir Perikanan Taiwan, Tsay Tzu-yaw kepada AFP, Minggu

6 WNI Anak buah kapal (ABK) Kapal Chin Yi We berbendera Taiwan lolos dari penyanderaan perompak Somalia. Bersama rekannya yang lain mereka melakukan perlawanan pada 6 perompak. Dalam aksi heroik itu ada 3 awak kapal yang terluka. Siapa saja yang terluka belum diketahui, Kemlu masih melakukan pengecekan.

“Kita masih menunggu, kapal segera tiba di Seychelles. Kita belum tahu kondisi terakhir mereka, siapa saja yang terluka,” kata Direktur Perlindungan WNI, Tatang Razak saat dihubungi detikcom, Senin (7/11/2011).

Tatang menjelaskan, berdasarkan informasi dari KBRI Nairobi, Kenya saat kapal dibajak terjadi perlawanan oleh ABK yang berjumlah 29. Perompak dibuang ke laut.

“Ada 3 yang terluka dan kelihatannya tidak terlalu serius,” tambah Tatang.

Kapal berbendera Taiwan ini kini dalam pengawalan menuju Seychelles. Pihak KBRI masih melakukan koordinasi hingga kapal tiba di lokasi aman.

“Ada kapal Angkatan Laut Inggris yang mengawal,” jelasnya.

Diketahui para anak buah kapal (ABK) penangkap ikan berbendera Taiwan, melawan para perompak Somalia yang membajak kapal mereka. Aksi heroik para ABK, termasuk dari Indonesia, ini berbuah manis. Mereka berhasil membebaskan kapal dari cengkeraman 6 perompak Somalia yang bersenjata.

Kapal Chin Yi Wen tersebut berawak 28 ABK. Mereka adalah 6 warga negara China, 8 Filipina, 6 Indonesia, dan 5 warga negara Vietnam. Para awal kapal hilang kontak dan diduga mulai dibajak sejak hari Jumat (3/11) lalu. Namun kapten kapal mengorganisir para ABK untuk melawan.

“Seingat saya, ini adalah pertama kalinya para pelaut kapal penangkap ikan yang dibajak perompak Somalia, berhasil membebaskan diri oleh usaha mereka sendiri,” ujar Jubir Perikanan Taiwan, Tsay Tzu-yaw kepada AFP, Minggu

TNI Telah Kirim 401 Kopassus dan Marinir Untuk Bebaskan Sandera Bajak Laut Somalia

Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (15/4), mengungkapkan, pemerintah telah mengirim dua kapal perang kelas fregat dan satu helikopter ke perairan Somalia untuk operasi pembebasan Kapal MV Sinar Kudus dan para awaknya.

Dua kapal perang itu membawa 401 personel pasukan khusus gabungan dari Korps Marinir TNI Angkatan Laut dan Kopassus TNI Angkatan Darat. Selain mengirim kapal, pemerintah juga mengirim personel Badan Intelijen Negara ke Nairobi, Kenya, untuk mengumpulkan informasi.

Akan tetapi, dengan posisi Kapal Sinar Kudus yang berada di dekat markas pembajak di tepi pantai, risikonya sangat tinggi bagi keselamatan para sandera jika dilakukan penyerbuan.

”Banyak pendapat, pemerintah tidak melakukan apa-apa, lemah, tidak mencari opsi keras menghadapi pembajakan ini. Padahal, opsi militer keras pun jadi pilihan,” kata Djoko.

Empat kali

Djoko memaparkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah empat kali memimpin rapat koordinasi dalam menangani kasus pembajakan ini. ”Tanggal 17 Maret sore dapat informasi, tanggal 18 rapat. Arahan utamanya, selamatkan awak kapal. Kemudian, rapat lagi tanggal 20, tanggal 22 Maret finalisasi,” ujarnya.

Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono menambahkan, setelah mendapat arahan pada 18 Maret, sehari kemudian dilakukan pemaparan rencana operasi. Presiden langsung memerintahkan pasukan untuk berangkat.

Tanggal 23 Maret dua fregat berangkat. ”Kami harapkan bisa bertemu di laut, sampai di posisi tanggal 5 April. Tetapi, kapal Sinar Kudus sudah di pantai, di antara delapan kapal lain yang dibajak,” ungkap Agus.

Djoko menegaskan, prioritas utama pemerintah tetap keselamatan para sandera sehingga tidak mau gegabah melakukan operasi penyelamatan.

Pemerintah Indonesia Memberikan Restu Pada Bajak Laut Somalia Dengan Membayar Tebusan

Aksi perompakan di perairan lepas pantai Somalia menjadi momok bagi industri perkapalan di dunia. ”Saat ini problema besar bagi industri perkapalan adalah perompakan,” ujar SS Teo, Presiden Asosiasi Perkapalan Singapura.

Teo, sebagaimana dikutip harian the Business Times, mengakui aksi para perompak Somalia ini sudah menggila. Aksi mereka praktis sudah menjangkau perairan Samudra Hindia, bahkan sampai mendekati ujung selatan jazirah India.

Aksi ini yang membuat jumlah korban yang diserang dan dirompak belakangan ini semakin banyak. Tahun 2010 saja tercatat 53 kapal dirompak dengan lebih dari 392 kapal lainnya sempat diserang. Mereka berhasil menyandera 1.181 pelaut dari berbagai negara.

Menurut Biro Maritim Internasional, jumlah pelaut yang disandera ini merupakan yang terbesar yang terjadi di laut. Tahun lalu para perompak membunuh delapan pelaut. Semuanya berlangsung di lepas pantai Somalia, negara yang praktis dalam dua dekade ini tanpa sebuah pemerintahan yang efektif.

Menurut Teo yang juga Direktur Pelaksana Pacific International Lines—sebuah perusahaan perkapalan terkemuka di Singapura—para perompak Somalia ini kian nekat dan brutal. Mereka bersenjata mesin dan dilengkapi peralatan canggih untuk bisa mendeteksi setiap kapal yang berada bukan saja di Teluk Aden, bahkan sebagian besar Samudra Hindia, termasuk di lepas pantai India.

Kian memprihatinkan bagi perusahaan perkapalan, ujar Teo, aksi perompakan itu sudah seperti lahan pekerjaan. Empat tahun lalu perompak Somalia ini hanya merompak kapal dagang. Kapal disekap beberapa bulan dan dilepas begitu mendapat uang tebusan bahkan hanya beberapa ribu dollar AS.

Namun, kini para perompak menjelajah ke seluruh kawasan Samudra Hindia dan merompak kapal apa pun jenisnya. ”Tanpa terkecuali, mereka juga menyandera kapal kecil atau kapal layar yang hanya membawa beberapa sanak keluarga,” ujar Teo.

Menjadi mahal

Teo mengaku dibuat stres akibat aksi perompakan. Pada Oktober 2009, salah satu kapal Pacific International Lines, Kota Wajar, dirompak di lepas pantai Somalia dan disekap selama 75 hari. ”Itu masa yang paling meletihkan,” ujarnya. Keprihatinan utama adalah nasib awak kapal.

Kalau aksi pembajakan pesawat terbang, perkembangan bisa diikuti karena mendapat liputan media massa, termasuk media televisi selama 24 jam. Anggota keluarga dari sekitar 20 awak kapal Kota Wajar terus gelisah dan waswas karena tidak bisa mengetahui kondisi keluarga mereka.

Menurut Teo, karena tidak dipantau media massa, ada kesan pemilik kapal tidak memerhatikan nasib awak kapal. Kondisi ini membuat anak muda juga enggan menjadi awak kapal dagang. Begitu juga para pengguna jasa perkapalan. ”Padahal, nasib awak kapal menjadi perhatian utama,” ujar Teo.

Aksi perompakan yang kian brutal sehingga meminta korban jiwa dan jangkauan perompak yang semakin luas membuat Dewan Keamanan PBB dan Organisasi Maritim Internasional menyerukan aksi melawan para perompak.

Namun, kalangan industri perkapalan menghendaki dibentuk semacam pengadilan internasional atas perompak yang tertangkap. ”Tak ada yang bisa dilakukan terhadap perompak yang ditangkap. Mereka seharusnya dipenjarakan apabila terbukti bersalah di pengadilan tersebut,” ujar Teo.

Maraknya aksi perompakan di lepas pantai Somalia, bahkan di sebagian besar wilayah perairan di sisi barat Samudra Hindia, membuat perusahaan perkapalan enggan melayani jasa melintasi perairan itu. Menurut Teo, jika ada permintaan membawa barang ke wilayah itu, pemilik kapal akan meminta biaya angkut yang mahal.

Biaya mahal ini untuk menutupi premi asuransi yang juga mahal dan untuk membayar jasa pengawalan bersenjata di atas kapal ataupun pengawalan kapal perang. Ongkos jasa pengawalan bersenjata ini bisa mencapai 300.000 dollar AS atau sekitar Rp 2,8 miliar. Biaya ini jelas semakin menambah biaya angkut dan akhirnya dibebankan kepada konsumen akhir.

Aksi perompakan yang kian marak ini kini juga dialami kapal MV Sinar Kudus berbendera Indonesia. Sudah hampir sebulan perompak Somalia menyekap kapal dengan 20 awak kapal ini. Membayar tebusan hingga Rp 27 miliar bagi pembebasan kapal dan muatannya merupakan upaya terbaik demi keamanan semua pihak.

Hanya saja, memberikan tebusan semakin membuat perompak mendapat ”restu” untuk terus merompak sebagai sumber hidup mereka. Sebab, dalam empat tahun ini, sebagaimana disinyalir Teo, aksi mereka kian meningkat dan jangkauannya kian menjauh dari lepas pantai Somalia.

”Mereka kini sudah sampai ke selatan India. Boleh jadi mereka akan melintasi wilayah perairan Sri Lanka dan suatu ketika bisa sampai ke Selat Malaka,” ujar Teo.

Jadi, perlu langkah tegas, entah dari PBB atau siapa saja yang terganggu dengan aksi perompak ini. Aksi tegas ini diharapkan bisa membuat para perompak kapok!

Ekstremis Al-Shabab Sayap Al Qaeda Berada Dibalik Para Bajak Laut Somalia

Sejak pecah perang saudara pada tahun 1991, Somalia tercabik dalam beberapa bagian yang masing-masing dikuasai kelompok perlawanan tertentu. Belakangan, negara ini dikategorikan sebagai salah satu negara gagal. Bahkan, tiga tahun ini Somalia menempati urutan pertama peringkat negara gagal dan negara paling berbahaya di dunia.

Peringkat itu dibuat berdasarkan survei oleh The Fund for Peace, lembaga penelitian nirlaba berbasis di Washington, AS. Lembaga itu ketika menerbitkan Indeks Negara Gagal 2010 pada akhir Juni lalu menempatkan Somalia di urutan pertama negara gagal dari 177 negara di dunia.

Survei itu sendiri berpijak pada tiga indikator penting, yakni indikator sosial, ekonomi, dan politik—termasuk masalah keamanan. Sejak daftar negara gagal dibuat pertama kali pada tahun 2005 pun Somalia sudah masuk dalam 5 atau 10 besar.

Indikator sosial yang dipakai antara lain ledakan penduduk, gelombang pengungsian lokal dan lintas negara secara masif, yang menguatkan adanya krisis kemanusiaan serius dan cenderung kronis. Indikator ekonomi antara lain pembangunan ekonomi tidak merata dan hancurnya sistem perekonomian.

Di bidang politik juga terjadi kriminalisasi dan/atau delegitimasi negara oleh kelompok perlawanan dan perpecahan yang tajam di tingkat elite politik. Juga terjadi kehancuran pelayanan publik secara progresif, aparatur keamanan negara beroperasi seperti ”negara di dalam negara”, dan adanya intervensi asing, termasuk di bidang keamanan.

Somalia terperosok dalam kekerasan senjata, perang saudara, sejak tahun 1991 atau 20 tahun silam. Saat itu terjadi kudeta menggulingkan diktator Mohamed Siad Barre dan sejak itu pula antarsuku saling menyalahkan. Somalia tidak memiliki pemerintah nasional yang efektif, negara yang tanpa hukum.

Tidak ada lagi pemerintah pusat. Walaupun beberapa usaha membentuk pemerintah pusat bersatu pernah dilakukan, selalu gagal. Penduduk Somalia utara sejak tahun 2001 membentuk pemerintahan sendiri yang disebut Republik Somaliland. Dunia internasional tidak pernah mengakui Somaliland sebagai negara otonom.

Pada tahun 1998, penduduk wilayah timur laut pun membentuk wilayah semi-otonomi Puntland. Dalam beberapa tahun terakhir ini, ekstremis Al-Shabab, salah satu sayap Al Qaeda di Tanduk Afrika, menguasai Somalia selatan.

Kelompok ekstremis itu, antara lain, telah mengendalikan wilayah pantai di sepanjang Somalia, pantai terpanjang dikuasai sebuah negara di Afrika. Ekstremis ini juga menguasai kelompok perompak paling berbahaya di dunia saat ini. Mereka menyandera kapal-kapal asing dan meminta tebusan besar demi kelangsungan operasional jaringan.

Pemerintahan yang diakui dunia internasional adalah Pemerintahan Transisi Nasional (TFG). TFG kehilangan kontrol atau kendali atas banyak wilayah atau hanya mengendalikan sebagian kecil wilayah, termasuk Mogadishu, ibu kota negara, dan satu-dua wilayah di pedalaman.

Kekerasan senjata masih terjadi setiap hari hingga kini. Beberapa kelompok perlawanan berusaha keras mengepung dan merebut istana presiden di Mogadishu yang dilindungi pasukan perdamaian Uni Afrika (UA) dan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kelompok perlawanan yang satu berusaha mendahului kelompok yang lain menuju ke istana presiden di Mogadishu.

Begitulah, antara lain, yang terjadi dalam tujuh pekan terakhir sejak 23 Februari. Pasukan UA terlibat baku tembak dengan kelompok ekstremis dan militan yang berusaha menduduki istana presiden. Tentara UA terus melakukan serangan bertahan melindungi istana. Sekitar 50 tentara UA tewas dan puluhan anggota kelompok perlawanan juga tewas dalam kekerasan senjata yang terjadi tujuh pekan itu.

Agustinus Mahiga, Perwakilan Khusus Sekjen PBB, meminta TFG menggelar pemilu tahun ini. Setidaknya pemilu digelar bersamaan dengan berakhirnya masa TFG pada Agustus 2011. Namun, TFG justru menginginkan perpanjangan masa tugas hingga Agustus 2012. Sebuah persoalan baru bagi Somalia. Pada tahun ini pun Somalia diperkirakan masih berada di urutan pertama negara gagal.

Serangan Perompak Bajak Laut Somalia Semakin Merajalela

Kasus perompakan dan bajak laut di perairan Somalia melonjak tajam tahun ini. Dalam tiga bulan pertama 2011 tercatat sedikitnya 97 serangan bajak laut, yang menewaskan tujuh pelaut dan melukai 34 orang lainnya. Dunia seperti tak berdaya menghadapi perompak.

Berdasarkan data yang dirilis Pusat Pelaporan Pembajakan Biro Maritim Internasional (IMB) di Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis (14/4), jumlah pembajakan di kawasan perairan Somalia tersebut mencapai hampir 70 persen dari total kasus pembajakan yang terjadi di seluruh dunia pada kuartal pertama tahun ini.

”Jumlah pembajakan dan perompakan bersenjata di laut pada tiga bulan terakhir ini jauh lebih tinggi daripada yang pernah kami catat pada periode yang sama tahun-tahun silam,” tutur Direktur IMB Pottengal Mukundan.

Pada tiga bulan pertama 2010, IMB mencatat hanya terjadi 35 serangan pembajak di perairan Somalia.

Menurut Mukundan, teknik penyerangan para bajak laut itu meningkat drastis dan mereka juga makin tak ragu menggunakan kekerasan. Mereka seperti sengaja menantang patroli angkatan laut internasional yang dilakukan di kawasan itu.

Hingga 31 Maret lalu, IMB mencatat 28 kapal dan 596 awak kapal masih menjadi sandera para bajak laut, yang menuntut uang tebusan hingga jutaan dollar AS sebagai syarat pembebasan kapal. Kapal asal Indonesia, MV Sinar Kudus, termasuk salah satu kapal yang masih disandera beserta 20 awaknya.

Mukundan mengatakan, kapal tanker yang mengangkut minyak dan zat kimia mudah terbakar makin menjadi incaran para perompak.

Mereka bahkan tak ragu-ragu membajak kapal tanker berbobot mati di atas 100.000 ton. ”Dari total 97 serangan tersebut, 37 di antaranya menyasar kapal tanker dan 20 dari kapal-kapal tanker itu berbobot mati di atas 100.000 ton,” ungkapnya.

Perairan di sekitar Somalia, yang meliputi kawasan Samudra Hindia lepas pantai timur Somalia, Laut Arab, dan Teluk Aden, adalah jalur pelayaran utama dunia. Jalur ini penting karena menjadi pintu masuk ke Laut Merah dan Terusan Suez bagi kapal-kapal niaga asal Asia yang akan menuju Eropa.

Gangguan bajak laut di jalur suplai minyak ini akan berpengaruh terhadap harga minyak dunia, yang sudah naik hampir tak terkendali sejak kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara dilanda gelombang revolusi.

Mukundan mengatakan, posisi beberapa kapal utama, yang digunakan para pembajak untuk menyerang, sudah diketahui. Ia menyerukan tindakan yang lebih keras terhadap kapal-kapal ini untuk mengurangi pembajakan pada masa depan.

Australia bertindak

Dalam lanjutan operasi internasional untuk memberantas pembajakan ini, Angkatan Laut (AL) Australia dilaporkan berhasil membebaskan tiga sandera di perairan sekitar Tanduk Afrika. Pihak AL Australia menyatakan, Kamis, kru kapal perang HMAS Stuart berhasil naik ke kapal berbendera Yaman, yang dibajak sejak 20 hari lalu.

Sebanyak 15 bajak laut menyerah tanpa perlawanan. Di dalam kapal tersebut, tentara Australia menemukan persenjataan perompak berupa 11 pucuk senapan AK-47 berikut 16 magasin, amunisi senjata api ringan, dan satu peluncur granat.

Para bajak laut kemudian dibebaskan menggunakan sebuah perahu setelah AL Australia memberi mereka cukup air, makanan, bahan bakar, dan peralatan komunikasi.

Di bagian lain perairan tersebut, kelompok pembajak lain mengklaim telah menerima uang tebusan sebesar 5 juta dollar AS (sekitar Rp 43,2 miliar) dari perusahaan perkapalan Jerman, Beluga Shipping, untuk membebaskan kapal barang milik mereka, MV Beluga Nomination.

Kapal berbobot mati 9.775 ton dan diawaki 12 orang itu dibajak 25 Januari, 390 mil laut sebelah utara Kepulauan Seychelles. Tiga awak kapal tewas tertembak pembajak saat berusaha melarikan diri, sedangkan dua awak kapal lain berhasil meloloskan diri. Saat ini kapal itu dalam perjalanan ke Kenya

Cara Malaysia dan Korea Selatan Hadapi Perompak Bajak Laut Somalia Adalah Serangan Militer Oleh Pasukan Khusus

Sikap Malaysia dan Korea Selatan jauh berbeda dengan sikap pemerintah Indonesia dalam menghadapi pembajakan kapal Somalia. Kalau Indonesia masih pikir-pikir untuk menyerang pembajak demi menyelamatkan kapal MV Sinar Kudus, Malaysia dan Korea Selatan langsung menyiapkan penyerangan.

Serangan Malaysia, itu terjadi pada Januari 2009. Saat itu kapal Malaysia Diraja Sri Indera Sakti mendapat sinyal permintaan bantuan sekitar 15 mil laut dari lokasi pembajakan. Yang meminta bantuan adalah kapal India yang sedang berlayar di Teluk Aden.

Selanjutnya Malaysia mengirimkan helikopter. Pasukan Malaysia ini menunggu malam turun. Saat keadaan sudah gelap, tiba-tiba pasukan Malaysia menyerbut. Helikopter mendekat dan menembaki dua kapal perampok Somalia. Pembajakan itu pun berhasil digagalkan. Mereka menangkap tujuh perompak dan membebaskan 23 awak.

Keberhasilan ini hanya sekelumit contoh keberhasilan penyerangan terhadap pembajakan kapal. Selama 2009, terjadi 410 pembajakan di kawasan sekitar Teluk Aden, Somalia. Banyak pembajakan lainnya, yang berakhir dengan menyerahkan uang tebusan. Selama 2009, tercatat perompak telah mengantongi uang tebusan US$ 58 juta (Rp 522 miliar) dari 410 pembajakan. Angka itu meningkat pada 2010 menjadi US$ 238 juta (Rp 2,1 triliun) dari 445 pembajakan.

Memang banyak negara yang memilih untuk membayar tebusan. Cara itu dianggap lebih murah daripada harus mengerahkan angkatan perang ke Somalia.

Tapi, bukan cuma Malaysia yang sukses menyerang pembajak Somalia. Prancis juga berhasil melakukannya pada 2008. Korea Selatan juga melakukannya pada 21 Januari 2011. Sejak dikabarkan dibajak pemerintah Korea Selatan langsung mengirim kapalnya melacak keberadaan pembajak. Pasukan khusus Angkatan Laut Korea Selatan berhasil menyerbu kapal Samho Jewelry berbendera Korea Selatan yang dibajak dan membebaskan semua sandera. Dua ABK asal Indonesia termasuk di dalam kapal yang dibajak sejak 15 Januari.

Sejak kapal Indonesia, MV. Sinar Kudus milik PT Samudra Indonesia dibajak, Indonesia belum mengambil tindakan keras. Pemerintah masih menjajaki negosiasi. Padahal, pemerintah Somalia sudah mempersilakan Indonesia mengerahkan tentara untuk membebaskan 20 awak kapal MV Sinar Kudus yang disandera perompak Somalia sejak 16 Maret lalu.

Wakil Sekretaris Jenderal Golkar Bidang Hubungan Internasional, Happy Bone Zulkarnaen, mengatakan sikap pemerintah Somalia itu disampaikan oleh Duta Besar Somalia untuk Indonesia, Mohamud Olow Barow, saat mengunjungi kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar kemarin.
“Mereka berharap pemerintah tegas. Kalau perlu, aksi militer. Pemerintah Somalia akan bahu-membahu,” kata Happy dalam jumpa pers seusai pertemuan itu.

Menurut Happy, pemerintah Somalia mempersilakan militer Indonesia masuk ke wilayahnya, baik melalui jalur laut maupun jalur udara. Bila Indonesia memerlukan bantuan militer Somalia, mereka pun siap membantu. “Mereka tidak merasa diintervensi,” kata Happy.

Somalia sadar diri. Kawasan perairannya luas. Mereka juga dilanda perang saudara. Ini menjadi surga para pembajak. Apalagi Teluk Aden, Somalia, adalah laut yang menjadi pintu masuk menuju Terusan Suez yang menghubungkan Samudera Hindia dan Eropa. Kapal-kapal barang selalu lewat jalur ini karena ini jalur yang paling pendek dan murah, ketimbang harus mengitari benua Afrika.

Kapal kargo MV. Sinar Kudus juga lewat jalur ini. Saat itu kapal membawa muatan biji Nikel milik PT Aneka Tambang senilai Rp 1,4 triliun. Mereka dihadang kawanan bajak laut, dan digiring menepi di sekitar Pantai Eil. Para perompak bersenjata lengkap mencapai 35 orang menjaga kapal.

Kapal Bajak Laut Somalia Diserbu Pasukan Khusus Denmark dan bebaskan 18 Sandera

Angkatan Laut Denmark melaporkan telah menyerbu kapal bajak laut di lepas pantai Somalia dan berhasil membebaskan 18 anak buah kapal yang menjadi sandera. Tiga bajak laut terluka dan belasan orang lainnya ditangkap dalam serbuan itu. Meski demikian, belum jelas di mana mereka akan diadili.

Juru bicara Angkatan Laut (AL) Denmark, Kenneth Nielsen, di Kopenhagen, Denmark, Selasa (12/4), mengatakan, penyerbuan dilakukan pasukan komando dari kapal perang Denmark, HDMS Esbern Snare, 2 April lalu. Kapal perang tersebut memang sudah mengincar sebuah kapal nelayan Iran yang dibajak sebelumnya dan dijadikan kapal komando serangan (mothership) oleh bajak laut.

Laman berita SomaliaReport.com, yang mengutip Danish Radio, menambahkan, pasukan komando dan satu helikopter Denmark berusaha menghentikan kapal pembajak itu dengan melepaskan tembakan peringatan. Namun, para pembajak ternyata tak mau menyerah dan balas menembak.

Tim komando Denmark akhirnya dikirim naik ke kapal tersebut dan terlibat dalam baku tembak. Tiga bajak laut yang terluka kemudian dirawat oleh dokter dari Esbern Snare dan kapal perang Belanda, HNLMS Tromp, yang berada di dekat lokasi pertempuran.

Di dalam kapal pembajak tersebut, pasukan Denmark berhasil menyita peralatan dan persenjataan pembajak, yang meliputi 14 peluncur granat, 9 pucuk senapan otomatis AK-47, dua kotak besar amunisi senapan mesin, beberapa senapan mesin, granat, dan tiga perahu penyerang.

Anggota pasukan komando Denmark dan semua sandera selamat tanpa mengalami luka sedikit pun. Para sandera terdiri dari 16 warga Pakistan dan 2 warga Iran, yang mengawaki kapal nelayan Iran tersebut.

Mereka kemudian diizinkan membawa kapal nelayan itu kembali ke perairan asal mereka.

Kapal Thailand dibebaskan

Sementara itu, kapal barang MV Thor Nexus milik Thailand akhirnya dibebaskan, Senin, setelah pemilik kapal itu membayar tebusan sebesar 5 juta dollar AS (sekitar Rp 43,3 miliar). Seorang perompak kemudian dilaporkan tewas karena rebutan uang tebusan itu.

Kapal barang curah berbobot mati 20.377 ton itu dalam perjalanan mengangkut 15.750 ton pupuk ke Banglades saat dibajak di perairan Samudra Hindia, 25 Desember 2010.

Pihak AL Thailand sempat mengancam akan menyerbu kapal tersebut. Namun, para pembajak balik mengancam akan membunuh 27 pelaut Thailand yang dijadikan sandera apabila mereka mencoba menyerang.

Dengan dibebaskannya kapal Thailand itu, masih ada 28 kapal, termasuk MV Sinar Kudus dari Indonesia, yang masih berada di tangan para perompak

Prancis Paling Ditakuti Perompak Bajak Laut Somalia Karena Membunuh Semua Perompak Yang Menyandera Warganya

Pemerintah mengutamakan jalur negosiasi dengan perompak Somalia untuk membebaskan 20 Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi anak buah kapal (ABK) Kapal MV Sinar Kudus. Apalagi, pemilik kapal, PT Samudera Indonesia Tbk, bersedia membayar tebusan.

Namun banyak pihak yang menyarankan agar pemerintah mengirim pasukan khusus untuk menyerang perompak Somalia. Dalam hal ini, pemerintah bisa belajar dari Prancis maupun Korsel yang mengirimkan pasukan komandonya ke Teluk Aden untuk membebaskan sandera warga negara mereka.

Seperti dikutip dari Newsweek (2009), pengarang buku mengenai perompak ‘Dangerous Waters’, John S Burnett, kini para perompak Somalia enggan lagi membajak kapal berbendera Prancis maupun Amerika Serikat.

Dalam periode 2008-2009, perompak Somalia membajak tiga kapal pesiar milik warga Prancis. Pemerintah Prancis awalnya mau bernegosiasi, bahkan dalam kasus pertama mereka membayar uang tebusan agar kapal dan krunya dibebaskan. Namun lama-lama pemerintah Prancis gemas juga, hingga akhirnya mereka ambil jalan keras, menyerang para perompak.

Kini di Puntland, kampung perompak di timur Somalia, ada istilah ‘Opsi Prancis’. Para perompak, menurut Burnett, sangat menghindari opsi ini karena mereka tahu risikonya. “Mereka tahu pasukan komando Prancis bakal mengejar mereka. Dan mereka tahu kalau pasukan komando Prancis yang mengejar mereka tidak akan selamat,” kata Burnett.

Pascakejadian tiga kapal Prancis itu, kini perompak Somalia menghindari merompak kapal berbendera Prancis. Menurut Burnett, Prancis mengirimkan pesan kuat pada para perompak: Jangan berani-berani merompak warga Prancis! Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy, juga memainkan sentimen nasionalisme dalam menghadapi tekanan perompak Somalia.

Menurut Burnett ada sejumlah strategi dasar dalam menghadapi tuntutan para perompak Somalia. Pertama, tetaplah bernegosiasi dengan para perompak. Biarkan para perompak berbicara apa saja terkait uang tebusan maupun sandera.

Kedua, sangat penting untuk tidak membiarkan perompak membawa kapal ke daratan. Bila ini terjadi, maka negosiasi akan cukup rumit. Karena sandera sudah disembunyikan di kota, tidak lagi di kapal. Garis pantai adalah titik paling krusial yang harus dihindari bila ingin membebaskan sandera dan menyerang perompak.

Komandan Guillaume Goutay yang memegang kendali kapal perang Prancis L’Aconit yang menyerang perompak Somalia dua tahun lalu menegaskan perompak juga akan mengulur waktu. Mereka butuh waktu membawa kapal ke pelabuhan, semisal pelabuhan Eyl, di Puntland.

Dalam contoh kasusnya, Goutay membebaskan kapal Tanit yang dibajak 70 mil laut dari daratan. Kapal Prancis bisa mendekat ke Tanit. Mereka bisa melihat pemilik kapal Florent Lemacon, istrinya, dan anaknya yang balita. Ada dua rekan Lemacon. Dan ada lima perompak Somalia bersenjata lengkap.

“Ingat! Kita sedang berhadapan dengan orang yang tidak mau mendengar,” kata Goutay. Negosiasi terus berlangsung. Tapi Tanit terus mendekat ke pelabuhan. Ketika jaraknya tinggal 20 mil laut, Goutay memerintahkan armadanya menyerang sejenak kapal Tanit. Serangan ini merobohkan layar kapal. Sekaligus membuat panik para perompak. Mereka mengancam akan membunuh seluruh penumpang.

Goutay tetap tenang. Prancis kembali bernegosiasi dengan perompak. Namun mempertimbangkan jarang ke pelabuhan yang makin dekat, akhirnya Presiden Sarkozy memerintahkan pasukan komandonya bergerak cepat. Pasukan elit itu menyerang saat subuh dengan sigap. Sejumlah penembak jitu melumpuhkan tiga perompak yang berjaga-jaga. Penumpang lainnya selamat. Tapi dua perompak menyandera Lemacon dalam sebuah kabin. Lemacon tewas tertembak, kemungkinan oleh pasukan Komando Prancis.

Perompak Bajak Laut Somalia Hidup Mewah Dengan Banyak Istri Istri Cantik

Siapa sangka kalau perompak Somalia hidupnya susah? Duit hasil rampokan mereka bagi-bagi ke keluarga, ke klan, ke kawan perompak, dan sisanya dibelikan senjata dan kapal baru.

Dengan uang tebusan per kapal mencapai jutaan dolar AS, maka bukan hil yang mustahal kalau para perompak itu hidupnya bergeliman dolar AS. Mereka dikelilingi gadis-gadis cantik, rumahnya besar dan berhektar-hektar, mobilnya gres dari Eropa dan Jepang, dan tentunya teknologi senjata terbaru.

“Nggak ada informasi hari ini. No comment,” bentak seorang perompak Somalia lewat saluran telepon satelit, seperti didengar wartawan BBC. Ia lalu mengakhiri percakapan dengan sebuah bantingan telepon.

Nada suaranya gugup. Kemungkinan dia gugup menunggu apakah tebusan jutaan dolar AS akan mengalir ke kantong mereka. Perompak Somalia itu baru saja membajak sebuah kapal Ukrania, MV Faina. Yang heboh adalah isi dari kapal ini: 33 tank tempur Rusia.

Gara-gara muatan berbahaya ini, para perompak menjadi sedikit khawatir. Tapi mereka tetap menunggu tebusannya. Siapa sih sebenarnya para perompak ini? Menurut warga di Puntland, wilayah yang menjadi kampung perompak, para perompak punya gaya hidup tinggi.

“Mereka punya duit, mereka punya kekuasaan, dan mereka makin kuat setiap hari,” kata Abdi Farah Juha, warga Garowe, di dekat Puntland.

“Para perompak itu punya bini yang cantik-cantik. Mereka punya rumah mewah. Mobil baru dan senjata baru,” sambung Juha. “Di sini, di Somalia, menjadi perompak adalah suatu kelas masyrakat yang tinggi dan fashionable,” katanya lagi.

Rata-rata umur perompak adalah 20-35 tahun. Mereka menjadi perompak semata-mata karena uang. Dan mereka mendapatkannya. Ini membuat kampung perompak di Puntland menjadi wilayah yang makmur. 180 derajat berbeda dengan wilayah Somalia lainnya yang cari makan saja harus meminta bantuan lembaga dan negara lain.

Rata-rata pemilik kapal yang dirompak di Teluk Aden harus merogoh kocek sedalam dua juta dolar AS. Imbalannya, bila dibayar, maka muatan kapal dan kru kapal dijaga hidup-hidup. Wartawan BBC yang masuk ke kampung perompak di Puntland mengatakan, uniknya para perompak ini kompak antara kelompok satu dan lainnya.

Mereka bisa kompak karena ada duit di antara mereka. Warga Puntland yang menjadi perompak dan terluka tembak kerap nongol di jalan-jalan daerah itu. Di pantainya tidak pernah ada mayat siapapun, warga lokal atau warga asing.

Melihat sejarah Somalia yang kerap perang saudara dan perang suku, ‘kekompakan’ perompak di Puntland ini sangat unik. Itu menjelaskan mengapa adanya laporan bahwa perompak menembak mati sandera di MV Faina sangat dibantah oleh mereka.

Juru bicara perompak, Sugule Ali, menegaskan pada BBC di Somalia, bahwa seluruh sandera sehat. “Semua senang. Kita menembakkan senjata menyambut Hari Raya kok,” katanya dengan tenang.

Tiga Kelompok
Pengamat Somalia Mohamed Mohamed mengatakan ada tiga kelompok besar yang menjadi cikal bakal perompak. Kelompok pertama adalah mantan nelayan. Mereka adalah tulang punggung operasi perompak karena sangat mengenal Teluk Aden.

Kelompok kedua adalah mantan milisi dari perang saudara Somalia. Mereka menjadi eksekutor perompak. Kelompok terakhir adalah para ahli IT. Mereka yang mengoperasikan peralatan canggih untuk merompak kapal di tengah laut termasuk berkomunikasi lewat telepon satelit dan ahli senjata.

Lembaga riset Inggris, Chatham House, melaporkan aksi perompakan dalam setahun bisa mencapai 30 juta dolar AS. Perompak juga makin agresif dan makin jual mahal menentukan tebusan. Kapal MV Faina kalau mau dilepas harus membayar 22 juta dolar AS! Meski belakangan turun drastis jadi 8 juta dolar AS.

Para perompak ini mendapat senjata dari Yaman dan Mogadishu (ibu kota Somalia). Para pengamat menyatakan, pedagang senjata di Mogadishu menerima order senjata dari perompak lewat perusahaan transfer duit lokal. Setelah instruksi diterima, transaksi dengan senjata berjalan dan senjata dikirim lewat jalur darat ke Puntland. Mereka membayar tunai di tempat.

Yang mungkin agak sukar dipercaya adalah dengan berlimpah uang, kini para perompak ada yang menjadi ‘bank’. Para pebisnis Somalia tak jarang meminjam kredit ke perompak. Ini menjadi ladang baru bagi warga Puntland yang enggan jadi perompak. Menjadi pialang kredit perompak.

Saat beroperasi, untuk menjaga stamina, para perompak ini kerap menggunakan narkoba dan mengunyah khat (doping lokal). Mereka juga merokok hashih dan minum alkohol.

Para nelayan pun berbondong-bondong menjadi perompak karena jalan pintas menjadi kaya. Apalagi ikan hasil tangkapan tradisional mereka kalah bersaing dengan kapal-kapal pukat internasional yang beroperasi ilegal di Somalia.

Awalnya, perompak bermula di selatan Somalia. Baru beranjak ke utara sejak 2007. Abdulkadil Mohamed, warga Garowe, mengatakan realitas yang dihadapi warga pesisir Somalia. “Mereka tidak menganggap dirinya perompak. Mereka menganggap dirinya penjaga pantai (coastguard). Adalah ilegal fishing di sini yang merubah mereka jadi perompak,” katanya.