Category Archives: Bajak Laut

Eropa Perlu Ikut Aktif Dalam Mengamankan Selat Malaka

Peranan Eropa terhadap pengelolaan Selat Malaka masih jauh di bawah negara-negara lain seperti Jepang, China, dan Uni Emirat Arab. Padahal, jumlah kapal yang menggunakan Selat Malaka untuk memfasilitasi perdagangan Eropa-Asia sangat signifikan.

Hal itu disampaikan Dubes RI Brussel, Arif Havas Oegroseno dalam paparannya mengenai “Managing Strategic Waters in Southeast Asia Roundtable Discussion” yang diselenggarakan European Institue for Asian Studies (EIAS), lembaga pemikir atau think-tank berbasis di Brussel yang memfokuskan pada isu-isu di Asia.

Sekretaris Tiga KBRI Brusel Royhan N. Wahab dalam keterangan persnya, Sabtu (5/3/2011) menyebutkan, diskusi berlangsung hangat dengan adanya pujian terhadap peran Indonesia dalam mengelola keamanan, keselamatan navigasi, dan perlindungan lingkungan di Selat Malaka dan Selat Singapura.

Dalam paparannya didampingi pejabat Komisi Eropa dari Directorate General for Maritime Affairs and Fisheries, Daniela Chitu, dan pakar Hubungan Internasional dari Universite Catholique de Louvain, Prof. Tanguy Struye, Dubes Arif Havas Oegroseno menyebutkan bahwa jumlah kapal asing memasuki kawasan perairan tersebut dari waktu ke waktu akan semakin meningkat. Menurut Dubes, Eropa perlu menyadari peran strategis Indonesia di perairan Asia, karena sebanyak 71.359 kapal menjadikan Selat Malaka sebagai salah satu jalur navigasi yang sangat strategis bagi jalur perdagangan dunia.

Dikatakannya, pada tahun 2009 tercatat 370 juta ton barang dari Asia Timur dan Tenggara diturunkan di pelabuhan-pelabuhan di Uni Eropa yang mencapai 557 miliar dollar AS. Kapal tersebut menggunakan Selat Malaka sebagai jalur perdagangan ke Uni Eropa dari dan ke Asia Tenggara dan Timur.

Diperkirakan, kapal yang menggunakan Selat Malaka sebagai salah satu jalur pelayaran yang saat ini dinilai paling efisien tersebut, dan akan meningkat sampai ribuan kapal pada tahun 2015. Kapal-kapal yang melewati perairan tersebut adalah kapal-kapal yang membawa energi dari Afrika dan Timur Tengah ke Asia Timur dan juga yang membawa berbagai produk perdagangan dari Asia ke Eropa dan sebaliknya.

Karena jalur perairan tersebut sangat strategis, maka keselamatan navigasi (safety of navigation) di wilayah perairan tersebut dikelola bersama-sama di antara para negara pengguna dan para pemangku kepentingan lainnya, demikian Dubes RI Brussel. Dikatakannya, pengelolaan keselamatan navigasi yang dilakukan di wilayah perairan tersebut saat ini dikelola secara trilateral antara Indonesia, Malaysia, dan Singapura.

Dalam perdebatan terlihat adanya apresiasi yang tinggi terhadap peran Indonesia dalam mengelola keamanan, keselamatan navigasi, dan perlindungan lingkungan di Selat Malaka dan Selat Singapura. Pandangan bahwa Eropa perlu meningkatkan peranannya dalam pengelolaan keselamatan navigasi di kawasan tersebut merupakan bentuk positif apresiasi terhadap upaya negara-negara pantai dalam mengelola Selat Malaka dan Selat Singapura.

Gambia “Usir” Semua Diplomat Iran

Keputusan Pemerintah Gambia, Senin (22/11) di Banjul, memutus hubungan ekonomi, politik, dan diplomasi dengan Iran cukup mengejutkan. Gambia meminta semua diplomat Iran meninggalkan negeri itu dalam tempo 48 jam.

Kementerian Luar Negeri Gambia menegaskan, semua proyek kerja sama dengan Iran dibatalkan. Gambia adalah salah satu negara berpenduduk mayoritas Muslim di Afrika barat, kawasan yang dikenal sebagai pendukung Iran.

Negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim di Afrika barat antara lain Senegal, Nigeria, Guinea, Guinea-Bissau, Niger. Selama ini Gambia memiliki hubungan baik dengan Iran.

Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad selalu memilih wilayah Afrika barat bila berkunjung ke Benua Afrika atau singgah di wilayah itu jika melakukan perjalanan ke Amerika Latin.

Gambia yang berpenduduk 1,7 juta jiwa selalu mendukung hak Iran untuk memiliki program nuklir di berbagai forum internasional. Iran dan Gambia sama-sama anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI).

Keputusan Gambia menimbulkan berbagai spekulasi. Isu penyelundupan senjata yang berhasil digagalkan di pelabuhan Lagos, Nigeria, Oktober lalu, ditengarai menjadi penyebab pemutusan memutus hubungan diplomatik itu. Dokumen pengiriman senjata ilegal itu menerangkan senjata itu berasal dari Iran dengan tujuan Gambia.

Aparat keamanan dan intelijen Nigeria saat itu menemukan 13 peti kargo berisi rudal, granat tangan, dan jenis bahan peledak di sebuah kapal di pelabuhan Lagos. Peti-peti kargo itu disembunyikan di bawah lantai kapal.

Mossad mencari tahu

Israel menuduh senjata-senjata dikirim dari Iran via Nigeria dengan tujuan akhir ke pihak Hezbollah di Lebanon dan Hamas di Jalur Gaza. Israel disinyalir sempat mengirim agen Mossad (dinas intelijen luar negeri Israel) ke Nigeria untuk mencari tahu asal dan tujuan akhir senjata itu.

Mossad juga meminta izin Pemerintah Nigeria, melalui perantaraan sebuah negara Eropa, untuk menyita atau menghancurkan senjata itu. Nigeria menolak permintaan Mossad.

Pada awal tahun 2009, Mossad pernah menghancurkan konvoi 13 truk di Sudan, pembawa senjata asal Iran untuk tujuan Jalur Gaza.

Setelah tertahan beberapa pekan di Lagos, pihak Iran meminta Pemerintah Nigeria mengizinkan senjata itu dikirim ke Gambia. Gambia pasca-pemilu presiden 2006, yang dimenangi Presiden Yahya Jammeh, sering mengalami ketegangan politik akibat perpecahan di kalangan elite politik dan militer di negara paling kecil di Afrika barat itu.

Segera setelah pemilu presiden tahun 2006 itu, sempat terjadi upaya kudeta yang gagal oleh sejumlah jenderal militer terhadap Presiden Yahya Jammeh. Kepala Staf Angkatan Bersenjata Gambia berhasil lari ke luar negeri setelah upaya kudeta gagal tersebut.

Sejak itu, Presiden Jammeh menjalankan praktik pemerintahan dengan tangan besi untuk menumpas kelompok pembangkang. Presiden Jammeh berkuasa di Gambia sejak tahun 1992 melalui kudeta. Dia kemudian memenangi pemilu tahun 1996 dan 2006. Dia kini menjadi salah satu pemimpin Afrika yang paling lama berkuasa.

Presiden Jammeh memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran. Diduga, hal tersebut terkait dengan keterlibatan Iran dalam mendukung lawan-lawan politik Presiden Jammeh meskipun Gambia tidak menyebutkan hal itu secara terus terang.

 

Kapal Iran Membawa Heroin Ke Nigeria

Agen-agen Nigeria telah menyita sekitar 130 kilogram heroin pada sebuah kapal dari Iran yang baru berlabuh di pelabuhan utama di Lagos. Juru bicara Bea dan Cukai Nigeria di Lagos, Wale Adniyi, pada hari Jumat (19/11) mengatakan, barang haram itu diangkut dengan menggunakan sebuah kapal laut, yakni MV Montenegero.

Meski demikian, Adniyi menolak memberikan penjelasan lebih rinci mengenai siapa pengirim dan tujuannya ke mana. ”Sejauh ini ada 10 bungkus yang masing-masing seberat 11,2 kg. Sisanya tersimpan dalam bungkusan yang lebih kecil lagi, masing-masing seberat 1,2 kg. Setelah diuji, semuanya positif heroin,” katanya.

Dia menjelaskan, paket heroin itu disita dari kapal MV Montenegero pada hari Kamis. Paket barang terlarang tersebut, menurut manifes barang, berisi bahan bangunan. Karena curiga, petugas pelabuhan dan aparat terkait kemudian membongkar salah satu paket hingga akhirnya diketahui bahwa isi barang tidak sesui dengan manifesnya.

Badan Antinarkotika dan Obat-obat Berbahaya Nigeria kemudian memastikan bahwa barang yang disita itu adalah heroin. Dalam sebuah pernyataannya, badan narkotika menjelaskan, ”hasil temuan itu berisi 130 kg konsentrat heroin dan tersimpan dalam sebuah kontainer berasal dari Iran”.

Adniyi juga menjelaskan, aparat Nigeria dapat membongkar kasus penyelundupan heroin tersebut berkat kerja sama antara lembaga intelijen dalam negeri dan badan asing. ”Laporan intelijen atas konsinyasi barang tersebut sudah diterima empat bulan lalu dari sebuah lembaga kerja sama luar negeri. Lembaga itu juga sudah memantaunya secara saksama sejak awal sebelum akhirnya barang itu tiba di sini.”

Adniyi juga mengatakan, selain menyita 130 kg heroin tersebut, petugas juga sudah menahan kapal dan awaknya. Petugas sedang meminta keterangan dari para awak tentang asal dan tujuan barang. Meski demikian, ia belum memberikan penjelasan lebih detail tentang hasil pemeriksaan yang sedang berjalan tersebut.

Nigeria pada bulan lalu juga mencegah pengiriman senjata ilegal yang mencakup roket dan granat di pelabuhan Lagos yang juga dimuat dari Iran. Hubungan antarkedua negara mengalami sedikit kesulitan menyusul insiden itu. Pekan ini Nigeria telah melaporkan Iran kepada Dewan Keamanan PBB karena berusaha mengirim senjata, yang berisi roket artileri, mortir, dan amunisi tersebut.

Para Bajak Laut Somalia Mencoba Menbajak Kapal Perang Kenya

Para perwira Angkatan Laut Kenya yang sedang berpatroli di Samudra Hindia telah menembak hingga tewas tiga orang yang diduga sebagai perompak Somalia yang naik ke kapal mereka setelah keliru mengiranya kapal dagang, kata seorang jurubicara militer Kenya, Sabtu.

Menurut Angkatan Laut Kenya, ketiga orang itu bersama dengan beberapa teman mereka berusaha untuk merebut kapal patroli tersebut Jumat malam sekitar 21 mil laut dari lepas pantai Kilifi.

“Kapal Angkatan Laut itu sedang patroli biasa pada sekitar pukul 23:00 waktu setempat di daerah Kilifi … ketika empat orang yang diduga perompak Somalia dan naik sebuah kapal cepat naik ke kapal AL itu. Mereka mengiranya kapal dagang,” jelas Bogita Ongeri, jurubicara Departemen Pertahanan, kepada Reuters, melalui telpon.

“Tiga dari mereka … ditembak hingga tewas oleh para perwira Angkatan Laut itu sementara satu lagi menyelam ke dalam laut dengan luka peluru dalam perkelahian.”

Ongeri mengatakan tersangka perompak keempat itu sangat mungkin juga tewas karena lukanya.

“Beberapa yang lain, yang jumlahnya tidak dapat ditentukan dengan segera, malarikan diri dangan perahu cepat yang mereka gunakan,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa mayat para tersangka perompak yang tewas telah dibawa ke Rumah Sakit Umum Pantai Mombassa.

Perompak Somalia telah mengganggu jalur pelayaran yang sibuk di lepas pantai Somalia, tempat Teluk Aden dan lautnya yang berbatasan menghubungkan Eropa dengan Asia, memperoleh jutaan dolar untuk membebaskan kapal-kapal yang mereka tahan.

Dalam beberapa tahun terakhir mereka telah membajak puluhan kapal, termasuk sejumlah tanker minyak besar. Pada 2009, jumlah keseluruhan insiden perompakan di seluruh dunia menyentuh tingkat tertinggi enam tahun sebanyak 406 (insiden) karena serangan di lepas pantai Somalia.

Pada Sabtu dini hari, perompak telah membajak sebuah kapal China yang membawa 29 pelaut di Laut Arab dan mengatakan pada pemilik kapal itu bahwa mereka telah melayarkan kapal itu ke Somalia.

China Kirim Kapal Perang Ke Somalia Setelah Awak Kapal Dagang China Terlibat Baku Tembak Dengan Perompak

China bersiap mengirimkan kapal perangnya untuk memerangi maraknya aksi perompakan di lepas pantai Somalia, yang telah meminta korban beberapa kapal China beserta awaknya. Langkah China mengirimkan kapal perang ke wilayah yang jauh dari negaranya itu merupakan hal yang langka sekaligus menggambarkan kepercayaan diri militer China yang semakin tinggi.

”Kami bersiap dan melakukan persiapan untuk mengirimkan kapal-kapal Angkatan Laut ke Teluk Aden untuk melindungi alur laut di sana. Kami akan membuat pengumuman resmi ketika saatnya tiba,” ungkap juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Liu Jianchao, Kamis (18/12).

Surat kabar pemerintah, Global Times, mengutip sumber AL, melaporkan, China akan mengirimkan dua kapal perusak dan satu kapal logistik ke Teluk Aden untuk membantu armada internasional memerangi perompakan di wilayah tersebut.

Armada China itu akan berangkat dari pangkalan AL wilayah selatan di Pulau Hainan, setelah tanggal 25 Desember, untuk misi selama tiga sampai empat bulan di perairan Somalia.

Pertama kali

Keputusan China mengirimkan kapal perang itu terdorong dengan peristiwa terbaru di mana awak sebuah kapal China terpaksa bertarung dengan para perompak yang berusaha naik ke kapal mereka di Teluk Aden, Rabu. Mereka mendapat bantuan pasukan koalisi internasional yang diberi informasi oleh Biro Maritim Internasional.

Liu Jianchao mengatakan, tujuh kapal, baik yang dimiliki oleh perusahaan pelayaran China, membawa para awak warga China, maupun membawa barang dari China, telah diserang oleh para perompak di Teluk Aden dalam 11 bulan pertama tahun ini.

Menurut Shen Shishun, pakar di Chinese Institute of International Studies, sebuah kelompok pemikir pemerintah, keikutsertaan China akan merupakan yang pertama kalinya dalam sejarah modern, dengan AL negara itu melakukan sebuah misi jauh di luar perairan China.

Pasukan Komando Denmark Berhasil Menggagalkan Aksi Bajak Laut Perompak Terhadap Kapal Pesiar

Armada kapal perang koalisi internasional berhasil menggagalkan upaya perompak Somalia merompak sebuah kapal pesiar mewah. Pihak Angkatan Laut Denmark, Senin (1/12), menegaskan, upaya perompakan ini berlangsung di Teluk Aden akhir pekan lalu.

Juru bicara AL Denmark menolak menyebutkan nama kapal perang dan kapal pesiar yang hendak dirompak. Namun, media Denmark menulis, kapal pesiar Nautica dengan 400 penumpang dan 200 awak menjadi sasaran para perompak Somalia.

”Komando taktis AL (Denmark), Minggu, memimpin sebuah operasi militer mencegah aksi perompakan atas sebuah kapal sipil. Aksi ini mendapat bantuan dari sebuah kapal perang dari koalisi,” ujar juru bicara AL Denmark, Jesper Lynge.

Lynge tidak menyebutkan negara-negara yang terlibat dan nama kapal pesiar dimaksud. Mengutip laporan televisi Denmark, TV2 News, disebutkan ada enam hingga delapan perompak dalam dua perahu motor cepat terlihat meluncur ke arah kapal pesiar Nautica. Kapal pesiar ini berlayar dari Florida, AS.

Sebuah kapal perang Perancis yang dikontak pihak AL Denmark meluncurkan helikopter ke lokasi kejadian yang kemudian memaksa para perompak membatalkan niat mereka.

Denmark mengambil komando gugus tugas AL multinasional yang berkekuatan 150 kapal pada 15 September lalu, yang bertujuan memberantas perompakan dan penyelundupan senjata di wilayah utara Samudra Hindia.

Menteri Pertahanan Denmark Soeren Gade pekan lalu mengumumkan, AL Denmark menggelar kapal perang Absalon di kawasan itu. Misi ini akan berakhir pada 12 Januari dan diperpanjang sampai 1 April.

Tanker Sirius Star

Perompak yang menguasai tanker raksasa Arab Saudi, Sirius Star, dengan 2 juta barrel minyak, Senin, mengatakan, mereka masih terbuka untuk perundingan pelepasan tanker yang sudah dikuasai lebih dari dua pekan ini. Tanker dengan nilai minyak mentah mencapai sekitar 100 juta dollar AS ini disekap di Harardhere, utara Mogadishu.

Per telepon, pemimpin perompak menegaskan, pihaknya siap berunding untuk pembebasan tanker. ”Kami tidak lagi mengancam, tetapi kami siap berunding,” ujar pemimpin perompak, Mohamed Said. Dia meminta pemilik tanker agar berhubungan dengan orang yang tepat.

Upaya pembebasan tanker Sirius Star yang dirompak sejak 15 November tetap belum jelas. Presiden Somalia Abdullahi Yusuf Ahmed dalam wawancara dengan harian Arab Saudi, Okaz, Senin, menyebutkan bahwa tanker Arab Saudi itu akan segera dilepas tanpa uang tebusan.

”Tidak benar bahwa perompak telah meminta tebusan jutaan dollar bagi pelepasan tanker,” ujar Abdullahi. ”Kami yakin upaya para pemimpin suku dan pejabat pemerintah akan menghasilkan pelepasan segera tanker tanpa tebusan,” lanjutnya.

Perompak menuntut tebusan 25 juta dollar AS, kemudian dikoreksi menjadi 15 juta dollar AS. Aksi ini sempat mengguncang maritim internasional karena pertama kali menimpa sebuah tanker penuh minyak mentah. Peristiwa ini mengakibatkan biaya asuransi pelayaran meningkat dan banyak kapal serta tanker yang mengalihkan pelayaran melalui Tanjung Harapan, Afrika Selatan.

Sekalipun ada sejumlah kapal perang dari koalisi internasional di wilayah itu, aksi perompakan terus saja terjadi, sebagaimana dialami kapal pesiar Nautica akhir pekan lalu. Sudah puluhan kapal dirompak di perairan Somalia dan masih di tangan para perompak

Empat Wartawan Asing Diculik Oleh Para Perompak Bajak Laut Somalia

Sedikitnya empat wartawan yang terdiri atas seorang Inggris, seorang Spanyol, dan dua orang Somalia diculik di Puntland, wilayah Somalia utara yang memisahkan diri. Demikian kata sejumlah pejabat dan saksi mata, Rabu (26/11).

Penculikan itu tampaknya terjadi di kota pelabuhan Bosasso, di mana sejumlah warga asing diculik dalam setahun ini, tetapi masih ada kesimpangsiuran mengenai kewarganegaraan mereka yang diculik.

“Kami menerima laporan-laporan yang mengatakan bahwa dua wartawan asing diculik bersama dua wartawan lokal. Kedua orang asing itu berkewarganegaraan Inggris dan Spanyol,” kata Abdulkebir Musa, Asisten Menteri Puntland Urusan Pelabuhan kepada AFP.

“Itu terjadi sekitar pukul 11.00 waktu setempat. Sejauh ini belum ada pihak yang mengklaim penculikan ini. Kami tidak memperoleh tanda dari sopir atau mobil itu,” katanya.

Penasihat Kepresidenan Puntland Bile Mohamoud Qabowsade sebelumnya mengatakan kepada AFP, dua warga asing yang diculik adalah orang Spanyol dan orang Perancis. Namun, tidak ada konfirmasi lain bahwa seorang warga negara Perancis telah diculik.

Pernyataan yang disampaikan asisten menteri itu dikonfirmasi oleh Manajer International Village, hotel tempat kedua wartawan asing itu menginap. “Mereka meninggalkan hotel mungkin sekitar pukul 10.00 (pukul 14.00 WIB). Mereka memesan penerbangan sehari sebelumnya. Mereka mengatakan kepada saya bahwa mereka akan pergi ke Djibouti,” kata Abdullahi kepada AFP. “Mereka dijemput oleh pengurus dan petugas keamanan sama yang menjaga mereka,” katanya.

“Kemudian seorang pegawai perusahaan penerbangan menelepon saya untuk menanyakan ke mana orang-orang itu karena mereka belum datang. Saat ini lah saya menyadari bahwa mereka mungkin telah diculik,” kata manajer hotel itu.

Manajer perusahaan penerbangan Dallo di Bosasso yang dihubungi AFP mengatakan, kedua orang itu telah memesan penerbangan namun tidak pernah muncul di pesawat yang akan membawa mereka. Bosasso adalah kota pelabuhan di mana geng-geng bersenjata menyelundupkan segala sesuatu mulai dari senjata hingga imigran melewati Teluk Aden.

Puntland, sebuah wilayah di Somalia utara yang mendeklarasikan diri sebagai negara terpisah, juga menjadi markas kelompok-kelompok perompak yang membajak kapal-kapal di Teluk Aden.

Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun ini.

Menurut Biro Maritim Internasional, sedikitnya 83 kapal diserang perompak di kawasan itu sejak Januari, 33 diantaranya dibajak. Dari jumlah itu, 12 kapal dan lebih dari 200 orang awak masih ditahan oleh perompak.

Uni Eropa (EU) telah memulai operasi keamanan di lepas pantai Somalia, sebelah utara Kenya, untuk memerangi aksi perompakan yang meningkat dan melindungi kapal-kapal yang mengangkut bantuan kemanusiaan. Itu merupakan misi laut pertama EU.

NATO juga telah mengirim sejumlah kapal untuk mengawal kapal-kapal Badan Pangan Dunia PBB yang mengangkut bantuan makanan ke pelabuhan-pelabuhan Somalia. Dewan Keamanan PBB telah menyetujui operasi penyerbuan di wilayah perairan Somalia untuk memerangi perompakan, namun kapal-kapal perang yang berpatroli di daerah itu tidak berbuat banyak, menurut Menteri Perikananan Puntland Ahmed Saed Ali Nur.

Pemerintah transisi lemah Somalia, yang saat ini menghadapi pemberontakan berdarah, tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.

Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka. Somalia dilanda kekerasan sejak penggulingan diktator Mohamed Siad Barre pada 1991

Bajak Laut Perompak Somalia Kini Membajak Kapal Yaman Setelah Sukses Besar Memeras Kapal Yunani

Kelompok perompak Somalia kembali merompak sebuah kapal barang milik Yaman di Teluk Aden. Kapal yang diidentifikasi bernama MV Amani itu kemungkinan dirompak akhir pekan lalu dan sampai saat ini tidak diketahui keberadaannya serta jumlah awak dan kondisinya.

Hal itu disampaikan Andrew Mwangura, Koordinator Program Bantuan bagi Para Pelaut Afrika Timur untuk Wilayah Kenya, Selasa (25/11). ”Kami mendapat informasi bahwa Amani telah dibajak, tetapi kapal itu sudah bisa dikontak sejak empat hari lalu. Jadi, tidak diketahui pasti kapan sesungguhnya kapal itu dirompak,” papar Mwangura yang tidak mempunyai informasi lebih rinci mengenai perompakan itu.

Jika benar kapal itu menjadi korban perompakan, peristiwa tersebut kembali menunjukkan kemampuan perompak mengelabui tak kurang dari 15 kapal perang multinasional yang berpatroli di sekitar Teluk Aden.

Kementerian Dalam Negeri Yaman membenarkan bahwa perompak Somalia telah membajak sebuah kapal barangnya di Laut Arabia. Kapal itu tak bisa dikontak sejak Selasa pekan lalu, tetapi nama yang diberikan berbeda, yaitu Adina, dengan bobot mati 517 metrik ton.

Armada Kelima AS yang berbasis di Bahrain tidak bisa memastikan terjadinya perompakan kapal tersebut.

Siap perangi perompak

Menyikapi perompakan kapal yang disewa Iran, pekan lalu, seorang pejabat senior Iran mengatakan, Iran bisa menggunakan kekuatan terhadap para perompak itu apabila diperlukan.

Wakil Menteri Transportasi Iran Ali Taheri menyampaikan, masalah perompakan itu harus dihadapi dengan sikap tegas.

”Iran meyakini perlunya ada tindakan serius terhadap para perompak dan tentu saja kami mempunyai kekuatan militer yang mampu memerangi mereka,” papar Taheri.

Selasa pekan lalu, seperti dilaporkan Press TV Iran, perompak Somalia menguasai sebuah kapal barang berbendera Hongkong, Delight, yang disewa sebuah perusahaan Iran berikut 25 awak kapalnya. Kapal itu membawa 36.000 ton gandum.

Sekjen Liga Arab Amr Mussa, Senin, juga telah meminta negara-negara Arab membentuk sebuah kekuatan angkatan laut untuk memerangi maraknya perompakan di lepas pantai Somalia. ”Pasukan ini bisa bekerja sama dengan kekuatan-kekuatan lainnya di kawasan untuk melindungi keamanan,” papar Mussa.

Dia menambahkan, negara-negara Arab punya perjanjian kerja sama di bidang militer, yang memungkinkan operasi bersama.

Wakil-wakil dari negara-negara sekitar Laut Merah mengumumkan di Kairo, Kamis, bahwa mereka akan menunjuk komisi-komisi militer untuk membuat rekomendasi mengenai cara mengatasi perompakan.

Jerman sumbang fregat

Departemen Pertahanan Jerman, Selasa, memaparkan akan menyumbangkan sebuah fregat dan sekitar 1.400 tentara ke misi antiperompakan Uni Eropa di lepas pantai Somalia.

Harian The Frankfurter Allgemeine Zaitung, mengutip sumber yang dirahasiakan, menyebutkan, sekitar 500 personel akan ditempatkan di fregat. Juga akan ditempatkan pasukan komando di atas kapal barang milik Jerman yang akan berlayar ke kawasan lepas pantai Somalia itu.

Misi Uni Eropa yang dimulai 8 Desember itu akan mengerahkan lima sampai enam kapal perang untuk berpatroli di Teluk Aden dan perairan Samudra Hindia.

Sebelumnya, Ketua Komisi Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Javier Solana mengatakan, misi itu dibekali aturan yang memungkinkan penggunaan semua cara untuk melindungi dan menangkal.

Beberapa analis keamanan menyampaikan, perompakan terhadap tanker raksasa Saudi menunjukkan betapa mudahnya menyerang sebuah kapal. Ini merupakan titik rawan yang bisa dimanfaatkan Al Qaeda untuk menyerang obyek-obyek ekonomi global. Hal itu juga menggambarkan lebih besarnya risiko pelayaran global terhadap serangan teroris ketimbang penerbangan.

Al Qaeda telah melancarkan atau merencanakan sejumlah serangan laut pada masa lalu. Salah satunya adalah pengeboman bunuh diri terhadap kapal perang AS, USS Cole, tahun 2000 yang menewaskan 17 pelaut AS.

”Ada argumen bahwa kelompok teroris tidak mempunyai kemampuan yang cukup untuk menguasai sebuah kapal. Namun, pengalaman Somalia menunjukkan, tidak diperlukan keahlian tinggi untuk melakukannya,” kata Ian Storey, peneliti di Institute of Southeast Asian Study, Singapura

Wilayah Tanpa Hukum dan Suksesnya Aksi Perompak Bajak Laut Di Somalia Akan Mendorong Aksi Serupa Di Selat Malaka Indonesia

Maraknya aksi perompakan di lepas pantai Somalia dan sekitar Teluk Aden, serta keberhasilan para perompak mendapatkan uang tebusan dari aksinya, bisa mendorong maraknya lagi aksi-aksi perompakan di perairan Asia, khususnya sekitar Selat Malaka.

”Saya yakin banyak penjahat dan jaringan kejahatan di Asia menyaksikan peristiwa-peristiwa di Somalia dengan perhatian yang besar,” ungkap Noel Choong, Ketua Pusat Pelaporan Perompakan Biro Maritim Internasional, Senin (24/11) di Kuala Lumpur.

Selat Malaka yang memisahkan Semenanjung Malaysia dengan Pulau Sumatera merupakan salah satu jalur laut tersibuk di dunia, yang dilayari lebih dari 70.000 kapal tahun 2007, termasuk kapal-kapal yang memasok sekitar 80 persen kebutuhan energi bagi Jepang dan China.

Perompakan di selat itu pada tahun 2005 menjadi sangat serius sehingga pernah dimasukkan sebagai zona risiko perang. Akibatnya, biaya asuransi kapal yang lewat selat itu pun sangat tinggi.

Akan tetapi, upaya terkoordinasi yang dilakukan Indonesia, Malaysia, dan Singapura untuk mengatasi perompakan telah membantu menurunkan jumlah serangan di selat itu sepanjang tahun ini.

”Para perompak Somalia mendapatkan begitu banyak uang dan menghadapi risiko sangat kecil. Setiap kali Anda mempunyai sebuah aktivitas berisiko rendah tetapi pendapatannya besar, hal itu akan mendorong para penjahat.

Data yang dikumpulkan Pusat Informasi Kesepakatan Kerja Sama Regional untuk Perang Melawan Perompakan dan Perampokan Bersenjata terhadap Kapal-kapal di Asia (ReCAAP), yang berbasis di Singapura, menunjukkan kecenderungan umum menurunnya perompakan di kawasan ini sejak tahun 2003.

Namun, India, Vietnam, dan Filipina melihat meningkatnya serangan pada tahun ini dibandingkan dengan tahun 2007. Dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah serangan di sekitar Selat Malaka dan Selat Singapura terjadi, dengan target utama kapal penarik tongkang.

Bantu pendanaan

Untuk pengamanan Selat Malaka, The Nippon Foundation, yayasan yang berbasis di Tokyo yang menanggung sepertiga biaya pemeliharaan bantuan navigasi di Selat Malaka, meminta agar pemilik kapal membantu meringankan beban negara-negara yang memiliki wilayah di Selat Malaka, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Singapura.

”Saya mengimbau kepada pemilik kapal untuk membantu dana yang akan dikelola oleh tiga negara littoral, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Singapura,” ungkap ketua yayasan itu, Yohei Sasakawa, pada sebuah konferensi maritim regional, kemarin.

Sasakawa menambahkan, dengan maraknya perompakan di lepas pantai Somalia yang sudah mengancam rute perdagangan melalui Terusan Suez, pelayaran lebih dari 94.000 kapal per tahun melalui Selat Malaka bisa terganggu ancaman keselamatan.

Berdasarkan usulan anggaran tahun 2009 yang besarnya 8 juta dollar AS, masih ada kekurangan 2,6 juta dollar AS untuk membiayai pemeliharaan navigasi di Selat Malaka. Kekurangan itulah yang diharapkan diperoleh dari negara pengguna dan pemilik kapal. Biaya-biaya itu digunakan untuk pemeliharaan dan pengoperasian lampu suar, lampu penunjuk, dan lain-lain.

Sasakawa mengungkapkan, pemilik kapal enggan memberikan bantuan dana, dengan mengatakan bahwa perairan internasional haruslah bebas dan mereka terpaksa menaikkan biaya pelayaran jika harus menyumbang.

”Saya mengimbau mereka untuk mengubah sikap. Kita perlu mencegah terjadinya kecelakaan sebelum itu terjadi,” ujarnya

Perompak Bajak Laut Somalia Akan Mempertahankan Tindakan Kriminal Mereka Sampai Titik Darah Penghabisan

Perompak Somalia yang menguasai tanker raksasa Sirius Star milik Arab Saudi bertekad membalas setiap serangan dalam upaya membebaskan tanker dengan dua juta barrel minyak mentah itu. Penyerang akan menuai ”malapetaka”.

Para perompak yang bermarkas di Harardhere di utara Mogadishu, ibu kota Somalia, kepada kantor berita AFP menegaskan, mereka kini mengonsolidasikan basis pertahanan mereka dengan menambah orang dan senjata. Setiap aksi militer untuk membebaskan tanker Sirius Star akan menghadapi perlawanan.

”Saya berharap pemilik tanker cukup bijaksana dan tidak melakukan opsi militer apa pun karena akan mendatangkan malapetaka bagi siapa pun. Kami akan mempertahankan tanker jika diserang,” ujar Abdiyare Moalim dari Harardhere mewakili para perompak.

Dikatakan, keinginan perompak jelas. ”Saya baru saja berbicara dengan mereka (perompak) dan mereka menegaskan tidak ingin menghancurkan tanker atau menyakiti awak tanker. Mereka hanya berharap bisa memperoleh uang tebusan yang diminta,” ujar Moalim.

Penduduk lokal kepada AFP mengatakan, para perompak terus menambah kekuatan dengan sedikitnya 10 personel bersenjata lengkap. Personel tambahan bergabung dengan perompak yang berada di atas tanker yang buang sauh di Harardhere.

Tanker berisi dua juta barrel minyak mentah bernilai 100 juta dollar AS ini dirompak pada 15 November di lepas pantai Kenya. Tanker dengan 25 awaknya digiring ke Harardhere dan pembajak mengajukan tebusan sebesar 25 juta dollar AS. ”Setiap pagi saya melihat 10 perompak bersenjata berat bergerak ke tanker. Perahu motor langsung balik setelah menurunkan muatannya,” ujar Hassan Ahmed, nelayan setempat.

Penduduk juga mengatakan, milisi dari suku-suku dan kelompok militan berdatangan ke desa itu dalam dua tiga hari ini dan melakukan pengepungan.

Kelompok perlawanan Shebab, yang menguasai sebagian besar wilayah Somalia, berulang kali menegaskan sangat menentang aksi perompakan. Mereka berniat menghancurkan kelompok perompak. Namun, seorang pejabat di Harardhere mengakui, kelompok Shebab di kawasan itu tidak berniat menyerang kelompok perompak. Penduduk setempat mengatakan, aksi perompakan ini muncul karena ketamakan akan uang tebusan.

Tak dihancurkan

Tanker Sirius Star merupakan kapal terbesar yang dirompak di seputar perairan Somalia. Tanker kini berada di Harardhere sekitar 300 kilometer utara Mogadishu, wilayah yang praktis tanpa hukum.

Perompak hari Kamis memberikan waktu 10 hari bagi pemilik tanker membayar tebusan 25 juta dollar AS. Seorang perompak yang mengaku sebagai Mohamed Said menegaskan, pihaknya berharap Vela International, perusahaan perkapalan dari perusahaan minyak Saudi Aramco, membayar tebusan dan tidak memilih opsi militer.

Perompak berjanji tidak akan menghancurkan tanker. Namun, tidak dirinci apa konsekuensinya jika pemilik tanker tak membayar tebusan dalam 10 hari. Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Saud al-Faisal menolak setiap perundingan dengan perompak.