Monthly Archives: October 2010

80 Gerilyawan Tewas Dalam Serangan Mendadak Dari Segala Arah Taliban Terhadap Markas NATO Yang Gagal Total

Seorang pejabat Afghanistan mengatakan, 80 gerilyawan Taliban tewas dalam serangan yang gagal terhadap pos terluar Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dekat perbatasan dengan Pakistan.

“Informasi terkini adalah kami menerima dari sumber-sumber intelijen yang menunjukkan bahwa 80 gerilyawan Taliban tewas. Jenazah-jenazah pejuang itu berada di medan pertempuran,” kata Mukhlis Afghan, juru bicara gubernur Provinsi Timur Paktika, Sabtu (30/10/2010).

NATO mengatakan sebelumnya, 30 gerilyawan Taliban tewas pada saat tentara internasional membalas serangan mereka di pos terluar di distrik Barmal, yang terletak di perbatasan Pakistan, wilayah suku Waziristan Utara.

Pernyataan Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) NATO, gerilyawan melancarkan serangan pada pukul 01:30 waktu setempat, Sabtu, “dari semua arah” menggunakan granat yang ditembakkan dengan roket, mortir dan senjata-senjata api. Lima tentara ISAF cedera, menurut mereka.

Ditambahkan bahwa mereka hingga kini sedang bertempur. “Pasukan koalisi minta bantuan tim senjata udara dan dukungan udara terdekat dalam pertempuran itu. Sebuah pesawat tempur koalisi kemudian menyerbu posisi gerilyawan dengan tiga senjata dipandu alat presisi,” katanya.

“Tim senjata udara juga menyergap sejumlah besar gerilyawan di dekat pos terluar,” katanya. “Operasi awal melaporkan lebih dari 30 gerilyawan tewas dalam serangan mereka yang gagal terhadap pos terluar.”

Kedekatan pos tempur ke perbatasan menunjukkan kemungkinan gerilyawan telah menyeberang dari Pakistan, tempat dewan kepemimpinan Taliban diyakini berpangkalan di sana.

Pemberontakan di Afghanistan kini memasuki tahun ke-10 sejak rezim Taliban ditumbangkan dalam serangan dipimpin Amerika Serikat (AS) pada akhir 2001. Pada Oktober tahun lalu, delapan tentara AS tewas dan 22 cedera setelah pos terluar kecil mereka di Provinsi Nuristan —juga berbatasan dengan Pakistan— diserang oleh sekitar 300 pejuang.

Sekeluarga Terdiri Dari 13 Orang Tewas Setelah Melihat Penampakan Setan

Ini tragedi memilukan di negeri rasional. Sebuah keluarga terdiri dari 13 orang, termasuk bayi, dicekam ketakutan karena penampakan setan di sebuah apartemen di Versailles, Perancis. Dari 13 orang itu, 11 di antaranya langsung terjun dari lantai dua. Seorang bayi tewas seketika.

Bagaimana itu bisa terjadi?

Odile Faivre, deputi jaksa Versailles kepada Sky News, mengatakan, 13 orang itu sedang menonton televisi di lantai dua apartemen. Sekitar pukul 03.00 dini hari, seorang pria dari mereka mendengar bayinya menangis.

Pria keturunan Afrika itu lantas bangkit dan membuatkan susu untuk si bayi. Dia melakukan itu sambil tetap bertelanjang bulat. Nah, saat itulah, beberapa orang di situ melihat si pria dan langsung terkejut. Ada yang berteriak, “Ada setan… ada setan..!”

“Pria itu mengalami luka serius di tangannya karena tertusuk pisau sebelum dia terjun dari apartemen itu melalui pintu,” katanya. Sesaat kemudian, 10 orang lainnya terjun karena ketakutan. Tidak jelas siapa penusuk si pria tadi, namun seorang bayi di antara mereka tewas.

Truk Logistik NATO Di Pakistan Kembali Diserang Taliban

Sekelompok orang bersenjata di Pakistan barat daya membakar dua truk pengangkut logistik untuk pasukan NATO yang sedang memerangi Taliban di Afganistan, kata polisi, Minggu (24/10). ”Dua orang mengendarai sepeda motor melepaskan tembakan, melukai sopir truk di kota Baghbana, Distrik Khusdar, Provinsi Baluchistan,” kata pejabat polisi setempat, Mohammad Azam. Ketika sopir turun, mereka menyiramkan bensin dan membakar truk itu.

Setelah itu, para penyerang melarikan diri. Dalam insiden lain, sehari sebelumnya, sekelompok orang bersenjata membakar sebuah truk bahan kebutuhan pokok di dekat kota Wadh di Khuzdar, 360 kilometer selatan ibu kota Provinsi Quetta, kata Azam. Provinsi Baluchistan, yang berbatasan dengan Iran dan Afganistan, dilanda kekerasan akibat pemberontakan regional dan kekerasan oleh Taliban.

Megi Mengamuk dan Menewaskan 59 Orang

Taifun Megi, yang sempat mengamuk sebagai angin topan kategori 5, diturunkan statusnya menjadi badai tropis biasa saat masuk semakin jauh ke daratan China, Minggu (24/10). Megi telah menewaskan 59 orang sepanjang pekan lalu, yakni 28 orang di Filipina dan 31 orang di Taiwan.

Peringatan bahaya taifun telah dicabut oleh Pemerintah China, Minggu pagi, setelah sehari sebelumnya kecepatan angin Megi telah turun menjadi 108 kilometer (km) per jam. Saat pertama menerjang Filipina, Senin pekan lalu, kecepatan angin taifun tersebut mencapai 260 km per jam.

Meski demikian, curah hujan masih sangat tinggi, mencapai 33 sentimeter (cm) pada Sabtu dan memaksa 313.700 warga desa- desa pesisir selatan China mengungsi. Kerugian di kota Zhangzhou, Provinsi Fujian, mencapai 1,5 miliar yuan (Rp 2 triliun).

Tim pencari di Taiwan pada hari yang sama juga menemukan reruntuhan kendaraan yang diduga adalah bus wisata yang mengangkut 19 turis asal China. Bus tersebut adalah satu dari beberapa bus wisata yang sedang berada di jalan bebas hambatan Ilan, Taiwan timur laut, saat tanah longsor terjadi, Kamis malam. Semua penumpang diduga tewas.

Sembilan orang ditemukan tewas di sebuah biara Buddha yang terkubur tanah longsor dan tiga lainnya tewas karena tenggelam setelah rumah mereka di Provinsi Ilan kebanjiran.

Seiring dengan semakin melemahnya Megi, jalur feri yang menghubungkan Xiamen, kota pelabuhan di Fujian, dengan Jinmen di Taiwan kembali dibuka, Minggu, setelah ditutup selama dua hari. Sedikitnya 80 penerbangan di Bandara Xiamen juga sempat dibatalkan karena amukan Megi.

Di Vietnam, jumlah korban tewas akibat banjir yang melanda bagian tengah negara itu menjadi 75 orang. Hujan sangat deras terjadi di Vietnam saat ekor taifun Megi melintas, menyebabkan banjir yang menenggelamkan 280.000 rumah dan memaksa 170.000 orang mengungsi.

Di Thailand, korban tewas akibat banjir sudah mencapai 23 orang dan sekitar 1,3 juta warga terkena dampak bencana yang melanda 30 provinsi di bagian utara, timur, dan tengah

Popularitas Sarkozy Terus Menurun Karena Menaikan Usia Pensiun

Protes-protes terhadap rencana Presiden Perancis Nicolas Sarkozy menaikkan usia pensiun mencapai titik balik hari Minggu (24/10) setelah sepekan pemogokan, demonstrasi, dan blokade bahan bakar minyak. Dengan ribuan keluarga membawa anak- anak mereka berlibur dan parlemen siap memberi RUU pensiun itu pengesahan resmi terakhir, Sarkozy berharap gerakan protes massal tersebut mulai mereda.

Namun, dengan jajak-jajak pendapat memperlihatkan semakin tidak populernya presiden itu, serikat-serikat pekerja dan badan-badan mahasiswa telah menyatakan sedikitnya dua hari lagi aksi dan pemogokan tetap dilakukan di sektor bahan bakar.

Sebuah jajak pendapat oleh lembaga IFOP untuk surat kabar mingguan JDD memperlihatkan rating Sarkozy anjlok menjadi di bawah 30 persen untuk pertama kalinya, membendung harapannya bahwa pengesahan RUU itu bisa mendorong kembali pamor politiknya.

Mahasiswa Perancis merencanakan berunjuk rasa hari Selasa untuk membela hak pensiun pada usia 60 tahun. Serikat-serikat pekerja juga telah mengimbau dilakukannya mogok dan unjuk rasa yang ketujuh hari Kamis.

Sementara itu, keluarga-keluarga yang berharap bisa menikmati libur sekolah menghadapi terlambatnya kereta api dan kurangnya BBM saat pemogokan memasuki hari ke-12.

Menteri Lingkungan Jean-Louis Borloo mengatakan, kekurangan BBM telah mereda, tetapi mengakui diperlukan waktu agar keadaan kembali ke normal. Sepertiga dari SPBU di Perancis sempat tutup karena kekurangan BBM.

RUU pensiun disetujui oleh Senat hari Jumat. Hari Senin ini teks akan digabungkan dengan draf yang telah disetujui sebelumnya oleh majelis yang lebih rendah.

Pemerintah mengharapkan teks gabungan itu kemudian akan menerima persetujuan akhir oleh Majelis Nasional hari Rabu, meningkatkan usia pensiun minimal dari 60 tahun menjadi 62 tahun sebelum 2018 dan meningkatkan masa kontribusi gaji menjadi 41 tahun.

Sarkozy membela langkah itu sebagai ”tak terhindarkan” menghadapi semakin meningkatnya jumlah penduduk Perancis dan bertambahnya defisit anggaran. Namun, mereka yang menentang menuduhnya mengorbankan pekerja dan melindungi kaum kaya dan dunia keuangan.

Presiden Sarkozy akan menghadapi pemilihan kembali tahun 2012 dan Partai Sosialis telah mengatakan bahwa apabila nanti kandidatnya menang dan terpilih sebagai presiden, dia akan mengembalikan usia pensiun menjadi 60 tahun

Ternyata Al Qaeda Juga Suka Memakai Paspor Palsu Dalam Aksi Pembunuhan

Dokumen rahasia yang dirilis situs WikiLeaks, seperti dikutip jaringan televisi Al Jazeera, mengungkap operasi Tanzim Al Qaeda di Irak yang mendapat dukungan dana dan sumber daya manusia dari luar serta keterlibatannya dalam aksi-aksi ledakan di negara itu.

Dokumen rahasia itu mengutip ribuan laporan lapangan menyinggung keberhasilan pasukan AS menangkap ribuan gerilyawan asing meskipun kemudian sulit menentukan kewarganegaraan mereka. Hal itu karena sebagian besar gerilyawan asing tersebut membawa paspor palsu dan bahkan ada yang sama sekali tidak membawa surat identitas.

Akan tetapi, dari sebagian gerilyawan asing yang membawa dokumen sah menunjukkan bahwa Arab Saudi dan Suriah adalah sumber utama asal gerilyawan asing yang datang ke Irak untuk membantu perlawanan kaum Sunni terhadap pendudukan AS.

Pada tahun 2004 pasukan AS menangkap sekitar 20 gerilyawan asing asal Suriah. Dan berturut-turut ditangkap, 55 gerilyawan asing (2005), 43 gerilyawan asing (2006), 34 gerilyawan asing (2007), dan 12 gerilyawan asing (2008).

Gerilyawan asing asal Arab Saudi yang telah ditangkap sebanyak 58 orang sejak tahun 2004 hingga 2009. Sebanyak tujuh pengusaha Arab Saudi juga ditangkap karena dituduh mendanai operasi Tanzim Al Qaeda di Irak.

Menurut dokumen rahasia itu, Tanzim Al Qaeda berhasil merekrut anggota wanita dengan tujuan untuk memudahkan lolos melewati pos-pos pemeriksaan militer AS ataupun aparat keamanan Irak.

Anggota Tanzim Al Qaeda dari kaum wanita tercatat melakukan 8 serangan bunuh diri di Irak tahun 2007 dan 15 serangan bunuh diri tahun 2008. Serangan itu di antaranya serangan bunuh diri di lapangan sepak bola kota Diyali yang membawa korban 29 orang tewas.

Tanzim Al Qaeda juga merekrut pemuda-pemudi berusia 11 tahun hingga 15 tahun pada periode 2008-2009. Seorang di antaranya adalah pemuda loyalis Tanzim Al Qaeda berusia 14 tahun yang melakukan serangan bunuh diri di kota Kirkuk pada Mei 2009.

Adapun sumber pendanaan Tanzim Al Qaeda di Irak disebutkan berasal dari sumber-sumber dana di luar negeri, seperti Suriah, Arab Saudi, Qatar, dan negara Arab kaya lain di Teluk, serta sebagian juga dari dalam negeri Irak sendiri.

Sebagian dana Al Qaeda didapat pula dari uang tebusan, dari pembebasan sandera yang mereka sekap dengan imbalan uang tebusan itu. Tanzim Al Qaeda juga mendapatkan dana dari perampokan atau pencurian, seperti perampokan uang lebih dari satu juta dollar AS di kantor Kementerian Perminyakan di kota Mosul pada Desember 2008.

Menurut dokumen rahasia tersebut, Tanzim Al Qaeda lahir di Irak akibat invasi AS ke negara itu tahun 2003.

Dikatakan, hingga tahun 2004 belum ada kehadiran Tanzim Al Qaeda di Irak secara signifikan, kecuali hanya segelintir individu loyalis Tanzim Al Qaeda yang dapat ditangkap saat itu dan informasi intelijen tentang aktivitas Ansar al-Islam loyalis Al Qaeda di wilayah Kurdistan.

Nama Tanzim Al Qaeda di Irak mulai diperhitungkan secara serius sejak Juli 2005 ketika pemimpinnya saat itu, Abu Musab Al Zarqawi, berani tampil di publik.

Meski demikian, dokumen rahasia yang dirilis WikiLeaks itu tidak memberikan gambaran peta kekuatan dan gerak Tanzim Al Qaeda secara jelas dan akurat karena aparat keamanan dan dinas intelijen AS sering gagal mengevaluasi secara profesional gerak-gerik Tanzim Al Qaeda di Irak.

Dinas intelijen AS sering berlebihan melihat ancaman Tanzim Al Qaeda di Irak, seperti melihat ancaman Al Zarqawi pada September 2005 untuk menyerang penjara Abu Ghraib dan membebaskan tahanan dari penjara tersebut.

Kartel Narkoba Meksiko Kembali Membantai 30 Anak Anak Yang Sedang Pesta Ulang Tahun

Sekelompok pria bersenjata kembali menebar aksi mautnya pada hari Sabtu (23/10) di Ciudad Juarez, kota perbatasan di Meksiko utara. Mereka menembak mati 13 remaja dan pemuda yang sedang bersukaria merayakan pesta ulang tahun seorang remaja.

Sekitar 20 pria bersenjata api, dengan menumpang dua mobil, menyerang dua rumah bertetangga di perumahan kelas menengah bawah di Distrik Horizontes del Sur, Ciudad Juarez, ibu kota Chihuahua. Saat itu 33 anak muda sedang bersukaria merayakan hari ulang tahun ke-15 seorang remaja pria. Mereka menembak membabi buta hingga 13 orang tewas seketika.

Berdasarkan hasil identifikasi polisi, para korban tewas berusia 13 tahun hingga 32 tahun. Jaksa Agung Chihuahua, Carlos Salas, dalam jumpa pers menjelaskan, di antara korban tewas itu ada 6 perempuan. ”Sebagian besar korban tewas itu adalah pelajar sekolah menengah atas,” kata seorang remaja yang luput dari serangan tersebut.

Salas menjelaskan, kekerasan senjata itu juga menyebabkan 20 orang lain terluka, termasuk seorang bocah pria berusia 9 tahun. Beberapa korban dibawa ke rumah sakit. ”Saya ingin mati bersama putriku. Kami ingin keadilan meski putri saya takkan hidup lagi,” kata seorang ibu meratapi putrinya berusia 19 tahun yang juga tewas.

Polisi menemukan 70 selongsong peluru. Petugas menduga, kekerasan ini melibatkan geng atau kartel narkoba. Ciudad Juarez, kota di seberang El Paso, Texas, Amerika Serikat, telah lama menjadi medan perang antara kartel Sinaloa dan Juarez. Mereka ingin menguasai jalur gemuk peredaran narkoba lintas negara ke Texas.

Kota paling mematikan

Ciudad Juarez termasuk salah satu kota paling mematikan di dunia. Dari sudut kekerasan akibat narkoba, kota ini justru paling mematikan sejagat. Pedagang buah di kota ini, seperti pernah dikutip Harper’s Magazine, sampai mengatakan, ”Iblis pun takut tinggal di sini.”

Ciudad Juarez, kota berpenduduk sekitar 2,1 juta orang, memiliki sekitar 100.000 pencandu, tidak termasuk kaki tangan, pengedar, dan jaringan besar kartel narkoba. Kartel lokal terkenal selain Juarez adalah Los Rebeldes, El Diablo, dan El Grande. Kartel Sinaloa, sering bertarung dengan Juarez, berasal dari pantai barat.

Sejak awal tahun hingga Oktober 2010, 200.000 lebih warga telah pindah keluar dari Ciudad Juarez. Jumlah korban tewas akibat kekerasan dalam 10 bulan terakhir ini sekitar 2.000 orang. Dalam tiga tahun terakhir, lebih dari 6.500 orang tewas. Mereka umumnya dibantai dan ditembak mati antara lain di bar, restoran, dan klinik rehabilitasi narkoba.

Dalam tahun 2010 hingga Oktober, kekerasan yang menyasar rumah pribadi terus meningkat. Sebelum kasus terbaru ini, tepatnya pada 7 Oktober, sekelompok pria bersenjata menyatroni dua rumah. Sebanyak 7 orang tewas di sebuah rumah yang sedang menggelar pesta keluarga. Selain itu, 2 orang juga tewas di rumah tetangganya.

Sebelumnya, 31 Januari lalu, 23 orang tewas dalam dua kekerasan akibat narkoba di Ciudad Juarez. Salah satunya akibat kelompok bersenjata menyerang sebuah rumah yang tengah menggelar pesta ulang tahun remaja SMA. Di antara korban tewas, ada 16 pelajar. Pada 11 Juni, sekelompok pria bersenjata juga menembak mati 19 orang di klinik rehabilitasi narkoba.

Kekerasan terbaru pada hari Sabtu itu juga terjadi tidak jauh dari kasus 31 Januari. Selain itu, dua rumah yang diserang juga terletak 1,5 kilometer dari tempat penyergapan kelompok bersenjata terhadap seorang perempuan, mantan menteri keamanan negara, pada April lalu. Ia selamat dari sergapan itu, tetapi kemudian meletakkan jabatannya.

Korban kekerasan akibat perang antarkartel narkoba di Meksiko kini mulai menyasar ke kompleks perumahan. Korban paling banyak adalah remaja, pelajar dan atlet. Kata penyidik, 13 anak muda yang tewas kali ini akibat geng Juarez yang mencari anggota geng Sinaloa. Di seluruh Meksiko, dalam lima tahun terakhir lebih dari 29.000 orang tewas akibat kekerasan narkoba

Mimpi Diplomasi Indonesia Yaitu Menjadi Pengatur Wilayah Asia Tenggara

Hanya dalam hitungan hari, Konferensi Tingkat Tinggi Ke-17 Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara akan digelar di Hanoi, Vietnam, 28-30 Oktober 2010. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dipastikan hadir. Indonesia ”wajib” hadir, terutama mengingat tahun 2011 akan mendapat giliran mengetuai ASEAN.

Namun begitu, ada banyak kritik dan pertanyaan muncul, terutama dikaitkan dengan kemampuan, efektivitas, serta ”pamor” diplomasi Indonesia yang dalam beberapa kesempatan dinilai tidak lagi setangguh dan sekokoh pada masa lalu.

Pada masa lalu, baik masa kepemimpinan Presiden Soekarno maupun Soeharto, ”kehebatan” serta ”kepiawaian” Indonesia dalam berdiplomasi terbilang amat disegani. Pascareformasi, yang diawali terpuruknya Indonesia dalam krisis multidimensi berkepanjangan, ”pamor” tersebut semakin surut.

Bagaimana Kementerian Luar Negeri menyikapi itu? Berikut petikan wawancara Kompas dengan Menlu Marty Natalegawa, Jumat lalu di Kementerian Luar Negeri di Pejambon, Jakarta.

+ Juru Bicara Pemerintah Thailand Panitan Wattanayagorn pernah memuji Indonesia sebagai satu-satunya negara yang pas memimpin ASEAN. Namun, pascareformasi, peran Indonesia dinilai semakin melemah. Apa benar demikian?

Jawab: Sebagai negara terbesar di kawasan (Asia Tenggara), posisi Indonesia masih menjadi penentu. Namun, berbeda dengan negara berkondisi sama di kawasan lain yang besar, tetapi tidak disukai karena terlalu sering memaksakan kehendaknya, Indonesia justru berperan penting lantaran dia bertindak sebagai faktor pemersatu sekaligus penyeimbang, termasuk di kawasan Asia Tenggara sendiri.

Posisi dan sikap Indonesia seperti itu sangatlah langka, apalagi mengingat biasanya sebuah negara besar kerap memaksakan kehendaknya dengan menggunakan pengaruh kebesaran fisiknya. Amat jarang sebuah negara besar berpengaruh lantaran kekuatan dan kemampuan diplomasinya.

Kalau mau gampangnya saja, kita juga bisa memaksakan kehendak. Namun, dengan menahan diri, Indonesia justru mampu menunjukkan kualitasnya dan malah bisa memayungi semua.

Dalam konteks ASEAN saja kita ini sudah jadi faktor perekat. Dalam konteks lebih luas lagi, Indonesia ingin berperan sebagai penentu keseimbangan yang dinamis (dynamic equilibrium) sebagai suatu konsep yang sekarang coba kami kembangkan.

Sebagai penentu keseimbangan dinamis, Indonesia bisa bergerak dari satu pijakan ke pijakan lain tanpa perlu khawatir. Selain itu, di kawasan tidak ada yang namanya satu negara dominan, melainkan ditandai dengan keinklusifan negara-negara yang ada. Mereka saling berinteraksi demi keuntungan dan kepentingan bersama serta saling menghormati.

Indonesia dengan semua negara bersahabat. Baik dengan China, Jepang, Korea, Amerika Serikat, India, maupun negara besar lain. Istilahnya, million friends, zero enemy. Dengan kemampuan diplomasi kita, Indonesia bisa dengan lincah bergerak dari satu titik berpijak satu ke yang lain. Malah menciptakan keseimbangan di kawasan.

+ Jadi Indonesia tetap punya ”pamor” memimpin, termasuk di kawasan (Asia Tenggara)?

– Ya, justru ibaratnya Indonesia seperti seorang dirigen sebuah orkestra di mana ”alat musik” dan ”suara” dari tiap-tiap negara dalam konteks global bisa saja beragam. Namun, Indonesia-lah yang berperan menyeimbangkannya, seperti dirigen, sehingga musiknya yang terdengar bisa enak dan indah.

Anda bisa lihat dalam proses pembahasan arsitektur kawasan ASEAN setahun belakangan ini. Negara-negara ASEAN sempat gamang dan bahkan vakum sekitar Oktober-November 2009 ketika Australia muncul dengan konsep Komunitas Asia-Pasifik-nya, sementara Jepang juga melontarkan konsep lain, Komunitas Asia Timur (East Asia Community).

Saat itu kita cuma bisa bilang, pokoknya segala sesuatu harus didorong melalui ASEAN tanpa bisa berbuat apa-apa. Padahal, yang namanya kebijakan itu tidak cukup sekadar menyatakan tidak mau, tetapi juga harus sekaligus menyebutkan apa yang kita inginkan.

Indonesia dengan bacaan geopolitik yang kita punya kemudian muncul dengan konsep Keseimbangan Dinamis (Dynamic Equilibrium) tadi. Sementara Singapura malah melontarkan keinginan membentuk ASEAN Plus Eight.

Kenapa mau ditambah lagi jadi delapan, sementara ASEAN Plus Plus (Plus One dan Plus Three) saja sudah sulit. Mengapa mau menyatukan delapan negara yang tercerai-berai semacam Rusia, AS, China, Jepang, Korea, Selandia Baru, Australia, dan India dengan ASEAN? Terbukti usulan konsep Indonesia yang diterima kemudian.

+ Jadi, Indonesia masih dipercaya?

– Ya. Ada beberapa negara yang bahkan meminta Indonesia secara khusus untuk menjadi penengah konflik di antara mereka. Namun, permintaannya, jangan sampai terekspos karena akan mengganggu martabat mereka. Indonesia menerima permintaan itu dan melakukan diplomasi sunyi (quiet diplomacy) antarkedua pihak yang bersengketa itu.

Sejak awal dahulu saya sudah katakan, Indonesia hanya tertarik untuk mencapai hasil atau capaian-capaian konkret, termasuk dalam konteks diplomasi.

Negara G-20 Sepakat Berhenti Membahas Masalah Nilau Tukar Uang Yuan

Kelompok 20 mungkin telah menyatakan gencatan soal mata uang. Namun, penghentian sementara yang dicapai pada akhir pekan lalu tampaknya masih mengandung bibit-bibit kekacauan di kemudian hari.

Para analis menyambut baik kesepakatan yang dicapai oleh para menteri keuangan dalam pertemuan di Korea Selatan selama dua hari, akhir pekan lalu. Para menteri keuangan Kelompok 20 (G-20) sepakat untuk berupaya mencegah kompetisi devaluasi mata uang, tak melakukan perang kurs atau pelemahan nilai tukar mata uang, dan berupaya membuat neraca berjalan seimbang.

Dana Moneter Internasional (IMF) telah diberi kekuasaan untuk mengawasi kesepakatan tersebut walau kesepakatan itu tidak memberikan target angka yang pasti untuk negara seperti China guna menurunkan angka surplus perdagangan mereka.

Pada saat yang sama, G-20 sepakat membuat langkah bersejarah, yaitu mengalihkan sebagian kekuasaan di IMF kepada China dan negara berkembang lain sehingga memberi mereka kekuasaan lebih besar untuk menyatakan pendapat. Pengalihan ini berpotensi menciptakan ketegangan baru dan perpecahan baru di lembaga pengawas finansial dunia itu.

Domenico Lombardi, mantan anggota dewan IMF dan Bank Dunia, mengatakan, Menteri Keuangan Amerika Serikat Timothy Geithner telah menang atas argumen yang disampaikannya bahwa ketidakseimbangan yang besar dalam bidang perdagangan merupakan tantangan baru pada perekonomian global.

”Konsensus G-20 perlahan mengubah posisi AS, tetapi tanpa target angka yang pasti. Tampaknya komitmen ini akan cepat meluntur,” ujar Lombardi yang kini peneliti senior pada Brookings Institution di Washington.

Dia mengusulkan agar China memberi dirinya sendiri ruang untuk bernapas setelah berbulan-bulan mengalami tensi tinggi karena kebijakannya menurunkan kurs yuan.

”China telah berjanji akan membuat fleksibilitas lebih besar lagi pada mata uang mereka sebelum pertemuan tingkat tinggi Toronto. Tetapi, ternyata mereka hanya melakukan hal itu sedikit sekali,” ungkap Lombardi mengacu pada pertemuan para pemimpin G-20 Juni lalu.

Dengan menetapkan target untuk mengurangi surplus neraca berjalan, Washington terus mencari cara baru untuk mendesak China guna melonggarkan kurs yuan. Banyak negara berkembang, termasuk China, menuduh bahwa AS telah sengaja membuat kurs dollar AS melemah terhadap mata uang di dunia sehingga mendapatkan kembali keuntungan ekspor.

Perselisihan antara China dan AS juga membuat negara lain, seperti Jepang dan negara berkembang di Amerika Latin, menyaksikan mata uang mereka menguat hingga mencapai tingkat yang dianggap membahayakan dan merugikan perusahaan ekspor mereka.

Kredibilitas G-20 dalam mengatasi masalah ini tidak ditopang oleh keputusan Menteri Keuangan Brasil Guido Mantega yang tetap menjauhi Korea Selatan.

”Kami tiba di Gyeongju dengan kekhawatiran dan meninggalkannya dengan harapan,” kata Menteri Keuangan Perancis Christine Lagarde. Presiden Korsel Lee Myung-bak dengan bercanda mengatakan akan memutuskan transportasi ke tempat pertemuan hingga ada kesepakatan. Tempat pertemuan dengan bandara Busan berjarak sekitar 90 menit.

Ahn Soon-Kwon, peneliti pada Institut Riset Ekonomi Korea, mengatakan, G-20 telah membuat permulaan yang bagus untuk mengatasi menghindari masalah mata uang. ”Tetapi, jika melihat ke dalamnya, China akan mendapatkan keuntungan lagi karena dengan mengikuti kesepakatan ini justru akan sulit membendung keinginan konsumen di AS untuk berhenti membeli barang murah dari China. Kesepakatan ini akan membantu China berkelit dari kritik Washington,” ujar Marco Annuziata, ekonom dari Unicredit Group di London.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat dan China Bertemu Membahas Masalah Yuan

Menteri Keuangan Amerika Serikat Timothy Geithner bertemu dengan Wakil Perdana Menteri China Wang Qishan di Qingdao, Minggu (24/10). Pertemuan itu terjadi setelah Geithner dan menteri keuangan dari negara G-20 bertemu di Korea Selatan.

Baik Geithner maupun Wang merupakan utusan yang mengurusi masalah ekonomi dari negara masing-masing. Salah satu topik pembicaraan pada pertemuan tersebut adalah masalah mata uang China. Washington amat yakin China telah sengaja menekan mata uangnya hingga jauh di bawah nilai pasarnya.

”Kedua belah pihak bertukar pandangan mengenai hubungan ekonomi antara AS dan China serta pra-persiapan pertemuan tingkat tinggi para pemimpin G-20 di Seoul,” demikian pernyataan yang dikeluarkan oleh Kedutaan Besar AS mengenai pertemuan tersebut.

Presiden AS Barack Obama tampaknya akan bertemu dengan Presiden China Hu Jintao di sela-sela pertemuan tingkat tinggi di Seoul yang akan diselenggarakan pada 11-12 November mendatang. Obama dijadwalkan akan menghadiri pertemuan tersebut, tetapi kedatangan Hu belum diumumkan secara resmi.

Para pejabat AS menolak menyampaikan secara lebih terinci lagi pertemuan antara Geithner dan Wang, yang diperkirakan antara lain membicarakan masalah yuan. China membalas tuduhan AS dengan menyatakan bahwa kebijakan moneter AS yang terlalu longgarlah penyebab penurunan kurs dollar dan mengalirnya dana segar ke negara berkembang karena mencari tingkat imbal hasil yang lebih tinggi.

Pada pernyataan yang dikeluarkan Sabtu lalu, Geithner menyatakan, pertemuan G-20 menyepakati bahwa harus ada kenaikan bertahap mata uang dari negara yang mengalami surplus besar.

Menurut Geithner, diperlukan upaya lebih banyak lagi untuk mencapai stabilitas ekonomi internasional jika ingin melihat pemulihan global sukses.