Presiden Parlemen Eropa Martin Schulz mengatakan, Rabu (17/10/2012), bahwa dia bersama Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso dan Presiden Uni Eropa Herman Van Rompuy, akan bersama-sama menerima Hadiah Nobel Perdamaian di Oslo, Norwegia.
Schulz mengatakan, dia sudah bertemu dengan Barroso dan Von Rompuy pada Selasa malam di Brussels, Belgia. Dalam pertemuan itu, diputuskan penghargaan tersebut akan mereka terima bersama. “Kami akan pergi bersama, kami bertiga,” jelas Schulz di Paris, usai pertemuan dengan Presiden Perancis Francois Hollande.
Meskipun demikian, lanjut Schulz, mereka belum memutuskan siapa dari mereka yang akan memberi kata sambutan pada acara penganugerahan Hadiah Nobel Perdamaian di Oslo, pada 10 Desember mendatang.
“Dalam pandangan saya, yang penting bukan siapa yang memberi sambutan. Yang penting adalah, tiga institusi Eropa hadir di sana,” tegasnya.
Pada Jumat pekan lalu, Komite Nobel mengumumkan Hadiah Nobel Perdamaian 2012 dimenangi oleh Uni Eropa karena berhasil menciptakan perdamaian selama lebih dari setengah abad di benua yang terkoyak Perang Dunia II. Keputusan itu mendapat pujian sekaligus cemoohan.Komite Nobel Perdamaian 2012 menganugerahkan Hadiah Nobel Perdamaian 2012 kepada Uni Eropa sebagai ”penghargaan untuk enam dekade perdamaian, rekonsiliasi, demokrasi, dan hak asasi”.
Alasan ini sekaligus pilihan komite terhadap UE memunculkan kecaman dahsyat.
Benar, UE damai selama enam dekade terakhir. Namun, damai semata tak memenuhi kriteria penerima Hadiah Nobel. Demikian isi artikel di The Vancouver Sun, harian di Kanada, Selasa (16/10), berjudul ”Hadiah Nobel Perdamaian UE Menggambarkan Ketidakrelevanan Penghargaan Itu”.
Berdasarkan penelaahan Frederik Heffermehl, pengacara Norwegia, Hadiah Nobel diberikan bukan untuk kedamaian atau perdamaian, melainkan untuk para kampiun perdamaian.
Situs Bloomberg juga turut mengkritik. Situs ini menelaah surat wasiat Alfred Nobel pada tahun 1901. Isi wasiat Nobel dengan jelas menekankan, ”Komite harus menemukan orang yang telah terbukti melakukan karya terbaik demi persaudaraan di antara bangsa-bangsa, abolisi dan pengurangan tentara, serta terbukti kukuh mendorong dan menjunjung tinggi perdamaian.”
David Swanson dari Global Research, lembaga pemikir Kanada, menuliskan artikel berjudul ”Mengapa Eropa Tak Layak Menerima Hadiah Nobel Perdamaian”, 15 Oktober. ”Tanyakan warga Suriah, Libya, Afganistan, dan lihat apa persepsi Irak. Jauh dari karya besar soal perdamaian, Eropa malah turut mendukung AS dengan unjuk kekuatan guna memaksakan kehendaknya di dunia,” tulis Swanson.
NATO dan Jerman
Sementara organisasi hak asasi manusia yang bermarkas di AS, Human Rights Watch, menegaskan, ”UE terbukti tak serius menangani pelanggaran hak asasi manusia, tak memberikan perlindungan memadai terhadap imigran, melakukan diskriminasi terhadap etnis nomaden Roma, dan terjebak aksi kekerasan rasialis.”
UE juga dikritik karena tetap memblokir Turki untuk menjadi anggota UE. Kawasan ini juga terancam separatisme.
Kedamaian UE pun dianggap bukan karya UE, tetapi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Atau lebih cocok jika Hadiah Nobel itu diberikan kepada Jerman yang telah berekonsiliasi dengan tetangga seusai perang dunia.
Ketua Komite Nobel Norwegia Thorbjorn Jagland mengatakan, pilihan ini sesuai dengan momentum UE sedang terancam pecah saat ini. Maksudnya, hadiah itu diberikan untuk mengingatkan UE soal perlunya persatuan.
Harian China Post edisi Selasa menuliskan, ”Alasan seperti ini problematik dan membahayakan keotentikan Nobel.”
Akhir kata, Heffermehl menyimpulkan, komite telah mengabaikan wasiat Alfred Nobel. Uni Eropa meraih Hadiah Nobel Perdamaian 2012 atas peran panjangnya dalam menyatukan benua itu, kata
Komite Nobel Norwegia, Jumat (12/10). Penghargaan tersebut dipandang sebagai dorongan bagi blok itu saat berjuang untuk mengatasi krisis utang yang menggunung.
Komite Nobel memuji peran ke-27 negara Uni Eropa karena mampu membangun kembali benua itu setelah Perang Dunia II dan karena perannya dalam menyebarkan stabilitas ke bekas negara-negara komunis setelah runtuhnya Tembok Berlin tahun 1989.
“Perserikatan itu dan para pelopornya telah lebih dari enam dekade berkontribusi bagi kemajuan perdamaian dan rekonsiliasi, demokrasi dan hak asasi manusia di Eropa,” kata Presiden Komite Nobel, Thorbjoern Jagland di Oslo.
“Dalam suatu periode tujuh puluh tahun, Jerman dan Perancis telah berperang tiga kali. Hari ini perang antara Jerman dan Perancis tidak terpikirkan. Hal ini menunjukkan bagaimana, melalui berbagai upaya dengan tujuan baik dan dengan membangun rasa saling percaya, musuh sejarah dapat menjadi mitra dekat,” kata Jagland ketika menjelaskan keputusan komite itu untuk pemilihan tahun ini.
Presiden Parlemen Eropa, Martin Schulz, menyambut baik penghargaan itu dengan mengatakan, hal tersebut merupakan pengakuan rekosiliasi pasca-perang di Eropa dan akan menjadi inspirasi. “(Kami) sangat terharu dan merasa terhormat bahwa Uni Eropa meraih Hadiah Nobel Perdamaian,” kata Schulz dalam sebuah pernyataan disebarkan di Twitter.
“Uni Eropa adalah tentang rekonsiliasi. Hal ini dapat menjadi inspirasi. Uni Eropa merupakan sebuah proyek unik yang menggantikan perang dengan damai, benci dengan solidaritas.”
Lembaga penyiaran publik Norwegia, NRK, mengatakan satu jam sebelum pengumuman resmi bahwa Uni Eropa akan meraih Nobel Perdamaian.
Terkait pengumuman itu, hadiah senilai 1,2 juta juta dollar akan diberikan Komite Nobel kepada Uni Eropa di Oslo pada 10 Desember mendatang. Ketika Ketua Komite Nobel Norwegia Thorbjoern Jagland, Jumat (12/10/2012), mengumumkan bahwa peraih Hadiah Nobel Perdamaian 2012 adalah Uni Eropa, banyak orang terperangah. Bahkan sampai sehari sebelumnya, pihak yang meraihnya diduga individu, bukan organisasi ini.
Komite itu mengatakan Uni Eropa (UE) layak menerima penghargaan tersebut atas upayanya mempromosikan perdamaian dan demokrasi di Eropa.
“Uni Eropa dan pendahulu-pendahulunya selama lebih dari enam dekade berkontribusi pada kemajuan perdamaian dan rekonsiliasi, demokrasi dan hak-hak asasi di Eropa,” demikian pernyataan resmi itu.
Reaksi dari pemimpin tiga lembaga utama UE adalah ungkapan gembira atas pengakuan itu. Kepala Parlemen Eropa Martin Schulz mengatakan di Twitter, dia “sangat tersentuh, mendapat kehormatan…. UE adalah rekonsiliasi. Itu bisa menjadi inspirasi”.
Sementara Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso mengatakan, itu adalah kehormatan bagi seluruh blok 27 negara itu, dan Ketua Dewan Eropa Herman van Rompuy juga mengatakan, semua merasa bangga bahwa upaya UE menjaga perdamaian dihargai.
Namun, pemberian hadiah prestisius ini bagi UE merupakan hal yang mengejutkan karena diberikan pada saat solidaritas Eropa menghadapi tantangan paling besar dalam puluhan tahun terakhir. UE saat ini berada di tengah makin dalamnya jurang antara negara anggota di selatan yang tenggelam dalam utang dan negara anggota di utara yang lebih kaya, dipimpin oleh Jerman, yang terkesan membantu dengan enggan.
Waktu yang akan memperlihatkan apakah bantuan yang diberikan dengan enggan itu akan mencegah proyek Eropa tersebut tenggelam. Yang jelas, krisis mendalam itu telah memperlebar jurang yang dirasakan warga negara di berbagai negara anggota dan Brussels makin dipandang terlalu jauh dan birokratis.
“UE saat ini sedang menjalani kesulitan ekonomi yang berat dan kerusuhan sosial yang besar,” kata Jagland, Jumat, mengakui masa sulit yang dihadapi organisasi ekonomi dan politik itu.
“Komite Nobel Norwegia ingin memusatkan perhatian terhadap yang dilihatnya sebagai hasil paling penting UE: perjuangan yang berhasil untuk perdamaian dan rekonsiliasi dan untuk demokrasi dan hak-hak asasi. Peran stabilisasi yang dimainkan oleh UE telah membantu mengubah sebagian besar Eropa dari sebuah benua perang menjadi benua perdamaian,” ujar Jagland.
Karya UE, menurut Jagland, merepresentasikan “persaudaraan antarbangsa”, yang memenuhi kriteria Hadiah Perdamaian seperti yang disebutkan Alfred Nobel dalam surat wasiatnya tahun 1895.
Dari ekonomi
UE muncul dari abu Perang Dunia II, lahir dari keyakinan bahwa hubungan ekonomi yang dekat akan menjamin musuh-musuh lama untuk tidak lagi saling serang.
Gagasan sebuah Eropa bersatu mulai mengambil bentuk yang lebih jelas ketika pada 9 Mei 1950, Menteri Luar Negeri Perancis Robert Schuman mengusulkan agar Perancis dan Republik Federal Jerman—dua negara yang sejak lama bermusuhan—menggabungkan industri batubara dan baja mereka di bawah sebuah organisasi baru. Ini untuk memperlihatkan, menurut Schuman, “bahwa perang antara Perancis dan Jerman menjadi bukan hanya tak dapat dipertimbangkan, tetapi juga secara materi tidak mungkin.”
Schuman dan negarawan Perancis lain, Jean Monnet, berpendapat bahwa cara terbaik untuk memulai proses persatuan Eropa adalah melalui pengembangan hubungan ekonomi. Filsafat ini menjadi dasar Traktat Paris tahun 1951, membentuk Masyarakat Batubara dan Baja Eropa (ECSC) dengan anggota Perancis, Jerman, Italia, Belanda, Belgia, dan Luksemburg.
Berdasarkan Traktat Roma tahun 1958, keenam negara itu mendirikan Masyarakat Ekonomi Eropa dan Masyarakat Energi Atom Eropa. Ketiga masyarakat inilah yang tahun 1967 bergabung menjadi Masyarakat Eropa. Ini berkembang lagi menjadi Uni Eropa yang traktatnya ditandatangani di Maastricht tahun 1991. UE kini mempunyai 27 negara anggota, dengan beberapa negara menanti untuk diterima.
Berbeda dengan Hadiah Nobel bidang lain yang peraihnya ditetapkan oleh institusi-institusi di Swedia, peraih Hadiah Nobel Perdamaian ditetapkan oleh Komite Nobel Norwegia.
Negara itu bukan anggota UE. Telah dua kali, tahun 1972 dan 1994, warga Norwegia menolak untuk masuk UE. Menurut jajak pendapat terakhir, tiga perempat penduduknya saat ini menyatakan menentang keanggotaan.
“Ini absurd,” kata Heming Olaussen, pemimpin organisasi anti-keanggotaan UE di Norwegia, mengenai pemberian Hadiah Nobel kepada UE itu. “UE adalah blok perdagangan yang berkontribusi membuat banyak negara tetap miskin,” katanya.
Sementara pemimpin partai independen Inggris, Nigel Farage, menyebut pemberian hadiah itu sebagai lelucon dan menunjukkan “rasa humor” orang Norwegia karena, menurut dia, UE telah menyebabkan kemiskinan dan pengangguran.
Mantan Kanselir Jerman Gerhard Schroeder memuji terpilihnya UE. “Ini datang pada saat yang tepat untuk kebersamaan yang lebih erat di Eropa,” ujar Schroeder.
Janne Haaland Matlary, Profesor Politik Internasional pada Universitas Oslo, yang telah dua kali menominasikan UE untuk hadiah itu, memuji keputusan komite.
“Uni Eropa selama ini telah menjadi pencipta perdamaian yang paling efektif di dunia sejak lahirnya organisasi batubara dan baja tahun 1950-an,” katanya. “Kini konflik militer antaranggota UE adalah hal yang tak mungkin,” kata Matlary.
UE dipilih dari 231 pihak yang dinominasikan, termasuk 43 organisasi lain. Hadiah diberikan dalam bentuk sebuah medali emas, diploma Nobel dan uang senilai 1,2 juta dollar AS, yang akan disampaikan di Oslo, Norwegia, 10 Desember nanti. Belum jelas siapa yang akan mewakili UE menerima hadiah itu.
Walau banyak yang memuji ataupun mencela pilihan peraih Hadiah Nobel Perdamaian tahun ini, yang jelas hadiah itu menjadi dorongan moral bagi blok yang sedang berjuang mengatasi krisis.
Sejarah organisasi ini memperlihatkan, walau menghadapi berbagai kesulitan, UE selalu berhasil mengatasi krisis, bahkan kerap memperkuat integrasinya dalam proses itu. Setidaknya itu terjadi sampai saat ini.
“Ini adalah pesan bagi Eropa untuk melakukan segala hal yang mereka bisa untuk mengamankan hal yang telah mereka capai dan bergerak maju,” kata Jagland, dengan menambahkan pilihan ini juga untuk mengingatkan apa yang bisa hilang seandainya UE dibiarkan runtuh. Uskup Agung Desmond Tutu dan dua calon penerima Nobel Perdamaian 2012 menilai Uni Eropa tidak pantas menerima penghargaan bergengsi itu. Uni Eropa yang juga kelompok beranggotakan 27 negara bertentangan dengan nilai yang ditanamkan penghargaan Nobel Perdamaian ini.
Tutu dari Afrika Selatan, bersama Maired Maquire dari Irlandia Utara dan Adolfo Oerez Esquivel dari Argentina yang masuk dalam nominasi pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2012, meminta pihak panitia Nobel untuk tidak membayar hadiah uang 8 juta kronor atau sekitar Rp 10 miliar kepada Uni Eropa.
Dalam sebuah surat terbuka kepada Yayasan Nobel di Stockholm, Swedia, tiga nominator Hadiah Nobel Perdamaian 2012 ini mengatakan bahwa Uni Eropa jelas bukan salah satu pejuang perdamaian sebagaimana diidamkan Alfred Nobel, yang juga pencetus hadiah bergengsi ini. Hadiah Nobel mulai dimunculkan tahun 1895.
Dalam surat yang diterima kantor bewrita AP, Jumat (30/11/2012) menyebutkan bahwa pemberian hadiah kepada Uni Eropa tidak sesuai dengan pesan perdamaian global yang demiliterisme yang ditekankan Nobel. Uni Eropa tetap sebuah entitas militer. Uni Eropa akan memenangi Anugerah Nobel Perdamaian 2012, kata NRK, menurut radio nasional Norwegia di Oslo, Jumat (12/10/2012).
Penghargaan itu akan diberikan di Oslo pada 10 Desember mendatang. Keputusan itu diambil dengan suara bulat oleh panel beranggotakan lima orang yang dipimpin Sekretaris Umum Dewan Eropa Thorbjoern Jagland.
“Kami mendapat konfirmasi dari orang-orang yang kami percaya yang mengatakan bahwa tahun ini Uni Eropa akan dianugerahi penghargaan tersebut,” kata NRK, satu jam sebelum pengumuman resmi oleh Komite Nobel pada pukul 09.00 GMT.
Belum ada komentar dari Komite Nobel dan delegasi Uni Eropa di Norwegia.
Menurut NRK, penghargaan itu diberikan pada NRK karena badan yang menaungi 27 negara itu berhasil menjaga stabilitas dan perdamaian dari krisis zona euro.
Norwegia, yang menjadi tuan rumah Anugerah Nobel Perdamaian, bukan anggota Uni Eropa, dan tiga per empat penduduknya menolak negara itu bergabung, menurut jajak pendapat terakhir.
Media-media Norwegia sudah biasa “membocorkan” pemenang Hadiah Nobel sebelum pengumuman resmi dari penyelenggara. Tahun lalu, televisi pesaing NRK, TV2, melaporkan bahwa Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf menjadi calon terkuat penerima Hadiah Nobel Perdamaian. Laporan tersebut ternyata benar, dan Sirleaf berbagi dengan dua perempuan lainnya. Sebaliknya, NRK pernah melaporkan calon kuat pemenang, yang ternyata tidak menang.