Pembinaan Olahraga Kacau, Sulit Untuk Menang


Seusai Asian Games 2010, pembinaan dan pelatihan atlet elite sudah harus dilakukan secara detail. Pengurus Besar cabang olahraga bersama pelatihnya harus punya perencanaan pelatihan berdasarkan kondisi riil atlet.

Sebastian Hadi Wihardja, Koordinator Cabang Terukur Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) Utama, Jumat (3/12), mengatakan, supaya pembinaan dan pelatihan bisa dilakukan secara detail, pelatih harus jujur. Terutama jujur tentang kondisi atletnya.

Hadi mencontohkan, dari cabang angkat besi, atlet elite yang baru saja turun di Asian Games 2010, selain harus diperhatikan masalah recovery atau pemulihannya, juga wajib dievaluasi kelemahannya.

Misalnya, masalah cedera yang dialami lifter Jadi Setiadi dan Eko Yuli Irawan dengan masalah black out-nya. Di mana saluran pernapasannya tertekan saat mengangkat barbel. Serta Triyatno dengan cedera lututnya.

Tentu semua itu berpengaruh langsung pada kemampuan angkatan maksimal para lifter yang dilihat dari kekuatan punggung, dada, tungkai, hingga tangannya.

”Saya sudah ngobrol dengan para lifter. Mengenai masalah cedera, selain mendapat perhatian pemulihan dan program latihan yang disesuaikan, juga para atlet harus bisa menjaga dirinya sendiri,” harap Hadi yang sebelumnya juga merupakan Koordinator Pelatih Cabang Terukur Program Atlet Andalan (PAL) yang diprakarsai Menpora.

Untuk itu, ujar Hadi, pelatih mesti tahu juga kondisi dan kemajuan fisik atletnya. Sehingga dengan gabungan penguasaan teknik yang dimiliki dan fisik baik, pelatih bisa melatih atletnya untuk mendapatkan angkatan maksimal yang ditargetkan bersama.

Hal ini berlaku untuk semua cabang yang bakal dipertandingkan di SEA Games 2011. Di mana setiap cabang harus memiliki target dalam melakukan latihan.

Pelatih harusnya tahu secara pasti data kondisi riil atlet dalam performa terbaiknya. Contohnya, Suryo Agung saat membuat rekornas 100 meter, 10,17 detik. ”Saat Suryo bisa mencatatkan waktu itu, pelatihnya harus tahu secara detail kondisi fisik Suryo. Dengan begitu, langkah yang dilakukan Suryo bisa dijadikan patokan bila ia ditargetkan untuk memecahkan rekornya,” ujar Hadi.

Juga untuk balap sepeda. Belajar dari Asian Games, cabang balap sepeda mesti membuat target kecepatan yang mau dicapai pada nomor yang dilombakan.

Buat parameter

Pelatih dan manajer cabang terukur juga sudah harus punya parameter untuk meningkatkan penguasaan teknik yang disertai pelatihan fisik yang dibutuhkan.

Bahkan tambahnya, untuk cabang tidak terukur pun, harus sudah membuat parameternya sendiri. Dengan begitu, setiap latihan, ada target yang harus dicapai. Seperti pada cabang bela diri maupun permainan, tentu bisa dirunut dari kesuksesan bintang di cabang masing-masing.

”Lamting misalnya. Harusnya dia bisa membuat parameter, berapa banyak tendangan per menitnya, yang harus dapat dilakukan setiap atlet agar bisa berada di level SEA Games, Asia maupun dunia,” katanya.

Untuk gerakan tersebut otot apa saja yang harus kuat pada kedua kaki atletnya. Dengan parameter itu, semua latihan yang dilakukan di cabang apa pun, punya tujuan yang jelas. Dengan begitu target yang akan dicapai juga sudah jelas.

 

Leave a comment