Ekspor-Impor dengan Korsel Terancam


Kelancaran ekspor-impor Indonesia dan Korea Selatan terancam kemungkinan gangguan perang. Situasi di Korsel memanas menyusul serangan militer Korea Utara terhadap negara tetangganya itu ke Pulau Yeonpyeong di Laut Kuning.

Ekonom Universitas Gadjah Mada, Sri Adiningsih, seusai Seminar Nasional Akhir Tahun Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Jawa Barat di Bandung, Rabu (24/11), mengatakan, pengusaha di Indonesia harus bersiap-siap terhadap kemungkinan terburuk. Korsel termasuk salah satu mitra dagang terbesar Indonesia.

”Jadi, Korsel adalah salah investor penting dan besar untuk Indonesia sehingga pengaruhnya akan signifikan kalau terjadi perang,” katanya. Jika perang berlangsung, perdagangan Korsel akan terhambat dan pertumbuhan ekonominya merosot, bahkan negatif. Adiningsih mengatakan, nilai perdagangan dengan Korsel sekitar 5 persen dari total ekspor dan impor Indonesia terhadap semua negara.

Akan tetapi, Adiningsih lebih mengkhawatirkan contagious effect (efek menular) daripada perang. Pengaruh Korsel terhadap perekonomian Asia tergolong besar. Jika terjadi perang, negara-negara di sekitar wilayah konflik akan terkena imbasnya.

Indonesia juga mengekspor ke Korsel melalui negara-negara lain. Perang bisa mengganggu ekspor Indonesia yang dilakukan melalui negara-negara tersebut.

”Misalnya, Jepang sudah bersiap-siap dengan berbagai rencana. Rusia juga mempertimbangkan langkah-langkah yang diperlukan,” katanya.

Pasar modal terpukul

Adiningsih menambahkan, potensi kekhawatiran lain adalah kecemasan para investor yang menanamkan dana jangka pendek. ”Kalau muncul persepsi negatif sedikit saja meski persoalannya terjadi di Korsel, dana bisa keluar. Saya khawatir stabilitas ekonomi makro Indonesia,” katanya.

Tak hanya Korsel, dana dari negara-negara lain juga bisa ditarik. Adiningsih mengungkapkan, saat terjadi krisis subprime mortgage di Amerika Serikat tahun 2008, pasar modal di Indonesia terpukul dan nilai rupiah sempat melemah karena efek menular.

”Indonesia tak punya investor subprime mortgage. Ekspor pun berupa kebutuhan sehari-hari dengan pasar yang sederhana. Bukan produk mewah yang terpukul,” katanya. Akan tetapi, banyak dana yang keluar sebagai dampak dari efek menular subprime mortgage.

”Kita harus waspada dan mengikuti perkembangan di Korsel. Mungkin saja sentimen negara-negara lain menjadi negatif,” katanya.

 

Leave a comment