Angkatan Bersenjata Myanmar Terlibat Bisnis Narkotika


Angkatan Bersenjata Myanmar melibatkan diri dalam bisnis ilegal perdagangan narkoba. Hal itu dilakukan dengan menggandeng milisi kelompok minoritas untuk menanam opium di perbatasan. Kelompok milisi yang mendominasi wilayah perbatasan Thailand dirangkul untuk mengembangkan bisnis narkoba.

Laporan dari lembaga swadaya masyarakat Shan Drugs Watch yang disusun Khuensai Jaiyen, Rabu (29/9), Bangkok, mengungkapkan hasil riset Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Riset itu menemukan peningkatan produksi opium di sebelah utara Negara Bagian Shan, salah satu wilayah yang dikuasai kelompok minoritas di Myanmar.

Wilayah Shan merupakan penghasil 95 persen opium di Myanmar. Produksi opium Myanmar kini merupakan yang kedua terbesar di dunia setelah Afganistan.

Pemerintah junta militer Myanmar menggunakan dalih pemberantasan perdagangan narkoba untuk menyerang wilayah kelompok minoritas. Wilayah suku-suku minoritas selama ini memiliki pemerintahan sendiri dan tak mau mematuhi perintah perlucutan senjata serta tak mau mengikuti pemilu Myanmar pada November.

Para pengamat menilai, peningkatan penanaman dan industri opium terutama digeluti oleh kelompok militan China seperti yang ada dalam Tentara Negara Wa Bersatu. Hasil bisnis itu digunakan untuk membeli persenjataan untuk menghadapi kemungkinan serangan pemerintah. Tentara Negara Wa Bersatu menolak berpartisipasi dalam pemilu.

Junta mengaku bertekad memberantas perdagangan opium. Namun, laporan PBB meragukan komitmen itu. Junta sebelumnya mengaku akan memberantas tuntas perdagangan opium pada 2004, tetapi bisnis narkoba malah meningkat pesat.

Bangun pabrik

Kelompok milisi dari suku minoritas telah membangun pabrik-pabrik pengolahan narkoba di sepanjang perbatasan Myanmar-Thailand. ”Para milisi yang terlibat bisnis narkoba diberi konsesi. Ini adalah imbalan atas kepatuhan mereka kepada junta,” ujar Khuensai.

Shan Drugs Watch mengungkapkan, opium dibuat dari bunga poppy dan kemudian diolah menjadi heroin, yang dikembangkan bebas di Negara Bagian Shan. Sebanyak 46 dari 55 kota setingkat kecamatan di Negara Bagian Shan menjadi sentra industri opium yang diolah dengan sepengetahuan militer.

Kantor Urusan Narkoba dan Kejahatan PBB (UNODC) mengungkapkan, jumlah lahan opium tahun lalu 31.700 hektar, meningkat 50 persen sejak 2006.

Myanmar berbatasan dengan China, Thailand, dan Laos. Wilayah perbatasan itu disebut Segitiga Emas sebagai sentra produksi narkoba Asia Tenggara.

Shan adalah wilayah terbesar Myanmar yang dihuni suku-suku minoritas. Sebagian besar warga minoritas tidak memercayai junta. Selama ini mereka ditindas oleh junta.

Hanya sebagian kecil kelompok minoritas yang menganggap Myanmar adalah negaranya. Meski junta mulai mengakui partai politik berbasis kelompok suku, kebijakan itu tidak mendapat sambutan. Junta pada awal September ini menyatakan, pemilu di 300 desa di Negara Bagian Shan akan dibatalkan karena situasi yang tidak kondusif.

Leave a comment