Cadangan Devisa Terkuras Habis Karena Dipakai Membiayai Stimulus Ekonomi


Cadangan devisa di bank-bank sentral beberapa negara terus terkuras. Penyebabnya antara lain karena cadangan itu dipakai untuk membiayai stimulus ekonomi. Di sisi lain, ekspor, yang biasanya memberikan sumbangan terhadap cadangan devisa, merosot karena lesunya order.

Cadangan devisa Korea Selatan (Korsel) turun untuk pertama kali dalam tiga bulan terakhir pada Februari. Pemerintah terus mengucurkan pinjaman ke perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan ekspor.

Per akhir Februari, jumlah cadangan devisa Korea Selatan total sebesar 201,54 miliar dollar AS, turun 200 juta dollar AS dari 201,74 miliar pada akhir Januari 2009. Demikian data yang disampaikan Bank of Korea (BoK), Selasa (3/3).

Cadangan devisa Korsel naik dua bulan berturut-turut pada Desember dan Januari karena ada keuntungan investasi dan pembayaran utang jatuh tempo dari bank-bank komersial.

”Walaupun ada kekhawatiran akan kurangnya ketersediaan dollar AS, lembaga pemeringkat global tidak mengubah pandangan mereka terhadap Korsel. Posisi utang luar negeri Korsel masih setara dengan cadangan devisanya,” demikian pernyataan BoK.

Cadangan devisa Korsel sangat dijaga karena terus menurun di akhir tahun 2008. Cadangan devisa merupakan salah satu penyangga untuk menghadapi guncangan perekonomian global. Cadangan devisa dapat digunakan untuk mempertahankan kurs mata uang agar tidak terlalu bergejolak. Cadangan devisa juga bisa digunakan untuk memelihara likuiditas. Oleh karena itu, semakin cadangan devisa terkuras, bank-bank sentral semakin sedikit memiliki peluru untuk menjaga kurs dan mengelola likuiditas.

Pemerintah Korsel bangga karena cadangan devisa menjadi alat pertahanan terbaik ketika terjadi krisis tahun 1997-1998. BoK juga memperluas akses melalui penandatanganan swap dengan Bank Sentral AS dan bank sentral negara lain.

Sementara itu, Jepang akan menggunakan lima miliar dollar AS dari cadangan devisa untuk membantu perusahaan-perusahaan yang terpukul resesi. Pemerintah akan memberi pinjaman kepada Japan Bank for International Corporation (JBIC) untuk menjaga agar kucuran kredit tetap dapat mengalir ke sektor riil, sebagaimana diungkapkan Menteri Keuangan Jepang Kaoru Yosano. JBIC akan mengalirkan kredit itu ke perusahaan-perusahaan.

”Melihat keadaan yang sangat buruk seperti saat ini kami memutuskan memberi sebagian cadangan devisa ke JBIC. Ini merupakan langkah di luar kebiasaan dan bersifat sementara,” ujar Yosano.

Toyota Motor Corporation telah meminta pinjaman kepada JBIC. Media setempat melaporkan, Toyota mengajukan pinjaman dua miliar dollar AS. Jika dikabulkan, pinjaman itu merupakan pinjaman pertama yang diajukan Toyota ke perbankan.

Jepang memiliki cadangan devisa lebih dari satu triliun dollar AS, merupakan yang terbesar kedua setelah China yang memiliki cadangan devisa di atas 1,5 triliun dollar AS. Pemerintah Jepang telah melakukan beberapa langkah untuk merangsang aktivitas ekonomi, termasuk rencana mengucurkan dana sebesar dua triliun yen atau setara dengan 21 miliar dollar AS kepada masyarakat untuk menumbuhkan kembali daya beli masyarakat.

Euro menguat

Kurs euro terhadap dollar AS menguat pada hari Selasa kemarin setelah ada keputusan Australia untuk tetap mempertahankan tingkat suku bunga 3,25 persen. Sebelumnya, diperkirakan Australia akan menurunkan suku bunga sebesar 0,25 persen.

Kurs euro jatuh setelah kejatuhan dramatis indeks saham di Wall Street hingga di bawah 7.000 pada hari Senin (2/3). Ini adalah indeks terendah sejak tahun 1997 di Wall Street.

Kejatuhan di pasar saham membuat investor beramai-ramai mengalihkan aset ke dollar AS yang dianggap lebih aman. Pada perdagangan di London, kurs euro naik menjadi 1,2646 dollar AS dari 1,2578 dollar AS sebelumnya.

Terhadap yen Jepang, dollar AS tidak banyak berubah dan bertengger pada angka 97,72 yen per dollar AS pada hari Selasa, turun dari

dari 97,49 yen per dollar AS, Senin. Kurs dollar Australia juga menguat terhadap dollar AS dan yen.

Saham di Wall Street merosot ke titik terendah dalam 12 tahun terakhir karena para investor semakin takut setelah AIG, perusahaan asuransi besar AS, kembali mendapatkan bantuan pemerintah. HSBC juga terpaksa ditolong Pemerintah Inggris

Leave a comment