Uni Afrika Ancam Skors Guinea-Bissau Karena Membunuh Presidennya Sendiri


Uni Afrika tengah mendiskusikan tindakan terhadap Guinea-Bissau menyusul pembunuhan Presiden Joao Bernardo Vieira oleh tentara pemberontak. Berdasarkan statuta Uni Afrika, negara anggota harus diskors jika terjadi pergantian kekuasaan yang inkonstitusional.

Ketua Komisi Uni Afrika Jean Ping mengatakan, dia tengah berkonsultasi dengan para pemimpin regional untuk menemukan cara keluar dari krisis di Guinea- Bissau. ”Menyedihkan bahwa dalam waktu singkat telah ada tiga kudeta di Afrika barat. Ini mengkhawatirkan,” kata Ping, Selasa (3/3).

Kudeta juga terjadi di Mauritania dan Guinea tahun 2008. Kedua negara itu diskors dari keanggotaan Uni Afrika.

Para pemimpin dunia mengecam pembunuhan Presiden Vieira. Ping menyebutnya sebagai tindakan kriminal. ”Saya sangat terkejut mendengar berita pembunuhan Presiden Guinea-Bissau. Uni Afrika dan saya sendiri mengecam tindakan kriminal ini,” ujarnya.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon mengecam tindakan brutal tersebut dan menyerukan ketenangan di Guinea-Bissau. Dia mendesak otoritas Guinea-Bissau untuk menyelidiki pembunuhan presiden dan mengadili pihak yang bertanggung jawab.

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Javier Solana mengecam pembunuhan Presiden Vieira. Begitu juga Amerika Serikat dan Portugal, bekas penjajah Guinea-Bissau.

Bantah kudeta

Militer Guinea-Bissau membantah melakukan kudeta dengan membunuh Presiden Vieira. Sejumlah tentara membunuh Vieira pada hari Senin karena dituding bertanggung jawab atas tewasnya Panglima Militer Jenderal Tagme Na Waie dalam sebuah serangan bom di markas pusat militer.

”Kami tak terima orang-orang menginterpretasikan ini sebagai kudeta. Saya ulangi, ini bukan kudeta,” kata juru bicara militer, Zamora Induta.

Para pemimpin angkatan darat, angkatan laut, dan angkatan udara Guinea-Bissau mengadakan pertemuan dengan Perdana Menteri Carlos Gomes Junior. Kepada PM, mereka menjamin akan tetap setia pada prinsip demokrasi. Militer juga memperingatkan tidak akan menoleransi penjarah dan pengacau.

Seorang dokter yang melakukan otopsi jenazah Presiden Vieira mengatakan, sebelum ditembak mati, Vieira dipukuli lebih dulu. ”Presiden diterjang beberapa peluru di bagian dada dan muka. Badannya memperlihatkan bekas-bekas kekerasan. Tampaknya dia dipukuli lebih dulu sebelum ditembak,” kata dokter yang menolak disebutkan namanya.

Kabinet Guinea-Bissau mengumumkan masa berkabung nasional selama tujuh hari. Kabinet juga memerintahkan kantor kejaksaan untuk menyelidiki tewasnya presiden dan panglima militer.

Berdasarkan konstitusi Guinea-Bissau, kekuasaan sementara dipegang Ketua Majelis Nasional Raimundo Perreira yang harus menyelenggarakan pemilu dalam waktu 60 hari.

Situasi di ibu kota Bissau dilaporkan tenang, Selasa. Tentara berjaga-jaga di pos pemeriksaan hingga 15 kilometer di luar Bissau. Mereka juga berjaga-jaga di ruas jalan menuju Bissau dan negara tetangga, Senegal. Pangkalan udara dan bandara internasional pun dijaga ketat

Leave a comment