Warga Indonesia Gotong Royong Kumpulkan Koin Untuk Kembalikan Bantuan Australia


Pernyataan Perdana Menteri Australia Tony Abbott yang seolah-olah meminta imbalan atas bantuan yang diberikan negeri itu kepada Indonesia tidak hanya ditentang oleh warga negara Indonesia, tapi juga warga Australia sendiri. Dalam tagar #KoinforAustralia, gerakan warga Indonesia mengumpulkan uang receh untuk mengembalikan bantuan Australia, tampak komentar-komentar miring dari warga Australia tentang Abbott. Beberapa warga Australia yang turut berkomentar tidak segan menyebut Abbott sebagai idiot, dan bahkan ada yang terang-terangan mengatakan turut membenci Abbott dan berniat melengserkannya.

“#KoinuntukAustralia Please don’t hate Australia just because our leader is an idiot. We gave that money because we cared, no strings attached,” cuit akun @Volvo_of_doom. Tulisan itu berarti: “Tolong jangan benci Australia hanya karena pemimpin kami idiot. Kami memberikan uang itu karena kami peduli, tidak ada maksud lain.”

Pemilik akun @AKFRU bahkan menyatakan juga membenci Abbott. “Hi Indonesians, we hate Abbott too and will boot him out as soon as we get the opportunity. It’s him, not us! #KoinUntukAustralia,” cuitnya, yang berarti: “Halo warga Indonesia, kami juga membenci Abbott dan akan melengserkannya begitu mendapat kesempatan. Itu adalah opininya, bukan kami! #KoinUntukAustralia.”

Seorang pengguna Twitter lain, Jessica Gallagher, mengaku malu atas pernyataan pemimpin Australia tersebut. “As an Australian, I am completely embarrassed #CoinForAustralia,” cuit pemilik akun @jessygallagher itu, yang berarti: “Sebagai orang Australia, saya sangat malu #CoinForAustralia.”.

Gerakan #KoinuntukAustralia terus bergema di seantero negeri ini, bahkan dunia. Gerakan ini merupakan bukti bahwa jika seseorang mencoba-coba bermain opini terkait dengan kedaulatan sebuah negara, dia akan menerima akibatnya. Puluhan anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kabupaten Malang, Jawa Timur, mengadakan aksi pengumpulan uang koin untuk diberikan kepada pemerintah Australia. PMII menggelar aksinya di pertigaan depan Pasar Gondanglegi, Kabupaten Malang, Senin, 23 Februari 2015.

Aksi itu digelar untuk merespons pernyataan Perdana Menteri Australia Tony Abbott yang mengungkit bantuan negaranya untuk korban tsunami Aceh agar pemerintah Indonesia tidak mengeksekusi mati dua bandar narkotik asal Australia, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran. “Pernyataan PM Abbott itu sungguh tidak pantas diucapkan, dan kami anggap telah melecehkan kedaulatan bangsa dan merendahkan martabat rakyat Indonesia,” kata Aminullah, koordinator aksi.

Mereka meminta Presiden Joko Widodo bersikap tegas menolak permintaan Tony Abbott dengan tetap mengeksekusi mati dua gembong narkotik itu. Mereka pun meminta kepada pemerintah, warga Aceh, dan rakyat Indonesia untuk mengembalikan dana bantuan dari Australia langsung ke Tony Abbott. “Tony harus meminta maaf kepada rakyat Indonesia, khususnya masyarakat Aceh,” ujar Aminullah. Menurut Aminullah, penggalangan uang koin tidak akan dilakukan di jalanan lagi. Mereka sudah membuka pos koordinasi pengumpulan koin di depan kantor Komisariat PMII Institut Agama Islam Al-Qalam, Gondanglegi. Rencananya, pos dibuka selama sebulan.

Uang yang terkumpul akan dikirim ke pemerintah pusat untuk dikembalikan ke pemerintah Australia. Hingga berita ini ditulis, PMII sudah mengumpulkan uang sekitar Rp 300 ribu. Pada 18 Februari 2015, Abbott meminta Indonesia tidak melupakan sumbangan yang diberikan rakyat Australia dalam jumlah sangat besar saat tsunami menerjang sejumlah wilayah di Indonesia pada 2004. Kemurahan hati rakyat Australia itu diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk menyelamatkan nyawa dua warga Australia yang sedang menunggu pelaksanaan eksekusi mati oleh aparat penegak hukum Indonesia.

“Mari untuk tidak melupakan beberapa tahun lalu, ketika Indonesia dihantam badai tsunami, Australia mengirimkan bantuan senilai miliaran dolar,” kata Tony Abbott, seperti dikutip dari Sydney Morning Herald, 18 Februari 2015.Aliansi Pemuda Aceh akan menggelar aksi simpatik mengumpulkan koin untuk Australia sekaligus aksi teatrikal pada siang hari ini, Senin, 23 Februari 2015, sekitar pukul 14.30 WIB di depan Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh.

Aksi itu merupakan protes terhadap sikap Perdana Menteri Australia Tony Abbott yang mengungkit bantuan negaranya untuk Indonesia saat terjadi tsunami Aceh pada 2004. Tujuan Abbott, menekan pemerintah Indonesia agar tidak mengeksekusi mati dua bandar narkoba asal Australia.Koordinator aksi, Darlis Azis, mengatakan aksi tersebut diikuti puluhan peserta dari lintas organisasi kepemudaan (OKP) di Aceh. “Beberapa organisasi telah dikabari dan menyambut positif,” ujar Ketua KAMMI Aceh tersebut.

Menurut dia, aksi itu juga merupakan dukungan kepada Presiden Indonesia Joko Widodo untuk menjaga marwah bangsa Indonesia. “Kami juga meminta agar segera melaksanakan vonis hukuman mati bagi gembong narkoba,” ucapnya.

Selain itu, tutur Darlis, aksi tersebut juga untuk mendesak Tony Abbott meminta maaf kepada rakyat Aceh, karena pernyataannya telah melukai masyarakat Indonesia, khususnya warga Aceh yang menjadi korban tsunami. Sebelumnya, KAMMI Aceh telah membuka posko penerimaan koin untuk Australia di kantor mereka, Lamnyong, Banda Aceh. Relawan Jokowi yang tergabung dalam Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP) menyayangkan pernyatan Perdana Menteri Australia Tony Abbot yang meminta pemerintah Indonesia menghentikan eksekusi mati duo Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, karena Australia pernah membantu Indonesia pasca Tsunami Aceh 2004.

“Menurut kami, Tony Abbot telah menghina bangsa Indonesia dengan mengaitkan tsunami 2004 dengan eksekusi Bali Nine,”ujar Sihol Manullang, Ketua BaraJP, sebagaimana dikutip dari siaran pers yang diterima Minggu, 22 Februari 2015. Sihol menjelaskan, pernyataan Tony telah menghina Indonesia karena tidak konsisten yaitu di satu sisi mengatakan sumbangan selama tsunami untuk kemanusiaan, di sisi lain menentang pemberantasan kasus narkoba yang juga demi kemanusiaan. Padahal, kata Sihol, ada 50 orang Indonesia menjadi korban narkotika tiap harinya.

Sihol menyakini pernyataan Tony tidak mewakili mayoritas aspirasi rakyat Australia. Menurut ia, kecil kemungkinan rakyat Australia mendukung kenyataan tiap harinya 50 orang Indonesia tewas akibat narkotika. “Kalau mereka menyumbang korban tsunami dengan alasan kemanusiaan, maka seharusnya mereka ikut mendukung eksekusi mati bandar narkoba sebagai bentuk kepedulian terhadap korban narkoba,” ujarnya.

Sementara itu, anggota BaraJP Australia Brian Hardi mengatakan kebanyakan orang Australia justru bertanya-tanya kenapa eksekusi baru direncanakan sekarang. Menurut warga Australia, seharusnya eksekusi berlangsung begitu ada putusan inkracht. “Mengapa seperti sekarang, mereka sudah menjalani hukuman selama 10 tahun, baru dieksekusi,”ujarnya.

Leave a comment