Gagal Dikendalikan … Korban Tewas Ebola Sudah Capai 1.900 Orang


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan korban tewas akibat virus ebola di Afrika barat sudah mencapai 1.900 orang. Direktur Jenderal WHO, Margaret Chan, menyatakan ada 3.500 kasus ebola yang telah terkonfirmasi, dan kebanyakan kasus berada di tiga negara, yaitu Guinea, Sierra Leone, dan Liberia.

“Wabah ini berkembang cepat di saat negara-negara tersebut berupaya keras mengendalikan penyebarannya,” kata dia seperti dikutip dari BBC, Rabu, 3 September 2014. WHO dijadwalkan mengadakan pertemuan untuk membahas proses perawatan yang paling menjanjikan bagi pasien dan mendiskusikan bagaimana mempercepat pengujian obat untuk ebola agar bisa segera diproduksi.

Para pakar pengendalian penyakit, peneliti medis, pejabat dari negara-negara yang terinfeksi, dan spesialis etika pengobatan akan menghadiri pertemuan di Jenewa untuk membahas kasus ebola tersebut. Sebelumnya, WHO telah memperingatkan bahwa lebih dari 20 ribu orang bisa terinfeksi virus ebola sebelum virus yang mewabah itu bisa dikendalikan dan dicegah. WHO memperkirakan upaya untuk mengendalikan wabah ini membutuhkan dana sebesar US$ 490 juta.

Margaret Chan menggambarkan virus ebola sebagai wabah terparah dan paling kompleks yang pernah dihadapi. “Tidak ada seorang pun, bahkan pada kasus wabah yang sama di masa lalu saat 1976 hingga 1995. Orang-orang yang terlibat langsung dengan wabah saat itu, tidak satu pun dari mereka yang pernah melihat sesuatu seperti yang terjadi saat ini,” katanya. Data WHO hingga 3 September menyebutkan, 40 persen kematian akibat virus ebola terjadi dalam waktu tiga minggu.

Pada Rabu kemarin, Nigeria melaporkan dua kasus baru yang terjadi di Kota Port Harcout. Sebelumnya, Nigeria melaporkan hanya ada satu kasus ebola di luar Kota Lagos, di mana lima orang tewas akibat virus tersebut.

“Wabah virus ebola di Port Harcout memiliki potensi untuk berkembang lebih besar dan menyebar lebih cepat daripada yang di Lagos,” kata WHO. USA Today melansir negara-negara yang terkena ebola tidak memiliki sumber daya untuk memerangi virus tersebut. Bahkan, sejumlah rumah sakit yang ada pun tidak memiliki cukup tempat tidur untuk menampung dan merawat mereka yang terinfeksi ebola di wilayah Afrika barat.

Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Amerika Serikat telah menandatangani kontrak 18 bulan senilai US$ 25 juta dengan perusahaan Mapp Biopharmaceutical untuk mempercepat pengembangan obat ZMapp. ZMapp adalah obat eksperimental yang diberikan kepada pasien ebola sebagai upaya terakhir untuk menyembuhkan mereka.

Orang yang terinfeksi virus ebola akan menunjukkan gejala seperti diare, muntah, dan pendarahan dari beberapa lubang tubuh. Virus dapat menular melalui kontak langsung dengan darah yang terinfeksi, kotoran atau keringat. Ebola juga dapat menyebar melalui kontak seksual.

Leave a comment