China Yang Menguasai 93 Persen Produksi Mineral Langka Dunia Hentikan Ekspor Ke Jepang dan Amerika Yang Berguna Sebagai Komponen Utama Senjata Canggih


Pemerintah China menepis kabar pihaknya telah memerintahkan secara resmi penghentian ekspor mineral langka (rare earths) ke Jepang. Meski demikian, ekspor diduga telah dihentikan secara tidak resmi dan bisa mengancam industri modern di Jepang dan Amerika Serikat.

Mineral, yang dalam khazanah dunia ilmiah di Indonesia disebut dengan logam tanah jarang (LTJ), sangat dibutuhkan dalam produksi berbagai peralatan teknologi modern, mulai dari iPod, lampu hemat energi, mobil listrik, hingga perangkat sonar kapal perang dan alat pembidik meriam tank. Kabar penghentian ekspor tersebut telah memicu kepanikan di AS karena China menjadi satu-satunya pemasok utama LTJ di dunia.

”Tidak ada (pelarangan) seperti itu. Semua berjalan seperti biasanya,” kata Chen Rongkai, seorang pejabat Kementerian Perdagangan China, di Beijing, Kamis (23/9), seperti dikutip Agence France Presse (AFP).

Kabar tersebut pertama kali dilansir The New York Times edisi Kamis. Koran tersebut mengutip Dudley Kingsnorth, Direktur Eksekutif Industrial Minerals Company of Australia, sebuah perusahaan konsultan industri LTJ.

Menurut Kingsnorth, dia telah ditelepon beberapa koleganya di industri mineral langka ini, yang mengatakan bahwa mereka telah diminta untuk menghentikan ekspor ke Jepang.

Saat dikonfirmasi oleh Associated Press, Kingsnorth mengatakan telah berbicara dengan beberapa kolega di industri itu di Jepang, yang membenarkan kabar tersebut. ”Itu adalah sebuah ’larangan tak resmi’ (dari China) yang meminta perusahaan-perusahaan besar untuk menahan ekspor besar ke Jepang dengan indikasi yang jelas apabila mereka tetap mengekspor, kuota ekspor mereka kemungkinan akan dikurangi,” paparnya.

Ketergantungan

Belum ada reaksi resmi dari Kementerian Luar Negeri atau Kementerian Perdagangan Jepang karena kemarin adalah hari libur nasional di Jepang. Namun, reaksi justru muncul di AS.

Dalam laporan The New York Times disebutkan, Komite Sains dan Teknologi DPR AS, Kamis, menjadwalkan pertemuan khusus membahas undang-undang yang memungkinkan industri LTJ di AS dihidupkan kembali. Tambang utama LTJ AS di Mountain Pass, California, telah ditutup pada 2002 karena kalah bersaing dengan bahan impor.

Komisi Angkatan Bersenjata DPR AS juga menjadwalkan sidang khusus pada 5 Oktober untuk membahas ketergantungan industri militer AS terhadap LTJ produksi China. Perusahaan-perusahaan di AS bergantung sepenuhnya pada Jepang untuk memasok magnet dan komponen-komponen lain yang mengandung LTJ. Sementara Jepang bergantung sepenuhnya pada China untuk memasok LTJ.

Jika benar China menghentikan pasokan ke Jepang dan Jepang kemudian kehabisan stok, AS harus membeli langsung LTJ ini ke China. ”Kita akan sepenuhnya bergantung 100 persen pada China untuk membuat komponen-komponen industri pertahanan,” tutur Jeff Green, seorang pelobi politisi Washington untuk menghidupkan kembali industri LTJ di AS.

LTJ terdiri atas 17 unsur kimia yang tidak ditemukan dalam keadaan bebas di alam, seperti gadolinium, ytterbium, dan europium. Unsur-unsur tersebut hanya ada dalam bentuk senyawa atau campuran dan hampir selalu ditemukan bercampur dengan dua unsur radioaktif, yakni uranium dan thorium.

Kondisi inilah yang membuat proses pemisahan LTJ murni sangat susah dan mahal. China menguasai 93 persen pasar LTJ dunia.

Leave a comment