Orang Ketiga Memicu Kehebohan Politik Inggris


Gordon Brown menawarkan diri untuk meletakkan jabatan Perdana Menteri Inggris dalam setahun kendati Partai Buruh menang pemilu. Namun, para anggota senior partai merasa ragu bahwa Partai Buruh bisa menang di bawah Brown sehingga dia mundur tak lama seusai pemilu.

Demikian cuplikan isi memoar yang ditulis Peter Mandelson berjudul The Third Man yang memicu kehebohan politik di Inggris menjelang pemilihan ketua baru Partai Buruh. Ringkasan bagian kedua memoar itu dipublikasikan oleh The Times, Selasa (13/7), berjudul ”Ketakutan dan Penjarahan di Nomor 10”.

Mandelson, yang dijuluki Pangeran Kegelapan, adalah wakil perdana menteri semasa Brown berkuasa. Bersama mantan PM Tony Blair dan Brown, Mandelson merupakan bagian dari kekuatan paling kuat dalam politik Inggris sampai Partai Buruh kalah dari oposisi Partai Konservatif pada pemilu Mei. Kekalahan itu merupakan yang pertama sejak tahun 1997.

Dalam memoar yang dimuat bersambung oleh The Times, Mandelson membeberkan pendapat-pendapat para menteri Brown tentang keraguan terhadap pemimpin mereka. Mandelson mengatakan kepada Menteri Luar Negeri (waktu itu) David Miliband tahun lalu bahwa Buruh tidak bisa menang bersama Brown jika tidak ada perubahan. Komentar itu diungkapkan Mandelson menanggapi ketakutan Miliband tentang kekalahan besar bagi Buruh.

The Guardian edisi kemarin, mengutip memoar di The Times, menyebutkan, sebelum Natal 2009, Menteri Keuangan Alistair Darling mengatakan kepada Mandelson, ”Kita akan kalah.” Mandelson menjawab, ”Angka saat ini mengindikasikan begitu.”

Mandelson juga mengungkapkan bahwa Blair memiliki keraguan besar terhadap penggantinya. Blair menelepon Brown secara pribadi setelah pemilu untuk mengatakan Brown harus mundur. Blair juga mengatakan kepada Brown bahwa masyarakat tidak akan menoleransi jika Brown tetap tinggal di Downing Street Nomor 10 dengan dukungan Partai Demokrat Liberal pimpinan Nick Clegg.

”Bedanya berbicara dengan Demokrat Liberal pada tahun 1997 adalah waktu itu kita menang kemudian. Sekarang kita kalah,” kata Blair kepada Brown, seperti dituturkan Mandelson.

Meskipun Buruh memperoleh 258 kursi dan kalah dari Konservatif yang mendapat 306 kursi, Brown mengira dia masih bisa menjadi PM dengan membentuk koalisi bersama Demokrat Liberal. Dalam bagian pertama memoar yang dimuat The Times, Mandelson membeberkan detail bagaimana harapan Brown untuk tetap bisa berkuasa.

Brown akhirnya mundur setelah menggelar pembicaraan diam-diam dengan Clegg. Demokrat Liberal akhirnya berkoalisi dengan Konservatif dan memerintah Inggris saat ini.

Marah

Publikasi ringkasan memoar itu, terutama waktu publikasinya, mengundang kemarahan dari koleganya sendiri. Memoar muncul di tengah pemilihan pemimpin Buruh selama empat bulan ini.

Charlie Whelan, salah satu sekutu dekat Brown, menuding Mandelson hanya berkonsentrasi pada bukunya, bukan pemilihan internal partai. ”Peter melakukan kampanye terburuk dalam sejarah Buruh. Tidak seorang pun tahu apa pesannya sama sekali. Itu bencana dari awal sampai akhir,” kata Whelan kepada Sunday Telegraph.

Memoar itu seperti membuka kembali luka lama Buruh yang penuh perseteruan saat berkuasa. Sebelum kehebohan mencuat akibat buku itu, para pesaing dalam pemilihan pimpinan partai, seperti David Miliband dan saudaranya, Ed Miliband, berjuang keras untuk fokus pada masa depan daripada mengguncang afiliasi terhadap Blair atau Brown.

”Kita benar-benar perlu bergerak dari psikodrama masa lalu,” kata Ed Miliband.

”Bisakah kita meninggalkannya dan mulai berkonsentrasi tentang apa yang dikhawatirkan rakyat di negeri ini,” kata John Prescott, wakil PM semasa Blair berkuasa.

Mandelson bukan satu-satunya nama besar Partai Buruh yang menerbitkan memoar. Blair dilaporkan meraup 7 juta dollar AS melalui memoarnya, The Journey, yang akan terbit pada September.

Brown, yang jarang terlihat di House of Common dan bergelung di rumahnya di Skotlandia, juga tengah menulis buku dan istrinya, Sarah, telah mendaftarkan ke penerbit

Leave a comment