8 Orang Tewas Dalam Ledakan Mobil Beruntun Di Baghdad Irak


Ledakan bom mobil di Baghdad menewaskan delapan orang dan mencederai 20 lain, Kamis, ketika kekerasan yang berlanjut mengancam stabilitas Irak yang rapuh di tengah perselisihan menyangkut hasil pemilihan umum bulan lalu.

Ledakan itu terjadi di dekat sebuah toko minuman keras di daerah al-Shurta al-Rabaa, Baghdad baratdaya, kata satu sumber kementerian dalam negeri Irak.

Toko-toko minuman keras sebelumnya telah menjadi sasaran serangan baik oleh gerilyawan Sunni maupun milisi Syiah.

Satu sumber medis di sebuah rumah sakit menyebutkan jumlah kematian yang lebih kecil — tiga orang tewas, 28 cedera.

Secara keseluruhan, kekerasan di Irak turun tajam dalam dua tahun terakhir.

Namun, serangkaian serangan akhir-akhir ini menimbulkan kekhawatiran bahwa Irak akan kembali ke dalam kekerasan sektarian setelah pemilu Maret tidak menghasilkan pemenang yang jelas dan menciptakan kevakuman politik yang bisa dimanfaatkan oleh gerilyawan.

Sehari sebelumnya, Rabu, dua pelaku bom bunuh diri menyerang pos pemeriksaan polisi di Baghdad selatan yang menewaskan lima orang dan mencederai 10 lain, termasuk sejumlah polisi.

Pemboman bunuh diri itu dilakukan setelah serangkaian keberhasilan perang untuk menumpas Al-Qaeda di Irak beberapa waktu terakhir ini, dimana pemimpin-pemimpin tinggi kelompok itu tewas pada 18 April.

Serangan-serangan bom mobil Jumat lalu di daerah Syiah Baghdad menewaskan puluhan orang.

Sejumlah pejabat keamanan mengatakan, pemboman pekan lalu itu mungkin merupakan serangan balasan atas kematian pemimpin-pemimpin Al-Qaeda di Irak, Abu Ayyub al-Masri dan Abu Omar al-Baghdadi.

Serangan terakhir itu terjadi beberapa hari setelah PM Irak Nuri al-Maliki meyatakan bahwa Al-Qaeda di Irak sedang “berdarah” dan para pemimpinnya “berjatuhan” setelah operasi gabungan militer Irak-AS pada Minggu (18/4) yang menewaskan dua pemimpin tinggi kelompok itu.

Abu Omar al-Baghdadi, pemimpin politik Al-Qaeda di Irak, dan Abu Ayub al-Masri, militan Mesir dan “menteri perang” kelompok itu, tewas dalam serangan gabungan tersebut.

Kekerasan turun secara dramatis di Irak sejak mencapai puncaknya antara 2005 dan 2007, namun serangan-serangan masih terus terjadi di Baghdad dan daerah lain.

Hampir 400 orang tewas dan lebih dari 1.000 lain cedera tahun lalu dalam serangan-serangan bom terkoordinasi di sejumlah gedung pemerintah, termasuk kementerian-kementerian keuangan, luar negeri dan kehakiman pada Agustus, Oktober dan Desember.

Pemilihan umum pada 7 Maret tidak menghasilkan pemenang yang jelas dan bisa memperdalam perpecahan sektarian di Irak, yang menimbulkan kekhawatiran mengenai peningkatan kekerasan ketika para politikus berusaha berebut posisi dalam pemerintah koalisi yang baru.

Seorang jendral senior AS dalam wawancara dengan AFP beberapa waktu lalu memperingatkan, gerilyawan mungkin akan melancarkan serangan-serangan yang lebih mengejutkan seperti pemboman dahsyat di Baghdad pada 25 Oktober, menjelang pemilihan umum Maret.

Mayor Jendral John D. Johnson mengatakan bahwa meski situasi keamanan akan stabil pada pertengahan tahun ini, kekerasan bermotif politis yang bertujuan mempengaruhi bentuk pemerintah mendatang merupakan hal yang perlu dikhawatirkan.

Dua serangan bom bunuh diri menewaskan 153 orang di Baghdad pusat pada 25 Oktober.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.

Pemboman di Baghdad dan di dekat kota bergolak Mosul tampaknya bertujuan mengobarkan lagi kekerasan sektarian mematikan antara orang-orang Sunni dan Syiah yang membawa Irak ke ambang perang saudara.

Meski ada penurunan tingkat kekerasan secara keseluruhan, serangan-serangan terhadap pasukan keamanan dan warga sipil hingga kini masih terjadi di Kirkuk, Mosul dan Baghdad.

Banyak orang Irak juga khawatir serangan-serangan terhadap orang Syiah akan menyulut lagi kekerasan sektarian mematikan antara Sunni dan Syiah yang baru mereda dalam 18 bulan ini. Puluhan ribu orang tewas dalam kekerasan sejak invasi pimpinan AS ke Irak pada 2003

Leave a comment