Industri Alat Berat Memasuki Masa Suram Mulai Dari PHK, Penurunan Gaji Hingga Gaji Tidak Dibayar


Industri alat berat dunia kini menghadapi masa suram. Setidaknya, akan terjadi pengurangan 25 juta pekerja akibat kurangnya permintaan. Perusahaan Amerika Serikat pembuat alat-alat berat, seperti Caterpillar, mengakui sedang memasuki masa sulit.

Pihak Caterpillar mengatakan sedang melakukan perampingan karyawan, mengurangi kegiatan, serta menurunkan gaji karyawan.

Berita ini muncul setelah industri raksasa otomotif Jepang, Toyota, juga memberikan proyeksi terburuk selama 70 tahun terakhir.

Toyota, perusahaan otomotif raksasa Jepang, memperkirakan akan mengalami kerugian operasional untuk pertama kalinya dalam 70 tahun. Kerugian ini karena penjualan mobil anjlok di seluruh dunia.

Manajemen Toyota menyatakan akan mengalami kerugian sebesar 150 miliar yen atau 1,66 miliar dollar AS untuk tahun fiskal yang berakhir pada Maret 2009.

Penurunan penjualan mobil yang terjadi pada Toyota di pasar utama Toyota, yaitu AS, menimbulkan pertanyaan apakah Toyota akan menyentuh titik nadir.

”Kesulitan ini menyeret kita lebih cepat, lebih luas, dan lebih dalam daripada perkiraan semula. Ini adalah krisis yang tidak dapat dihindari dan memerlukan tindakan segera,” ujar Presiden Toyota Katsuaki Watanabe.

Toyota juga dikabarkan akan mengangkat Akio Toyoda, anak mantan Presiden Toyota Shoichiro Toyoda dan cucu pendiri Toyota, untuk menggantikan Watanabe. Selama bertahun-tahun, Toyoda telah menjadi kandidat posisi itu. Akan tetapi, Watanabe mengatakan, saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk melakukan pergantian kepemimpinan di Toyota.

Tak bisa bayar gaji

Ini adalah berita suram di samping kesulitan yang sudah melanda perusahaan otomotif AS, General Motors, Chrysler, dan Ford.

Industri otomotif Perancis juga menghadapi masalah serupa. Presiden Perancis Nicolas Sarkozy, Selasa, saat berada di Rio de Janeiro, Brasil, mengatakan terpaksa mengulurkan tangan untuk menolong industri otomotif yang sedang kesulitan. Tidak disebutkan bentuk pertolongan yang dimaksudkan.

Akan tetapi, dari Seoul, Korea Selatan, diberitakan, raksasa otomotif Perancis, Renault, cabang Korea Selatan untuk sementara menutup unit-unit bisnisnya. Renault Samsung mengatakan, semua aktivitas perakitan di pabrik mereka yang ada di kota pelabuhan Busan akan dihentikan setidaknya untuk delapan hari.

Raksasa-raksasa otomotif Korea Selatan lainnya, termasuk Hyundai Motor, juga mulai mengurangi kegiatan pembuatan mobil karena turunnya permintaan dari dalam dan luar negeri.

Ssangyong Motor, perusahaan otomotif Korea Selatan, Senin, menyatakan sudah tidak bisa membayarkan gaji karyawan tepat waktu pada Desember ini. Perusahaan kekurangan uang tunai karena seretnya penjualan mobil

Leave a comment