Hotel Marriott Islamabad Dibom Mengakibatkan 60 Tewas dan Bangunan Roboh


Sebuah bom mobil meledak sangat dahsyat, Sabtu (20/9), di depan Hotel Marriott, Islamabad, Pakistan. CNN memberitakan kemungkinan besar bangunan hotel akan ambruk. Hingga berita ini diturunkan, korban tewas setidaknya mencapai 60 orang.

Korban tewas pada umumnya adalah wanita dan anak-anak, termasuk juga petugas satuan pengamanan dan tamu hotel yang merupakan warga negara asing.

Korban tewas, antara lain, karena tindakan para tamu hotel yang melompat dari lantai dua dan lantai tiga hotel yang langsung terbakar. Ratusan orang lainnya yang ada di dekat lokasi ledakan cedera. Minimal korban cedera sudah mencapai 200 orang.

Korban tewas diperkirakan akan meningkat karena masih banyak orang yang terjebak di dalam hotel yang langsung terbakar. Bara api terlihat keluar dari hotel, yang menjadi salah satu lokasi favorit bagi warga asing. Peledakan itu tergolong mengejutkan karena pengamanan hotel sebenarnya sangat ketat.

Ledakannya tergolong dahsyat karena suara ledakan terdengar dari kejauhan, setidaknya hingga sejauh 15 kilometer.

Polisi menduga itu adalah ledakan bom mobil, tetapi belum diketahui apakah hal itu dilakukan pengebom bunuh diri. ”Sebuah mobil bermuatan bom menabrak pintu masuk Marriott,” kata Kepala Kepolisian Islamabad Asghar Raza Gardazi, Sabtu (20/9).

Sejauh ini belum ada pihak yang menyatakan bertanggung jawab atas peledakan itu. Namun, Pakistan adalah negara yang menjadi sasaran terorisme, terutama kelompok Taliban yang menentang kerja sama Pakistan-AS dalam perang melawan terorisme.

Hotel Marriott langsung rusak parah dan terbakar. Mobil-mobil yang ada di lokasi parkir juga langsung terbakar hangus. Serpihan kaca dan bagian gedung tercampak sejauh ratusan meter.

Ledakan terjadi hanya beberapa jam setelah Presiden Asif Ali Zardari, menyampaikan pidato pertama di gedung parlemen, yang berjarak hanya beberapa ratus meter di sebelah timur Hotel Marriott. Saat berbicara di parlemen, Zardari mengatakan bahwa akar terorisme akan dikikis habis.

Untuk menolong tamu yang terjebak di dalam hotel, petugas terpaksa menggunakan crane, yang biasa dipakai mengangkat bahan pada gedung tinggi.

Api langsung melahap gedung hotel dengan 290 kamar itu, yang terletak di perbukitan Margalla, di tengah ibu kota Islamabad. Jalanan di sekitarnya langsung dipenuhi puing-puing. Setelah ledakan, di depan gedung utama hotel langsung tercipta lubang sedalam 10 meter.

Saat buka puasa

Ledakan itu langsung merobohkan atap banquet room hotel, di mana sekitar 300 orang sedang berbuka puasa. Imtiaz Gul, seorang wartawan, termasuk yang hadir di sana. ”Kami langsung berlarian untuk mencari perlindungan, saya melihat banyak orang yang cedera,” kata Gul.

Hotel Marriott itu sudah pernah dua kali terkena ledakan namun ledakan pada hari Sabtu itu adalah yang paling parah di Islamabad, sejak Pakistan bergabung dengan program AS untuk memerangi militansi sejak 2001.

Seorang petugas satpam hotel, Mohammad Nasir, dan beberapa saksi lainnya mengatakan sebuah truk besar menabrak pagar hotel sebelum meledak. Setelah ledakan, beberapa orang terlihat berhamburan dari dalam gedung hotel dengan kondisi berdarah-darah.

Ahmad Latif, seorang polisi senior, mengatakan ledakan itu adalah salah satu yang terbesar dalam serangan teroris di Pakistan. Sejumlah ambulans berhamburan menuju hotel untuk mengangkut korban.

Mohammad Sultan, seorang karyawan hotel, mengatakan dia berada di lobi saat ledakan terjadi. Dia langsung tersungkur dan ruangan langsung gelap. “Saya tidak menyadari apa yang terjadi tetapi seperti dunia serasa kiamat,” katanya.

Setelah ledakan itu, sekitar enam warga Arab Saudi yang ada di hotel dinyatakan hilang. “Ada 16 warga Arab Saudi yang menginap di hotel itu dan enam orang hilang,” kata Dubes Arab Saudi untuk Pakistan, Ali Awadh Asseri.

Departemen Luar Negeri AS, langsung menghubungi Kedutaan besar AS di Islamabad. Tujuannya adalah untuk mencari tahu apakah ada warga negara AS yang menjadi korban pada ledakan itu.

Juru Bicara Deplu AS, Nicole Thompson, di Washington mengatakan, “Kami telah menerima laporan dan kami menghubungi Kedutaan Besar AS, untuk mencari informasi, apakah ada warga kami yang turut menjadi korban,” kata Thompson.

Begitu dahsyatnya ledakan bom di Hotel JW Marriot Islamabad, Pakistan, terasa hingga radius 15 kilometer. Ini diungkapkan seorang warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di arah timur Hotel Marriott. ”Ada hembusan angin yang sangat kencang. Saya semula menduga ada bencana alam. Setelah saya membuka jendela dan melongok keluar, masih merasakan adanya hembusan angin yang sangat kuat itu. Beberapa detik kemudian, TV setempat menyiarkan adanya ledakan bom di Marriot,” katanya.

Saat kejadian, udara di Islamabad cerah. Lalu lintas cukup ramai setelah warga setempat menyelesaikan salat tarawih. Pada waktu itulah ada laporan tentang terjadinya ledakan disusul hembusan angin kencang, hingga dirasakan oleh mereka yang tinggal 15 kilometer ”diluar” Marriot seperti WNI tadi.

Ledakan lain

Sebuah peledakan bom bunuh diri juga terjadi pada konvoi militer Pakistan di Waziristan Utara, berbatasan dengan Afganistan. Ledakan itu menewaskan empat tentara dan empat warga sipil.

Beberapa jam kemudian ledakan juga terjadi di Waziristan Selatan, juga dengan sasaran konvoi militer Pakistan. Pada ledakan ini dua tentara tewas dan tiga tentara lainnya cedera.

Secara terpisah, tentara Pakistan juga menewaskan 16 pasukan Al Qaeda dalam pertempuran yang terjadi di Bajaur, juga berada daerah di perbatasan Pakistan-Afganistan.

Sebuah ledakan lain juga terjadi di sebuah sekolah agama di Quetta, kota di Pakistan Barat. Pada ledakan ini lima orang tewas dan 10 orang tewas. Kota ini dikenal sebagai markas para militan Taliban.

Kepala Kepolisian Quetta, Wazir Khan Nasir, mengatakan sekolah yang diledakkan itu adalah milik Jamiat Ulema-e-Islam, sebuah partai Islam, yang turut menjadi bagian dari koalisi pemerintaha

Leave a comment