Gempa 7.2 Ritcher Hantam Haiti


Jumlah korban meninggal akibat gempa dengan Magnitudo 7.2 di Haiti melonjak hingga 227 orang.
Seperti dilansir Reuters, Minggu (15/8), ratusan orang luka-luka dan hilang dalam bencana alam itu.
Dari rekaman video amatir dan foto yang beredar di dunia maya, banyak bangunan yang berada di kota Petit Trou de Nippes, sekitar 150 kilometer dari Ibu Kota Port-au-Prince, ambruk akibat guncangan gempa. Sejumlah gereja, hotel hingga rumah rusak berat hingga ambruk akibat guncangan gempa. Sebagian besar korban meninggal tertimpa reruntuhan bangunan.

Sejumlah bangunan di Kota Les Cayes yang tidak jauh dari Petit Trou de Nippes juga rusak berat atau bahkan roboh akibat guncangan gempa. “Saya lihat ada orang ditarik dari bawah reruntuhan bangunan, kemungkinan ada yang masih hidup dan meninggal,” kata seorang penduduk Les Cayes, Jean Marie Simon (38).Saat gempa terjadi Simon tengah berbelanja di pasar. Dia lantas panik dan langsung bergegas pulang mencari keluarganya.

“Sepanjang jalan saya mendengar suara tangisan orang-orang,” kata Simon. Simon mengatakan ketika gempa terjadi sang istri dan anaknya yang berusia dua tahun tengah mandi. Istrinya lantas lari dari kamar mandi ke jalan tanpa busana karena panik, dan tepat sebelum bagian depan rumah mereka roboh. Simon kemudian memberikan bajunya untuk dipakai sang istri dan mereka kini mengungsi di halaman gereja setempat.

“Gempa susulan masih terasa dan setiap ada guncangan, orang lari dan berteriak. Kaki saya saja masih gemetar,” kata Simon. Penduduk Les Cayes yang berada di pesisir sempat panik dan naik ke pegunungan karena khawatir akan terjadi tsunami. Namun, hal itu tidak terjadi.

Haiti pernah diguncang gempa dengan Magnitudo 7 pada 12 Januari 2010 silam, yang menelan korban jiwa hingga 300 ribu orang. Gempa besar yang mengguncang Haiti kali ini terjadi setelah lebih dari satu bulan peristiwa pembunuhan terhadap Presiden Jovenel Moise. Selain itu penduduk Haiti juga diperingatkan akan ancaman Badai Tropis Grace, yang kemungkinan menghantam negara itu pada Senin malam atau Selasa pagi pekan depan.

Dua hal itu membuat penderitaan masyarakat Haiti semakin bertambah, yakni akibat kekacauan politik, tingginya tingkat kejahatan, Covid-19 dan ancaman badai.

Perdana Menteri Haiti, Ariel Henry, menetapkan Haiti dalam status darurat bencana selama satu bulan. Dalam jumpa pers dia menyatakan saat ini belum meminta bantuan dari negara lain sampai tingkat kerusakan bisa ditaksir.

Korban meninggal akibat gempa berkekuatan 7,2 magnitudo di Haiti mencapai 304 jiwa. Hingga kini, petugas setempat masih melakukan pencarian korban selamat.
Badan Perlindungan Sipil Haiti mengungkapkan beberapa jam usai gempa, jumlah korban tewas melonjak menjadi 304 orang. Dari jumlah itu, 160 orang di antaranya berasal dari daerah pusat gempa.

“Respons awal, baik oleh penyelamat profesional dan anggota masyarakat telah membuat banyak orang diselamatkan dari reruntuhan. Rumah sakit terus menerima korban luka-luka,” terang Badan Perlindungan sipil Haiti Jerry Chandler kepada AFP, Minggu (15/8) Otoritas itu mengatakan ratusan orang terluka dan masih hilang. Banyaknya korban luka membuat rumah sakit Kota Pastel, Corailles dan Roseaux benar-benar penuh.

Gempa di Haiti terjadi pada Sabtu (14/8). Pusat Gempa berada sekitar 160 kilometer dari ibu kota Port-au-Prince yang merupakan wilayah padat penduduk. Guncangan itu mulanya terasa di sebagian besar wilayah Karibia. Menurut foto-foto yang diunggah saksi mata, gempa itu meluluhlantakkan sekolah dan rumah-rumah di semenanjung barat daya negara itu.

“Banyak rumah hancur, orang meninggal dan beberapa berada di rumah sakit,” ujar salah stau korban gempa, Christella Saint Hilaire. “Saya berada di rumah ketika mulai ada getaran, saya berada di dekat jendela dan saya melihat semuanya jatuh,” lanjutnya. Hilaire mengaku tertimpa reruntuhan dinding, tetapi ia merasa lukanya tak terlalu parah.

Warga yang lain, berbagi foto di media sosial mengenai upaya mereka menarik korban dari reruntuhan bangunan, sedangkan orang-orang berteriak mencari pertolongan di luar rumah. “Rumah-rumah dan tembok-tembok di sekitarnya telah runtuh. Atap katedral juga runtuh,” kata penduduk Job Joseph dari kota Jeremie di ujung barat Haiti.

Kerusakan parah dilaporkan terjadi di pusat kota, yang sebagian besar terdiri dari tempat tinggal dan bangunan satu lantai.

Kerusakan di kota Les Cayes juga tampak signifikan, termasuk runtuhnya sebuah hotel bertingkat. Sebagai tanggapan atas bencana itu, Perdana Menteri Haiti Ariel Henry mengumumkan keadaan darurat selama satu bulan. Di luar itu, Presiden AS Joe Biden menyampaikan belasungkawanya. Ia merasa sedih dengan bencana yang menimpa Haiti.

“Dalam masa yang sudah menantang bagi rakyat Haiti, saya sedih dengan gempa bumi yang menghancurkan,” kata Biden. Haiti sedang menghadapi masa sulit usai Presiden Jovenel Moise dibunuh di rumahnya oleh kelompok bersenjata. Gempa ini semakin memperkeruh situasi negara yang sudah berjuang melawan kemiskinan, kekerasan yang meningkat, dan pandemi covid-19.

AS juga disebut akan segera mengirim bantuan ke negara tersebut. “(Kami siap) menilai kerusakan dan membantu upaya untuk memulihkan mereka yang terluka dan yang harus sekarang dibangun kembali,” terang Biden. Sebelumnya, gempa berkekuatan 7,0 M juga pernah mengguncang Haiti pada Januari 2010 lalu. Imbas bencana itu lebih dari 200 ribu orang tewas dan 300 ribu lainnya mengalami luka-luka.

Pusat kota Port-au-Prince dan kota-kota terdekat hanya menyisakan reruntuhan berdebu. Gempa itu menghancurkan ratusan ribu rumah, yang membuat setengah juta warga Haiti menjadi tuna wisma. Selain itu, gedung administrasi dan sekolah, belum lagi 60 persen sistem perawatan kesehatan di Haiti juga turut hancur.

Pembangunan kembali rumah sakit utama negara itu masih belum selesai, dan organisasi non-pemerintah telah berjuang untuk menutupi banyak kekurangan di negara bagian itu.

Leave a comment