George W. Bush Dicekal Venezuela


Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengeluarkan peraturan yang melarang masuk Presiden Amerika Serikat ke-43 George W. Bush ke Venezuela. Selain Bush, mantan wakil presiden Dick Cheney, mantan Direktur Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA) George Tenet, dan sejumlah anggota kongres AS juga dilarang masuk ke negara itu.

Larangan ini diberlakukan setelah Maduro menuduh Amerika Serikat bekerja sama dengan beberapa kelompok oposisi untuk melakukan kudeta terhadap pemerintahannya. Seperti dikutip dari News.com.au, 1 Maret 2015, Maduro juga mengatakan telah menahan seorang pilot tempur Amerika Serikat di barat daya Venezuela atas tuduhan melakukan aktivitas rahasia. Namun dia tidak menjelaskan detail aktivitas rahasia itu.

Maduro juga meminta pengurangan jumlah staf di Kedutaan Besar AS di Venezuela, yang berjumlah seratus orang. Sedangkan jumlah diplomat Venezuela di Washington hanya 17 orang. Warga AS yang ingin berkunjung untuk wisata maupun bisnis diwajibkan mengajukan permohonan visa dengan membayar sejumlah uang, sama seperti yang diberlakukan AS terhadap warga Venezuela.

Pada awal Februari lalu, AS tidak memberikan visa masuk kepada sejumlah pejabat Venezuela karena dituding terlibat kasus pelanggaran hak asasi manusia dan korupsi di negaranya. Hubungan AS dan Venezuela renggang sejak 2010, yang ditandai dengan tidak ada penempatan duta besar oleh kedua negara. Meski demikian, AS dan Venezuela tetap melakukan pertukaran staf diplomatik. Peraturan baru Maduro ini dikhawatirkan berdampak pada bisnis perusahaan-perusahaan minyak AS di negara itu.

Venezuela menahan tokoh oposisi yang juga Wali Kota Karakas, Antonio Ledezma, karena diduga merencanakan kudeta dengan dukungan Amerika Serikat. Dari informasi yang diperoleh Al Jazeera, Ledezma, 59 tahun, dibawa pergi ke sebuah lokasi yang dirahasiakan oleh sejumlah pria berseragam yang sebelumnya memaksa masuk ke kantor Ledezma.

“Beberapa pria tersebut mengenakan seragam polisi dinas rahasia nasional,” kata salah seorang pembantu Ledezma, Kamis, 19 Februari 2015. Tak lama kemudian, Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengumumkan bahwa Ledezma bakal dihukum berat lantaran telah membuat keonaran. Dalam pidatonya pada Kamis malam, 19 Februari 2015, waktu setempat, Maduro mengatakan Ledezma telah ditangkap dan akan segera diseret ke meja hijau.

“Dia akan dimintai pertanggungjawaban atas seluruh tindak kejahatannya,” ucap Maduro di layar kaca dan stasiun radio yang disiarkan secara nasional. Pekan lalu, Maduro menyebutkan nama Ledezma masuk dalam daftar orang yang kerap mengiritik pemerintah dan mendapatkan dukungan Barat untuk merencanakan kudeta terhadap pemerintahan komunis yang dia pimpin.

Langkah Maduro menahan Ledezma tak pelak mendapatkan kecaman dari para pemimpin oposisi. Adapun warga Karakas memprotes penahanan ini dengan memukul-mukul pot bunga di jalanan dan membunyikan klakson mobil di perempatan jalan. Ratusan pendukung Ledezma berkumpul di depan markas kantor dinas intelijen setempat untuk melampiaskan kemarahan.

Proses penangkapan Ledezma oleh pasukan keamanan tampak dalam rekaman video yang beredar luas. Dalam rekaman video itu, sejumlah pria berpakaian hitam dan abu-abu membawa paksa Ledezma. Salah seorang pengawal Ledezma yang tak bersedia disebutkan namanya berkata, “Sepuluh pria yang mengenakan seragam anggota dinas intelijen nasional Venezuela memasuki gedung dengan membawa senjata dan kapak.”

Menurut dia, mereka menggunakan senjata tersebut untuk merusak pintu kantor Ledezma. “Pria-pria bersenjata itu mengenakan topeng dan memasuki ruang Ledezma untuk membawanya pergi.” Hector Urgelles, juru bicara partai pimpinan Ledezma, Aliansi Rakyat Pemberani, mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa sejumlah orang berseragam tidak menunjukkan identitas ataupun menjelaskan penahanan itu ketika membawa Ledezma. “Kami yakin Ledezma ditahan oleh polisi rahasia di Karakas,” ucapnya.

Leave a comment