Ekonomi India Diguncang Skandal Korupsi


NEW DELHI, KAMIS – Citra India sebagai tempat tujuan investasi terbaik dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi ketiga di Asia kembali tercoreng. Dugaan praktik suap dan penipuan menyangkut dana ratusan juta dollar AS menjerat sejumlah bankir papan atas.

Pamor para pejabat pemerintah ikut tercoreng karena diduga ikut terlibat. Biro Penyelidikan Federal Pusat (CBI) pada Rabu lalu telah menahan lima eksekutif perusahaan keuangan milik pemerintah.

Pihak-pihak yang ditahan termasuk eksekutif puncak perusahaan asuransi jiwa India (LIC) Housing Finance. Eksekutif ini dituduh menerima suap saat memfasilitasi sejumlah pinjaman bagi pihak lain.

Tiga eksekutif senior perusahaan swasta yang terdaftar di bursa saham juga ditangkap karena ketahuan memberi suap.

Penangkapan juga dilakukan CBI terhadap para pejabat senior dari sejumlah bank pemerintah, seperti Bank Sentral India, Punjab National Bank, dan Bank of India. Ini adalah nama-nama bank besar yang beroperasi dan memiliki banyak cabang di seluruh penjuru India.

”Nilai gratifikasinya sangat besar, lebih dari ratusan juta dollar AS,” ujar Direktur Gabungan CBI P Kandaswamy soal jumlah suap itu.

Penangkapan-penangkapan itu diketahui merupakan kelanjutan investigasi yang dilakukan CBI di lima kota di India.

Pemerintah pusat India sempat menganggap remeh skandal tersebut. Sikap itu tampak dari pernyataan Montek Singh Ahluwalia, salah seorang deputi paling berpengaruh di Komisi Perencanaan India. ”Skandal itu terbilang sangat kecil. Saya pikir sistem kita sudah sangat teregulasi dengan baik,” ujar Montek.

Telekomunikasi

Sikap serupa ditunjukkan Perdana Menteri India Manmohan Singh, yang berjuang keras membela para bawahannya menyusul dugaan skandal suap lain yang terjadi dalam proses penjualan lisensi telekomunikasi. Lisensi itu dijual dengan harga yang sangat rendah.

Lebih lanjut Menteri Keuangan India Pranab Mukherjee menyatakan, dirinya sudah meminta semua bank, institusi keuangan, dan perusahaan asuransi di India agar segera meneliti ada tidaknya keterkaitan mereka dengan nama-nama perusahaan yang saat ini diselidiki CBI.

Sejumlah analis, termasuk DH Pai Panandiker dari RPG Foundation di Delhi, menyayangkan skandal yang merebak itu. Mereka menilai kejadian seperti itu menciptakan citra buruk bagi India dan perekonomian serta pasarnya. Meski begitu, mereka tetap yakin para investor, terutama mereka yang memang terbiasa dan paham situasi India, tidak akan terburu-buru hengkang dari negeri itu. India, menurut mereka, tetap menjadi kawasan yang sangat menjanjikan untuk berbisnis.

”Mereka yang memutuskan mencabut investasinya dan cepat-cepat keluar dari India lantaran kejadian sekarang ini bisa dipastikan telah melakukan kesalahan besar. Pertumbuhan dalam jangka waktu yang panjang masih akan terjadi di India,” ujar Vikas Pershad dari Veda Investments di Chicago, Amerika Serikat.

Para pemodal diyakini masih akan terus tertarik berinvestasi di negara dengan tingkat populasi usia muda dan pergerakan urbanisasinya yang cepat.

Angka pertumbuhan ekonomi India pun diperkirakan mencapai 8,5 persen per tahun 2010-2011 dan akan naik lagi menjadi 9 hingga 10 persen setiap tahunnya. Pertumbuhan seperti itu hanya bisa disaingi oleh China.

Meski begitu, patut pula dicatat, berdasarkan angka Transparansi Internasional, India menduduki peringkat ke-87 terkait praktik korupsi yang terjadi di sana. India jauh berada di bawah China yang menduduki peringkat ke-78.

Lebih lanjut dari hasil temuan CBI, para tertuduh menerima suap dari perusahaan broker swasta Money Matters Finacial Services, yang berperan sebagai ”mediator dan fasilitator” pengajuan pinjaman perusahaan dan fasilitas kredit lain. Pemberian pinjaman mencurigakan memang meningkat beberapa tahun belakangan menyusul ledakan pertumbuhan ekonomi di sana.

Banyak perusahaan real estate memakai jasa perantara untuk melobi supaya pinjaman yang mereka ajukan nol alias tak tercatat. CBI menolak merinci besaran pinjaman yang diajukan. CBI hanya menyebut nilainya jauh lebih besar dari uang suap.

Leave a comment