Uni Eropa Desak China Segera Bebaskan Yuan Agar Perekonomian Eropa Bisa Bangkit


Uni Eropa terus mendesak China agar lebih cepat menerapkan pematokan kurs yuan yang fleksibel. Desakan UE itu tertuang dalam rancangan keputusan pertemuan Kelompok 20 atau G-20, yang akan bertemu di Gwangju, Korea Selatan, pada 4-5 November.

Kurs yuan yang dipatok pemerintah dianggap lebih lemah sekitar 20 persen. Satu dollar AS sekarang ini sekitar 6,8 yuan. Kurs yuan yang relatif terlalu rendah dianggap sebagai salah satu andalan jitu China untuk meningkatkan ekspor.

China sendiri waspada akan tuntutan Barat. China antara lain khawatir, jika kurs yuan diambangkan di pasar, para spekulan akan ”menyerang”.

Menurut UE, China hanya melakukan sedikit sekali reformasi kurs yuan. Selain masalah yuan, dokumen tersebut juga mencakup tinjauan ekonomi, tata pemerintahan pada IMF, reformasi finansial, dan perubahan iklim.

China telah mengumumkan pada Juni lalu akan melonggarkan ketentuan soal yuan. Dokumen tersebut juga mencerminkan betapa UE frustrasi atas janji-janji yang belum direalisasikan oleh Beijing.

”Saat ini banyak sekali implementasi kebijakan yang harus segera dilakukan. Sayangnya, sejauh ini hanya ada perkembangan yang sangat sedikit,” demikian tertulis dalam rancangan tersebut.

Dikatakan pula, kurs yuan yang lebih kuat sebenarnya perlu bagi Beijing untuk mencegah perekonomian mengalami pemanasan dan penggelembungan nilai aset.

Jepang juga menyatakan keinginan agar kurs yuan dibuat lebih fleksibel lagi. Harapan tersebut terungkap dalam pertemuan tahunan di antara menteri ekonomi kedua negara di Beijing, sepanjang akhir pekan lalu.

Delegasi Jepang itu antara lain Menteri Keuangan Jepang Yoshihiko Noda. ”Kami telah menyampaikan harapan dengan jelas, China harus terus maju dalam upaya membuat kurs yuan lebih fleksibel lagi melalui sistem mata uang baru Beijing,” demikian pernyataan pejabat Departemen Keuangan Jepang.

Seperti biasa, para pejabat China enggan menanggapi dan memilih bungkam mengenai harapan Jepang itu.

Asia Tenggara

Pekan ini pula China menyatakan berharap kurs yuan digunakan secara luas dalam perdagangan dengan negara-negara Asia Tenggara. Akan tetapi, diakui negara-negara di kawasan perlu waktu percaya pada yuan.

”Kami mengamati kemungkinan penggunaan yuan untuk transaksi perdagangan dengan yuan atau dengan mata uang ASEAN sendiri dalam rangka kesepakatan perdagangan bebas yang berlaku efektif tahun ini,” kata Menteri Perdagangan China Chen Deming.

Surin Pitsuwan, Sekretaris Jenderal ASEAN, mengatakan, penggunaan terhadap yuan tidak dapat diharapkan segera terjadi karena diperlukan proses bertahap untuk membentuk kepercayaan terhadap mata uang tersebut.

China ingin mendorong internasionalisasi terhadap yuan dengan ASEAN sebagai percobaan pertama. Jika dianggap tidak memicu volatilitas, perluasan yuan akan dilanjutkan ke wilayah lain.

Leave a comment