Warga 3 Kota Di Pakistan Di Evakuasi Ditengah Ancaman Banjir dan Rencana Taliban Untuk Membunuh Semua Regu Penolong Yang Mencoba Membantu Warga Yang Ditimba Musibah


Banjir belum berhenti memorakporandakan Pakistan meski sudah berlangsung lebih dari tiga minggu. Hari Kamis (26/8), pihak berwenang memerintahkan penduduk di tiga kota di Pakistan selatan segera mengungsi karena tanggul Sungai Indus mulai jebol.

Sekitar 400.000 penduduk kota Sujawal, Mirpur Bathoro, dan Daro diperintahkan mengungsi ke tempat yang lebih tinggi setelah tanggul Sungai Indus di Sur Jani, Provinsi Sindh, jebol karena tak sanggup menahan luapan air.

Banjir juga mengancam Desa Garhi Khuda Bakhsh di provinsi tersebut, tempat jenazah mantan Perdana Menteri Pakistan Benazir Bhutto dan ayahnya, mantan PM Zulfikar Ali Bhutto, dimakamkan. ”Kami telah memperkuat tanggul di dekat desa itu karena kami tidak ingin mausoleum para pahlawan kami kebanjiran,” kata Saifullah Dharejo, pejabat irigasi Provinsi Sindh, kepada AFP.

Makin parah

Di kota Kotri dekat Hyderabad dilaporkan, volume air Sungai Indus meningkat tajam sehingga lebar sungai yang biasanya hanya 200-300 meter menjadi 3,5 kilometer. Banjir di kawasan selatan ini makin memperparah kerugian materi yang diderita Pakistan karena daerah ini adalah pusat kawasan pertanian.

Ahli meteorologi senior Pakistan, Arif Mahmood, mengatakan kepada Associated Press, pasang laut yang tinggi pada periode bulan purnama saat ini menghambat pembuangan limpahan air Sungai Indus ke Laut Arab. ”Kami berharap pasang segera surut dalam 48 jam ke depan,” tutur Mahmood.

Sedikitnya 17 juta warga Pakistan terkena dampak bencana alam yang sudah menewaskan 1.600 orang dan melukai 2.366 orang ini. Sekitar 8 juta di antaranya berada dalam keadaan darurat, dengan 800.000 orang dilaporkan PBB dalam kondisi terisolasi dan hanya bisa dibantu melalui udara.

Ancaman Taliban

Di tengah kekacauan ini, Amerika Serikat memperingatkan adanya ancaman serangan terhadap pekerja kemanusiaan asing yang sedang berada di Pakistan oleh salah satu faksi Taliban. ”Berdasar informasi yang diperoleh Pemerintah AS, Tehreek-e-Taliban berencana menyerang orang-orang asing yang terlibat dalam operasi kemanusiaan di Pakistan,” ujar pejabat AS yang dikutip AFP tanpa menyebutkan namanya.

Kepala Gabungan Para Kepala Staf AS Laksamana Mike Mullen mengakui kepada AP, ia khawatir kondisi kacau pascabanjir ini dimanfaatkan para perusuh untuk memperluas pengaruhnya atau bahkan menyerang pada saat tentara Pakistan sibuk menyelamatkan korban banjir.

Sejauh ini, belum ada laporan serangan atau gangguan terhadap pasukan AS yang turut membantu operasi pemulihan di lokasi bencana. Militer AS telah menurunkan 19 helikopter dan 230 prajurit dalam operasi ini. Mereka akan menambah empat helikopter lagi awal September nanti.

Leave a comment