Al-Quran dari Darah Saddam Hussein Ditemukan Didalam Masjid Baghdad


Pemerintah Irak tengah kebingungan. Sebuah Al-Quran yang ditulis dengan darah menjadi penyebabnya. Darah yang dipakai untuk menulis Quran itu bukan darah sembarangan, tapi darah milik bekas pemimpin negara itu, Saddam Hussein.

Saddam memerintahkan seorang ahli kaligrafi untuk menulis sebuah Quran dengan darahnya pada akhir 1990-an. Pembuatan Quran ini memakan waktu dua tahun dan menghabiskan 27 liter darah Saddam.

Quran itu sudah tiga tahun berada di ruangan yang memiliki tiga pintu di sebuah masjid di Baghdad. Tiga pintu itu dikunci dan kuncinya dipegang oleh tiga orang berbeda. Pemerintah Irak masih bingung dan tenggelam dalam perdebatan, apakah Quran itu harus dihancurkan atau tetap disimpan.

Menurut Sheikh Ahmedl al-Samarai, ketua Yayasan Irak Sunni mengatakan Quran ini sangat berharga. “Harganya pasti jutaan dolar,” katanya. “Tapi apa yang dilakukan Saddam salah, haram menulis dengan darah,” ujar Samarai yang memegang salah satu kunci dari pintu menuju ruang penyimpanan Quran tersebut.

Samarai mengatakan dua kunci lainnya dipegang oleh seorang kepala polisi dan ada satu orang lagi yang tidak disebutkan oleh Samarai. Dia akan membuat ruangan itu bisa pemerintah telah membuat keputusan tentang Quran yang ditulis dengan darah Saddam itu.

Saddam Hussein dihukum gantung pada 2006. Setahun sebelumnya, pemerintah Irak membuat komite yang khusus untuk menghancurkan simbol-simbol yang berhubungan dengan diktator Irak itu. Yang paling banyak dihancurkan adalah patung-patung Saddam Hussein.

Namun juru bicara Perdana Menteri Ali al-Moussawi, Nour al-Maliki mengatakan tidak semua hal yang dibangun oleh rezim Saddam harus dimusnahkan. “Seperti Quran ini, kita harus menyimpannya, sebagai bentuk peninggalan brutalitas Saddam, sebab seharusnya dia tidak melakukan hal ini,” kata al-Maliki.

Meski harus disimpan, al-Maliki tidak seutuju bila Quran itu disimpan dan dipajang di Museum nasional. “Tidak ada orang Irak yang mau melihatnya, mungkin harus ditaruh di museum khusus, seperti halnya museum yang menampilkan memorabilia rezim Hitler dan Stalin,” kata al-Maliki.

Leave a comment