Monthly Archives: December 2009

Dua Ribu Tentara Dikerahkan Untuk Memburu Narapidana

Sebanyak 2.000 tentara disebar ke Pulau Basilan, Filipina selatan, Senin (14/12), untuk memburu para militan kelompok Abu Sayyaf dan 31 narapidana yang kabur dari penjara pada hari Minggu. Pemerintah marah besar karena militan berperan aktif menyerang dan menjebol penjara, di antara gerombolan narapidana yang kabur itu terdapat dua unsur pimpinan gerilyawan Abu Sayyaf.

Seorang komandan militer senior mengatakan, dalam perburuan di hari pertama itu, petugas menembak mati seorang buronan kelompok Abu Sayyaf yang terkait erat dengan Al Qaeda. Buronan ini pernah terlibat dalam aksi pemenggalan kepala 10 marinir di Basilan pada Juli 2007. Beberapa narapidana (napi) menyerah, tetapi yang lain belum.

Mayor Jenderal Benjamin Dolorfino menyalahkan 11.000 aktivis Front Pembebasan Islam Moro (MILF) terkait penyerangan terhadap penjara Basilan, Minggu. Dalam insiden itu, seorang sipir dan salah satu dari kelompok penyerang yang diduga kuat dari MILF tewas.

Dolorfino mendesak 10 aktivis MILF, termasuk dua unsur pimpinannya, yang lolos dari penjara, untuk menyerahkan diri. Juru bicara kelompok pemberontak, Eid Kabalu, mengatakan, sekelompok orang yang menyerang penjara pada hari Minggu itu untuk membebaskan lima orang rekannya. Salah satu napi adalah seorang komandan kunci, Dan Asnawi, sedangkan salah satu dari kelompok penyerang adalah keponakan Dan Asnawi.

Serangan terhadap penjara Basilan menegaskan semakin kompleksnya konflik bersenjata di Filipina selatan. Wilayah miskin ini selalu dibalut oleh persoalan riuhnya perdagangan senjata api, pelanggaran hukum, aksi pemberontakan kelompok Muslim yang berpusat di Moro, dan ekstremis Abu Sayyaf. Pada 23 November sebanyak 57 orang dibantai di wilayah Maguindanao

Sinyal Jaringan TV Populer Hongkong Diblokir Karena Terlalu Kritis

China memblokir sinyal sebuah jaringan televisi populer dan mencabut izin bagi operator televisi kabel untuk mendistribusikan jaringan itu karena talk show-nya yang kritis. Menurut sumber-sumber pada hari Senin, hal itu dilakukan sebagai bagian dari tindakan keras pemerintah pada isi yang dinilai peka dan terlalu berani.

”Sejak 5 Desember, pemirsa di China Daratan tidak bisa menerima sinyal kami, tetapi acara masih disiarkan di Hongkong dan luar negeri,” kata seorang karyawan perusahaan induk Sun TV di Hongkong, yang tak mau menyebutkan nama dan jabatannya.

”Kementerian yang bertanggung jawab untuk ini tidak memberi tahu Sun TV sebelumnya. Sejauh ini alasan mereka belum jelas, tetapi kami mencoba untuk mendapatkan penjelasan.”

Sebuah sumber industri media mengatakan kepada Reuters bahwa hak-hak penyiaran Sun TV dicabut karena para pembicara mengimbau pembaruan politik.

Sun TV dimiliki penuh oleh perusahaan Sun Television Cybernetworks Enterprise yang terdaftar di Hongkong. Jaringan televisi itu dibangun oleh Yang Lan, seorang pesohor talk show China, sebelum diambil alih oleh pengusaha Chen Ping.

Acara perbincangan yang disiarkan jaringan televisi (TV) itu baru-baru ini menjadi semakin berani dan menampilkan tamu- tamu yang berbicara politik secara kritis.

Sun TV mencapai pemirsa terdaftar di China, terutama di kawasan pemukiman yang berpenghasilan tinggi. ”Sinyal Sun TV masih bisa didapat di hotel- hotel mewah,” kata sumber media tersebut.

Selain di Hongkong, acara Sun TV juga disiarkan di Taiwan dan negara-negara di Asia Tenggara.

Beijing telah menjadi semakin keras mengenai isi televisi dan internet pada tahun-tahun terakhir, berangsur-angsur membatasi beberapa program TV yang lebih kreatif dan mengeblok akses ke situs-situs jejaring sosial luar negeri yang populer, seperti YouTube, Facebook, dan Twitter, terutama setelah kerusuhan di Tibet pada tahun lalu dan di Xinjiang pada tahun ini.

Sampai 30 November pihak berwenang telah menutup lebih dari 400 situs video dan audio pada tahun ini karena beroperasi tanpa izin atau mengandung pornografi atau informasi ”berbahaya” lainnya.

Pemimpin redaksi satu-satunya koran China yang mewawancarai Presiden Amerika Serikat Barack Obama, dalam kunjungannya November lalu, telah didemosi

Nenek Berumur 98 Tahun Masih Garang dan Membunuh Teman Sekamarnya

Seorang nenek berusia 98 tahun dituntut atas pembunuhan tingkat kedua, yaitu bahwa ia telah mencekik teman sekamarnya yang berusia 100 tahun di panti jompo setelah menyengsarakan hidup sang korban karena sang pelaku itu menuduh korbannya mengambil alih kamar mereka.

Laura Lundquist telah dipindahkan ke RSJ untuk pemeriksaan menyeluruh sebelum nantinya menghadapi dakwaannya.

Pengacara pembelanya, Carl Levin, menyatakan, Jumat (11/12/2009) bahwa kliennya telah lama didiagnosis menderita demensia dan isu-isu cacat kognitif lainnya.

Wanita ini bisa jadi merupakan tersangka pembunuhan tertua dalam sejarah negara bagian ini. Namun, kemungkinan ia tak akan diadili atas alasan kesehatan mentalnya.

Teman sekamarnya di Panti Jompo Brandon Woods, Darthmouth, yaitu Elizabeth Barrow, ditemukan meninggal di tempat tidurnya pada 24 September dengan kantong plastik terikat pada kepalanya. Tadinya polisi menduga ini merupakan kasus bunuh diri. Namun, ahli forensik menyatakannya sebagai pembunuhan setelah hasil otopsi menunjukkan tanda-tanda pencekikan.

Putra Barrow, Scott Barrow, mengaku bahwa Lundquist telah mengeluh pada petugas panti jompo karena banyaknya pengunjung yang diterima ibunya. Ia juga mengaku bahwa Lundquist telah melontarkan pernyataan yang mengancam dan melecehkan ibunya. Ia menolak untuk berkomentar tentang tuntutan itu, yang telah diserahkan pada hari Jumat oleh seorang dewan juri dari Bristol.

Sam Sutter, jaksa asal Bristol, mengatakan bahwa Lundquist menderita paranoia dan menyimpan kebencian terhadap korbannya dan berpikiran bahwa Barrow, si korban, tengah mengambil alih kamar yang mereka tempati bersama-sama itu.

Sutter menyatakan bahwa Barrow mengeluh seminggu sebelum kematiannya bahwa Lundquist membuat hidupnya seperti dalam neraka. Malam sebelum Barrow dibunuh ia juga mengeluh bahwa Lundquist telah menaruh meja di dekat tempat tidurnya sehingga jalannya ke kamar mandi terhalang.

Sutter mengatakan bahwa Lundquist kemudian menonjok perawat pembantu yang memindahkan meja itu, dan meja itu juga ditemukan lagi di samping tempat tidur Barrow ketika mayat Barrow ditemukan.

Lundquist juga telah mengatakan kepada Barrow bahwa ia akan mendapatkan tempat tidur Barrow yang dekat jendela karena ia pasti akan hidup lebih lama. Demikian menurut Sutter.

Berbagi kamar

Kedua nenek itu telah berbagi kamar hampir setahun. Scott Barrow telah meminta petugas panti jompo untuk memisahkan kedua wanita itu. Namun, pihak panti jompo meyakinkannya bahwa keduanya baik-baik saja. Ia mengaku bahwa ibunya tak ingin meninggalkan kamar itu karena di situlah ibunya dan ayahnya tinggal bersama sebelum ayahnya meninggal tahun 2007.

Hakim pengadilan tinggi, yang bertindak atas tuduhan yang diajukan oleh penuntut dan juga oleh Levin, memerintahkan Lundquist untuk dikirim ke RS Negara Bagian Taunton untuk dievaluasi.

Sutter mengatakan bahwa kasus ini kemungkinan besar tak akan diadili karena hasil evaluasi mungkin akan menyatakan ketidakmampuan dan pihak pembela juga hampir pasti akan mengemukakan alasan cacat mental, yang pengusutannya pasti memakan waktu.

Levin mengatakan bahwa seseorang ternyata tak mampu untuk diadili. Maka dari itu, pemerintah kemungkinan besar akan mengirim sang tertuduh pada suatu institusi.

Sutter mengajukan tuntutan pembunuhan tingkat kedua karena mereka yakin Lundquist tak memiliki kemampuan mental untuk merencanakan pembunuhan, yang merupakan syarat untuk pembunuhan tingkat pertama.

Menurut Sutter, Lundquist merupakan tersangka pembunuhan tertua di negara bagian itu.

Dalam suatu pernyataan, pihak rumah jompo mengatakan bahwa kedua wanita itu berlaku seperti sepasang saudari, berjalan dan makan bersama-sama, dan saling mengatakan, “Selamat malam, saya menyayangimu,” hampir tiap malam. Menurut panti jompo, Barrow sendiri menolak tawaran pindah kamar pada bulan Juli dan Agustus.

Mari Berbugil Ria Untuk Menghormati dan Membantu Pahlawan

Negara yang besar adalah negara yang menghargai jasa para pahlawan mereka. Ada banyak cara untuk membantu para prajurit yang mati-matian berjuang bagi negaranya. Namun, jika caranya dilakukan dengan berbugil ria, itu tentu saja tak lazim. Tapi, begitulah yang terjadi di Inggris.

Ceritanya, ada 12 wanita yang secara sukarela melepas semua bajunya guna membantu yayasan Help for Heroes (H4H). Mereka kemudian berpose untuk sebuah kalender 2010, dan hasil penjualan almanak itu akan diberikan untuk mendanai para prajurit korban perang.

“Saya senang diminta bergabung dalam kalender ini karena Help for Heroes merupakan kegiatan amal untuk membantu prajurit yang terluka,” kata Sadie Baldwin yang menjadi model kalender untuk November 2010. “Setelah apa yang dilakukan semua prajurit dan tentara untuk kami, ada baiknya (kami) membayar mereka kembali dengan suatu cara.”

Sadie (22) merupakan satu-satunya janda veteran di antara ke-12 model syur di kalender tersebut. Suaminya, Ricky, meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil saat sedang bertugas di Jerman tahun lalu. Keduanya telah dikarunani anak, Lilly-Mae (2) dan Oliver (1).

Selain Sadie, model lainnya adalah Bethany Shaw dan Amy Read. Bethany yang berasal dari Lydney di bagian barat daya Inggris, juga sangat senang dapat berpartisipasi dalam amal “panas” ini. Mereka tampak sangat antusias dengan pemotretan bugil yang baru pertama kali mereka lakukan ini.

“Kami sangat senang dalam pengambilan gambar kalender ini dan ini untuk kepentingan besar. Reaksi yang kami dapatkan sungguh tak bisa dipercaya,” kata Bethany yang sempat merasa kedinginan saat berendam di air dan dipotret untuk lembar kalender bulan Januari.

Asal tahu saja, tidak sulit mendapatkan model-model yang bersedia menanggalkan pakaiannya di kalender ini. Hanya perlu empat minggu bagi H4H untuk mengumpulkan ke-12 model syur tersebut, baik lewat pengumuman di internet maupun kabar dari mulut ke mulut. Tak satu pun di antaranya yang pernah menjadi model panas untuk sebuah kalender.Ide pembuatannya tak beda jauh dari Calendar Girls, sebuah film yang menceritakan kisah nyata dilakukan sekelompok wanita yang berpose bugil untuk membantu korban leukimia di Yorkhsire. O ya, satu eksemplar almanak ini dibanderol seharga 10 poundsterling atau senilai Rp 153.000, sedikit lebih mahal dari kalender resmi tanpa gambar bugil yang dikeluarkan oleh H4H

Militan Islam Somalia Rajam Pezina hingga Tewas

Adegan barbar ini bukan dari Zaman Kegelapan, tetapi dilakukan sebuah kelompok militan di Somalia, Minggu (13/12/2009). Kelompok itu memaksa warga desa menonton perajaman seorang pria hingga tewas yang dinyatakan melakukan perzinahan.

Mohamed Abukar Ibrahim, nama pria malang berusia 48 tahun itu, dikubur hidup-hidup dalam posisi berdiri, hanya leher dan kepala yang masih di atas tanah, lalu dilempari batu hingga tewas. Kelompok militan itu, Hizbul Islam, juga menembak mati seorang pria lain karena melakukan pembunuhan. Eksekusi terhadap dua orang itu terjadi di Afgoye, sekitar 20 mil di barat daya Mogadishu, ibu kota Somalia.

Namun, hukuman yang sedemikian mengguncang itu, kata sejumlah saksi mata, kemudian memicu pertempuran di antara dua faksi dalam kelompok militan tersebut. Akibatnya, tiga anggota militan tewas.

Kelompok itu memerintahkan warga desa pergi ke sebuah lapangan. Di sana seorang hakim dari para pemberontak mengumumkan bahwa kedua orang itu mengaku telah melakukan masing-masing pembunuhan dan perzinahan. Hakim itu menambahkan, seorang wanita yang terlibat perzinahan telah dihukum cambuk 100 kali.

“Ini hari penghakiman terhadap mereka,” kata sang hakim, Osman Siidow Hasan, kepada warga yang dipaksa menoton. “Kami telah menyelidiki dan mereka telah mengaku,” katanya.

Namun, sebagian anggota kelompok militan itu ingin menunda eksekusi tersebut. Sebuah pertempuran bersenjata pun pecah di antara mereka. “Tiga anggota Hizbul Islam tewas dan lima lainnya terluka setelah mereka saling serang,” kata Halima Osman, penjaga toko di Afgoye, melalui telepon kepada Reuters di Mogadishu. “Beberapa ingin menunda eksekusi sementara yang lainnya berkeras. Mereka lalu saling menembak. Kelompok yang melawan eksekusi kalah, kemudian lari,” tambah Osman.

“Saya tidak dapat melihat,” kata seorang warga lain, Ali Gabow, kepada Reuters. “Perempuan yang terkait dengan pria yang kedua (yang dirajam) hanya diberi cambukan 100 kali karena perempuan itu mengatakan, dia tidak pernah menikah.”

Eksekusi itu merupakan yang pertama dilakukan Hizbul Islam. Hukuman seperti itu di Somalia bisanya dilakukan kelompok pemberontak yang lebih keras, Al Shabaab. Amerika Serikat telah menyatakan Al Shabaab yang berbasis di negara gagal di Tanduk Afrika itu sebagai anggota jaringan Al Qaeda.

Presiden Somalia, Sheikh Sharif Ahmed, yang disokong pihak Barat hanya mengontrol sejumlah tempat strategis di Mogadishu. Para pakar keamanan Barat mengatakan, Somalia telah menjadi surga yang aman bagi kelompok-kelompok militan, termasuk kelompok-kelompok asing, yang menjadikan negara itu sebagai tempat untuk menyusun serangan ke kawasan atau sasaran yang lebih luas lagi.

Ada kecemasan, Somalia akan menjadi seperti Afganistan sebelum peristiwa 9/11. Al Shabaab, juga Hizbul Islam, sedang melawan pemerintah dan berusaha mendesakkan hukum syariah yang keras di seluruh negeri itu. Ulama Al Shabaab telah melarang film, tarian pada acara pernikahan, bermain atau menonton sepak bola, serta menerapkan perajaman hingga mati dan pemancungan di wilayah yang telah dikuasinya.

Konflik telah menewaskan 19.000 warga sipil Somalia sejak tahun 2007 dan menyebabkan 1,5 juta orang mengungsi. Kekacauan juga terjadi di lepas pantai. Para perompak Somalia membajak kapal-kapal komersial yang melintas di Samudra Hindia serta Teluk Aden dan telah meraup puluhan juta dollar dari uang tebusan atas kapal-kapal tersebut.