Demikian diungkapkan Menteri Hak Asasi Manusia Perancis Rama Yade dalam wawancara dengan harian Le Monde, Sabtu (5/4). Menurut Yade, syarat-syarat itu harus dipenuhi China agar Sarkozy hadir di olimpiade.
”Tanpa hak asasi manusia, China tak akan pernah menjadi kekuatan dunia sebenarnya. Kami tidak ingin menggurui, tetapi hanya meminta China menghormati komitmennya,” kata Yade.
Dia menambahkan, keputusan Sarkozy untuk hadir saat pembukaan olimpiade bergantung pada perkembangan situasi di Tibet. Keputusan Sarkozy akan diumumkan setelah berkonsultasi dengan mitra-mitranya di Uni Eropa karena sebentar lagi Perancis akan menjabat Presiden Uni Eropa. Akhir Maret, Sarkozy menyatakan tidak menutup kemungkinan memboikot upacara pembukaan Olimpiade Beijing jika China tidak menghentikan tindakan keras terhadap Tibet.
”Perancis menyerukan kepada China untuk melakukan dialog konstruktif dengan Dalai Lama. Dialog itu menyangkut pengakuan atas otonomi Tibet dan identitas spiritual, religius, dan budaya rakyat Tibet,” ujar Yade.
Pendidikan kembali
Di Beijing, China memperingatkan akan meningkatkan kampanye pendidikan kembali bagi rakyat Tibet. Surat kabar Tibet Daily, Sabtu, mengutip pernyataan otoritas China yang menyerukan agar para biksu menjadi patriot China.
Wakil Ketua Partai Komunis Tibet Hao Peng, seperti dikutip Tibet Daily, mengatakan, pelaksanaan pendidikan patriotik adalah prioritas utama. ”Bimbinglah para biksu sehingga mereka terus melestarikan tradisi cinta agama, cinta negara, dan menjunjung tinggi panji-panji kemajuan patriotik,” kata Hao saat berbicara di hadapan sejumlah tokoh biksu di vihara Tashilumpo di Shigatse. Vihara itu adalah kedudukan Panchen Lama, orang kedua dalam hierarki Buddha Tibet setelah Dalai Lama.
Organisasi Kampanye Internasional untuk Tibet menyatakan, kampanye pendidikan kembali itu taktik lama yang digunakan Partai Komunis. Salah satu caranya dengan membuat warga Tibet mencela Dalai Lama.
16 tersangka
Otoritas China, Sabtu, mengeluarkan surat perintah penangkapan atas 16 orang yang terkait kerusuhan di Lhasa, ibu kota Tibet, 14 Maret lalu. ”Berdasarkan investigasi dan bukti yang kami miliki, orang-orang ini adalah tersangka pelaku kerusuhan yang membahayakan keamanan publik,” kata jaksa Ma Yongqing, seperti dikutip Xinhua.
Para tersangka, kata Ma, adalah penduduk kota Deqing yang buta huruf dan abai hukum. Salah seorang tersangka, Cang’zhoigar, disebut-sebut sebagai tersangka kerusuhan yang menewaskan lima orang, merusak 23 toko, membakar satu rumah, dan merusak mobil polisi.
Kerusuhan di Lhasa, 14 Maret, menewaskan 22 orang, tetapi Pemerintah Tibet di pengasingan menyebut 140 orang.