Ratu Sirikit Ternyata Berada Dibalik Kudeta Terhadap Thaksin dan Punya Agenda Politik Yang Berbeda Dengan Sang Suami Raja Bhumibol


Ratu Sirikit dari Thailand kemarin dituding mendukung aksi kudeta terhadap Perdana Menteri Thaksin Shinawatra, yang dilakukan militer di bawah pimpinan Jenderal Sonthi Boonyaratglin pada 2006. Hal itu terungkap dalam dokumen kawat diplomatik Kedutaan Amerika Serikat di Bangkok, Thailand, yang dikirim Duta Besar Ralph L. Boyce pada 20 September 2006.

“Saya bertemu langsung secara pribadi dengan Jenderal Sonthi setelah dia berpidato di hadapan korps diplomatik siang ini,” kata Boyce, yang juga pernah menjadi duta besar di Indonesia itu, dalam kawat diplomatik berlabel “confidential” tersebut. “Saya bertanya kepada Sonthi tentang pertemuan dia dengan Raja semalam.”

Dalam kawat rahasia itu, Boyce memulai dengan bertanya kepada Sonthi tentang peserta rapat malam itu dengan Raja. “Dia bilang Ketua Dewan Penasihat Raja Jenderal Prem Tinsulanonda, Panglima Angkatan Bersenjata Ruangroj, dan Kepala Staf Angkatan Laut Sathiraphan,” kata Boyce. “Menurut dia, Raja kelihatan santai dan gembira.”

Adapun dalam kawat diplomatik yang dikirim pada 2008, dua tahun setelah kudeta itu, mendiang bekas Perdana Menteri Samak Sundaravej mengatakan bahwa Ratu Sirikit, istri Raja Bhumibol Adulyadej, bertanggung jawab atas kudeta tersebut. Samak merupakan perdana menteri yang terpilih lewat pemilu setelah Thaksin dilengserkan.

Meski begitu, Samak, yang cuma tujuh bulan menjabat, dianggap membawa kepentingan Thaksin. “Samak mengaku setia kepada Raja, tapi secara tidak langsung mengatakan bahwa Ratu punya agenda politik yang berbeda dengan suaminya,” demikian bunyi kawat diplomatik itu seperti dilansir The Guardian.

Pembicaraan itu dilakukan tertutup karena membahas hal-ihwal tentang keluarga kerajaan merupakan hal sensitif di Thailand. Samak, yang wafat pada November tahun lalu, juga dilengserkan setelah didakwa bersalah oleh Mahkamah Konstitusi lantaran menerima upah saat tampil dalam acara masak-memasak di televisi.

Jauh sebelumnya, Deputi Perdana Menteri Suthep Thaugsuban mengatakan publikasi kawat diplomatik itu tak akan berdampak apa-apa terhadap Thailand. “Kami tak merahasiakan apa pun,” ujarnya. Ia mengatakan hal itu setelah sebuah dokumen menyebutkan bahwa Amerika telah menekan Thailand soal ekstradisi Viktor Bout, pedagang senjata asal Rusia.

Di tengah riuhnya isi dokumen kawat rahasia itu, bekas Perdana Menteri Thaksin disebut-sebut tengah menuju Amerika Serikat. Ia dijadwalkan bertemu dengan Komisi Keamanan dan Kerja Sama Eropa-Amerika Serikat guna membahas persoalan hak asasi manusia di Thailand. Pertemuan direncanakan digelar pada hari ini.

Thailand telah berulang kali meminta Amerika Serikat dan sejumlah negara yang ditinggali Thaksin menyerahkan buron kasus korupsi dan kekerasan di Thailand pada saat pecah bentrokan antara aparat dan demonstran Kaus Merah, yang disebut-sebut mendukung purnawirawan polisi, pada Mei 2010 itu.

Leave a comment