Tim militer dan geologi AS menemukan kandungan mineral yang sangat besar di Afganistan. Diperkirakan, negara itu akan menjadi negara yang sangat menarik bagi para investor pertambangan.
”Ada potensi besar,” ujar Jenderal David Petraeus, Komandan Pusat Komando AS, kepada harian New York Times, Senin (14/6).
Kandungan mineral itu diperkirakan bernilai 1 triliun dollar AS, terdiri dari bijih besi, tembaga, emas, dan litium. Afganistan dapat menjadi ”litium Arab Saudi”. Litium adalah bahan penting dalam pembuatan baterai untuk laptop dan telepon genggam.
Dalam kunjungan ke Washington bulan lalu, Presiden Afganistan Hamid Karzai mengatakan, kandungan mineral negaranya bernilai sekitar 3 triliun dollar AS. ”Sumber daya mineral merupakan kesempatan baik,” katanya ketika bertemu Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton.
Tim geologi AS menyelidiki kandungan mineral itu sejak tahun 2006 dengan menggunakan data dari eksportir mineral Uni Soviet, saat menguasai Afganistan pada dekade 1980-an.
Tahun lalu, Pentagon telah membentuk tim bisnis dan dengan teliti mengolah hasil temuan para geologis tersebut.
Charles Kernot, seorang analis pertambangan dari Evolution Securities di London, mengatakan, setidaknya diperlukan tiga hingga lima tahun untuk mengeksplorasi kandungan litium.
Faktor terkait adalah apakah sumber daya mineral itu berada dekat dengan sumber tenaga listrik atau infrastruktur, seperti jalan dan pelabuhan.
Kaya, tetapi ”terkutuk”
Provinsi Ghazni merupakan tempat ditemukannya kandungan litium itu. Tempat itu berbahaya karena merupakan sarang Taliban. Sumber litium Afganistan disebut-sebut hampir menyamai jumlah yang ada di Brasil, pemasok litium utama dunia.
”Kekayaan mineral Afganistan akan berperan penting bagi pembangunan ekonomi. Dalam lima dekade terakhir, diketahui bahwa sumber daya alam kami lebih banyak dari perkiraan semula,” ujar Omar, juru bicara pada Departemen Pertambangan dan Industri Afganistan.
Persoalannya sekarang, bagaimana membawa sumber daya mineral itu ke pasar internasional karena infrastruktur di Afganistan masih buruk. Hanya ada satu jalan nasional yang menghubungkan kawasan utara dengan selatan, yang sering menjadi target serangan Taliban.
Para analis juga khawatir, negara yang sarat praktik korupsi dan pemerintahan lemah tidak siap mengelola kekayaan mineral bernilai tinggi. ”Saya ragu apakah kekayaan itu dapat membuat rakyat menjadi lebih sejahtera. Ada banyak contoh negara yang kaya sumber daya alam, tetapi malah seperti terkutuk dan tidak aman,” ujar Janan Mosazai, seorang analis politik.
Dia memberi contoh Nigeria yang tetap miskin walaupun merupakan eksportir minyak.
China dan India telah mulai menawarkan kontrak pengelolaan tambang Afganistan. Kontraktor dari China memenangi penguasaan tambang tembaga. Kontrak tambang baja akan diumumkan dalam tahun ini.
Beberapa pihak di Washington mengkritik pemberian wewenang pengelolaan tambang kepada China ketika para tentara AS berjuang memerangi Taliban.