Rusia, Kamis (28/8), melakukan uji coba penembakan sebuah peluru kendali balistik antarbenua atau ICBM yang dikembangkan khusus untuk tidak terdeteksi sistem pertahanan rudal. Uji coba itu semakin meningkatkan ketegangan Barat dengan Rusia menyusul kemelut di Georgia.
Juru bicara Satuan Nuklir Strategis Rusia, Alexander Vovk, Jumat, menjelaskan, ICBM Topol RS-12M diluncurkan dari Kosmodrom Plesetsk di utara Rusia. Peluru kendali (rudal) itu terbang sejauh 6.000 kilometer sebelum menghancurkan sebuah target di Semenanjung Kamchatka, ujung timur Rusia.
”Uji coba itu dimaksudkan untuk mengembangkan perlengkapan potensial bagi tujuan tempur, menghadapi rudal balistik berbasis di daratan,” kata Vovk di televisi.
Uji coba rudal itu berlangsung hanya sepekan setelah Amerika Serikat mencapai kesepakatan dengan Polandia mengenai penempatan sistem pertahanan rudal di negara Eropa Timur itu.
Meski demikian, sejumlah analis mengatakan, peluncuran ICBM itu sudah direncanakan lebih awal. Tidak secara langsung terkait dengan semakin meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Barat berkenaan dengan aksi militer Rusia di Georgia.
Sementara itu, dalam wawancara dengan CNN, Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin mengungkapkan, AS memprovokasi pertempuran di Georgia untuk mengangkat dukungan terhadap salah satu kandidat presiden AS.
Putin menjelaskan, AS telah mendorong tindakan ofensif Georgia. Diduga kuat personel AS juga terlibat langsung dalam pertempuran di Georgia.
Dalam sebuah jumpa pers, Wakil Kepala Staf Umum Militer Rusia Jenderal Anatoly Nogovitsyn menunjukkan sebuah perbesaran fotokopi berwarna dari yang disebutnya sebagai sebuah paspor warga AS, Michael Lee White, lahir tahun 1967. Paspor itu ditemukan di sebuah desa di Ossetia Selatan.
Paspor warga AS itu ditemukan di antara barang-barang yang ditinggalkan pasukan Georgia setelah Rusia turun tangan membela Ossetia Selatan.
Putin juga menegaskan, Rusia melakukan intervensi setelah tentara Georgia membunuh beberapa warga sipil Ossetia dan penjaga perdamaian Rusia yang ditempatkan di Ossetia Selatan.
Tingkatkan Topol
Analis mengungkapkan, Rusia terus melakukan peningkatan kemampuan rudal-rudal Topol untuk merespons rencana AS mengembangkan perisai pertahanan rudal, dengan memasang rudal penghadang berbasis di daratan.
”Rusia sekali lagi mengatakan bahwa mereka punya kemampuan mengatasi pertahanan rudal AS,” kata Anatoly Tsyganok, veteran yang kini mengepalai Pusat Strategi Militer.
Presiden Rusia Dmitry Medvedev, Selasa, menjanjikan ”respons militer” atas perjanjian AS dan Polandia. ”Rudal-rudal itu akan ditempatkan di sepanjang perbatasan yang menjadi ancaman bagi kita,” ujarnya.