Popularitas Barack Obama, calon presiden AS dari Partai Demokrat, meningkat. Pesaingnya, John McCain, makin keteter. Meski demikian, popularitas itu belum menjadi gambaran pasti mengenai hasil pemilu presiden AS pada November mendatang.
Dari hasil jajak pendapat yang dilakukan CNN secara nasional di AS, popularitas Obama melejit menjadi 45 persen berbanding 39 persen untuk McCain. Ini adalah hasil jajak pendapat terbaru yang diumumkan, Senin (28/7). Sebelumnya, Obama hanya unggul 3 poin atas McCain.
Menurut CNN, peningkatan popularitas itu adalah buah dari kunjungan Obama ke Afganistan, Timur Tengah, dan Eropa.
Pada hari yang sama, jajak pendapat Rasmussen juga menunjukkan keunggulan Obama atas McCain, dengan 48 persen berbanding 45 persen.
Hasil jajak pendapat Gallup juga menunjukkan keunggulan Obama sebesar 49 persen berbanding 40 persen.
Disambut seperti presiden
Tak diragukan lagi, Obama berhasil menaklukkan Eropa. Dalam perjalanannya sebagai calon presiden, dia pun disambut seperti seorang presiden. Di Jordania, Obama disambut Raja Abdullah.
”Tuhan memberkati,” kata Presiden Israel Shimon Peres saat menyapa Obama di Jerusalem.
Presiden Perancis Nicolas Sarkozy pun tak ragu mendukung Obama, yang dia panggil ”my dear Barack Obama”.
Di Jerman dia disambut Kanselir Angela Merkel dan sekitar 200.000 warga di Berlin menyaksikan pidato Obama pekan lalu.
Khusus kunjungan ke Eropa, Obama bahkan berhasil mengubah persepsi warga Eropa tentang AS yang buruk di bawah kepemimpinan Presiden George W Bush.
”Sejak pertarungan pemilu presiden di AS dimulai, ada perubahan sikap warga terhadap AS. Saya yakin, perubahan ini adalah karena faktor Obama. Warga mencintai Obama,” kata Anthony Wells, Ketua PoliticsHome, sebuah lembaga riset di London.
”Obama bisa memberikan sebuah pandangan baru soal AS di mata warga Perancis,” kata Simon Heroguer, yang menyaksikan langsung kedatangan Obama di Paris, Jumat pekan lalu.
Begitu kuat cinta warga dunia, termasuk kepada Obama, sehingga muncul harapan besar agar Obama menjadi presiden. Bahkan pers AS dikritik karena telah melakukan peliputan tak berimbang antara Obama dan McCain.
Ketika McCain mengunjungi Amerika Latin, liputan tergolong sepi. Ini berbeda dari liputan tentang Obama, yang setiap hari mendominasi pemberitaan berita politik luar negeri di AS.
Meski demikian, tetap menjadi keraguan, apakah popularitas internasional yang diraih Obama bisa mewujudkan itu.
”Saya hanya berharap agar AS sadar betapa beruntungnya mereka,” kata Saira Banu, yang berjejalan bersama massa lain saat Obama berada di London untuk bertemu dengan Perdana Menteri Inggris Gordon Brown.
Persoalannya, Obama adalah calon presiden kulit hitam. Masih banyak warga kulit putih yang tidak rela. Bahkan, sebagian warga AS mengatakan tidak akan memilih Obama dengan alasan Obama adalah kulit hitam. Namun, harapan tetap ada karena tidak sedikit pula warga kulit putih yang bersedia menerima Obama menjadi presiden. Ini, antara lain, terlihat dari keunggulan Obama pada pemilu pendahuluan di Oregon.